Menko Darmin Ungkap Sebab Rupiah RI Melemah Tak seperti Ringgit Malaysia

Pada momen seperti saat ini, rupiah memang memiliki potensi besar untuk terdepresiasi.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Mei 2018, 15:44 WIB
Diterbitkan 09 Mei 2018, 15:44 WIB
Ilustrasi Nilai Tukar Rupiah Melemah
Ilustrasi Nilai Tukar Rupiah Melemah
Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution ikut bersuara terkait nilai tukar rupiah yang saat ini terus melemah hingga melewati level 14.000 per USD.
 
Mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) tersebut mengatakan, pada momen seperti saat ini rupiah memang memiliki potensi besar untuk terdepresiasi. Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan negara tetangga yang mata uangnya terapresiasi.
 
"Negara kita itu negara yang transaksi berjalannya itu ya memang defisit, beda dengan Malaysia dan Thailand, itu tidak defisit. Sehingga sebenarnya memang ada potensi ketidakseimbangan antara supply dan demand valas," kata Menko Darmin di Rokan Hilir, Riau, Rabu (9/5/2018).
 
 
Dia mengungkapkan, di Malaysia dan Thailand valas yang masuk diwajibkan untuk disimpan di bank.
 
"Malaysia itu sama Thailand itu mewajibkan valas itu masuk ke negaranya kalau di Malaysia harus dimasukkan ke bank selama enam bulan kalau enggak salah. Kalau Thailand itu harus ditukar dengan Thai Bhat semua ekspor mereka," ujarnya.
 
Sementara di Indonesia, valas yang baru masuk dari hasil ekspor bisa langsung dikeluarkan sebab tidak ada aturan yang melarangnya.
 
"Karena undang-undang kita bebas sekali dimana hasil ekspor itu hanya bisa kita wajibkan karena UU nya melarang untuk mengatur terlalu jauh, hanya bisa kita wajibkan masuk, besoknya keluar lagi dia," dia menambahkan.
 
Kendati demikian, Menko Darmin mengatakan depresiasi tidak saja dialami oleh rupiah, tapi hampir semua negara saat ini mata uangnya melemah terhadap dolar AS.
 
"Memang tidak semua negara juga melemahnya seperti kita, tapi ada sejumlah negara terutama negara besar yang melemah seperti kita. Jadi, intinya adalah situasi itu memang kita juga gak ingin seperti itu. Tapi, jangan dibaca itu sudah bencana, karena eksportir itu seneng dia kalau tadinya 1 USD dia dapatnya 13.600 sekarang dapatnya 14.000. Yang senang tuh ada, jadi jangan disamaratakan seolah - olah semua orang susah."
 
 
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com

Rupiah Tembus 14.000 per Dolar AS, Ini Kata Jokowi

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah hingga ke level 14.000.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, depresiasi mata uang tidak hanya terjadi pada Indonesia, tetapi negara lain juga mengalami kondisi serupa.

"Tapi apa pun ini memang semua negara mengalami," kata dia di Rokan Hilir, Riau, Rabu (9/5/2018).

Jokowi menjelaskan, semua negara mengalami depresiasi mata uang karena beberapa faktor. Salah satunya, terjadinya perang dagang (trade war) antara Amerika dan China.

"Yang pertama karena adanya perang dagang, isu perang dagang, perang negara besar," kata Jokowi.

Faktor penyebab lain dipicu klaim Amerika jika ekonominya membaik sehingga terus menaikkan suku bunga acuan. Hal itu memicu mata uang negara lain terdepresiasi.

"Kenaikan suku bunga AS yang mereka mungkin ada tiga atau empat kali, semua negara ini mengalami hal yang sama," dia menambahkan.

Jokowi memastikan selalu berkoordinasi dengan Bank Indonesia (BI) mengenai kondisi rupiah. "Koordinasi terus, bahkan sebelum berangkat ke sini pun koordinasi," ungkap Jokowi.

Kendati demikian, Jokowi menyatakan ada pihak yang diuntungkan saat rupiah melemah, yaitu para eksportir.

"Kalau ekspor kan senang kalau tanya ini eksportir ini ya senang, semuanya hampir senang," dia menandaskan.

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

 

Tonton Video Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya