Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan Indonesia harus tetap waspada terhadap ketidakpastian global. Pasalnya, dunia saat ini tengah menuju pada keseimbangan baru di sektor ekonomi.
Jokowi mengungkapkan, saat ini seluruh dunia tengah menghadapi masalah ketidakpastian dan volatilitas keuangan. Hal tersebut dipicu oleh kebijakan ekonomi di Amerika Serikat (AS).‎
"Kita harus selalu waspada terhadap risiko, terutama ketidakpastian global, ketidakpastian ekonomi global, volatilitas keuangan global yang dipicu kebijakan normalisasi moneter di AS," ujar dia di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (15/5/2018).
Advertisement
Baca Juga
Normalisasi kebijakan moneter AS ini berdampak secara langsung terhadap depresiasi mata uang negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Meski, menurut Jokowi, pelemahan yang dialami rupiah jauh lebih baik dibandingkan mata uang negara lain.
"Telah banyak mengakibatkan depresiasi mata uang negara-negara di dunia tidak terkecuali di Indonesia. Tapi Alhamdulillah dibandingkan negara-negara yang lain kita masih jauh lebih baik," kata dia.
Namun demikian, Jokowi tetap meminta menteri dan kepala lembaga terkait untuk melakukan mitigasi dari gejolak yang terjadi di dunia.
"Faktor eksternal yang lain seperti harga minyak potensi barang dagang Amerika-Tiongkok serta kondisi geopolitik internasional juga terus harus Kita waspadai. Kita juga perlu menyiapkan mitigasi ketidakpastian global ini serta antisipasi pergerakan menuju keseimbangan baru-baru ekonomi global," tandas dia.
Ekonomi RI Diprediksi Makin Cerah
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memperkirakan perekonomian Indonesia pada kuartal I tahun ini tumbuh lebih baik dibanding periode yang sama tahun lalu. Hal tersebut ditopang oleh permintaan domestik khususnya investasi sehingga proyeksinya ekonomi nasional bisa tumbuh pada kisaran 5,1-5,5 persen di 2018.Â
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan investasi menunjukkan peningkatan, baik pada investasi bangunan maupun non-bangunan.
"Investasi bangunan meningkat sejalan dengan kemajuan proyek infrastruktur oleh pemerintah dan swasta. Sementara itu, peningkatan investasi non-bangunan terutama terjadi pada sektor primer, khususnya pertambangan," kata Dody di kantornya, Kamis (19/4/2018).
Dody mengungkapkan, Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia pada kuartal I-2018 menunjukkan adanya peningkatan kegiatan dunia usaha. Diikuti oleh membaiknya kinerja korporasi non-keuangan di berbagai sektor.
"Demikian juga konsumsi swasta diperkirakan meningkat didukung oleh penguatan daya beli, seiring dengan perbaikan pendapatan dan akselerasi penyaluran bantuan sosial, serta peningkatan pengeluaran terkait pilkada serentak," ujarnya.
Sementara itu, dia menambahkan, ekspor tumbuh positif terutama bersumber dari ekspor komoditas pertambangan dan produk manufaktur yang membaik.
"Impor juga diprakirakan meningkat khususnya barang modal dan bahan baku. Dengan perkembangan tersebut, untuk keseluruhan 2018, ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,1-5,5 persen (yoy)," ujarnya.Â
Advertisement