Bankir Prediksi BI Naikkan Suku Bunga Acuan 25 Basis Poin

Bank BCA memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan sekitar 25 basis poin. Hal itu sesuai dengan ekspektasi pasar.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Mei 2018, 16:48 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2018, 16:48 WIB
Suku bunga acuan
Ilustrasi Foto Suku Bunga (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk atau Bank BCA menilai kesiapan Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan suku bunga acuan atau 7-Day Reverse Repo Rate sudah sesuai dengan ekspektasi pasar.

"Saya pikir seperti market ekspektasi juga, ya kita mengharapkan itu hal yang positif menurut saya kalau naik," kata Direktur Keuangan PT Bank Central Asia Tbk (BCA), Vera Eve Lim, di Jakarta, Selasa (15/5/2018).

Vera memperkirakan besaran kenaikan suku bunga acuan hingga 25 basis poin (bps). Namun, dia mengatakan perbankan tidak mungkin langsung menaikkan suku bunga kredit.

"Paling tidak 25 bps-lah ya. Saya pikir kalau 25 bps enggak terlalu berpengaruh kepada bunga kredit. Dan momentumnya harus kita jaga," ujarnya.

Saat ini, lanjutnya, pertumbuhan kredit pada kuartal II-2018 dalam kondisi cukup bagus, bahkan lebih baik dari tahun lalu sehingga tidak perlu langsung menaikkan bunga kredit agar tidak mengganggu kondisi tersebut.

Sebelumnya, BI mempertimbangkan untuk menaikkan suku bunga acuan. Hal ini sebagai respons untuk mengendalikan nilai tukar rupiah yang terus melemah hingga tembus 14.000 per dolar AS.

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, hal tersebut akan dibahas dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang digelar pada pertengahan bulan ini.

"Bank Indonesia kan sudah sampaikan bahwa nanti di RDG tanggal 16-17 Mei ada RDG bulanan untuk menentukan arah kebijakan moneter," ujar dia.

 

 

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

Selanjutnya

Suku Bank Bank
Ilustrasi Foto Suku Bunga (iStockphoto)

Dalam memutuskan kenaikan suku bunga acuan, BI akan melihat data-data yang ada, mulai dari inflasi hingga pergerakan arus modal global. Kebijakan bank sentral AS juga akan dijadikan bahan pertimbangan.

"Dan BI sudah sampaikan di pers rilis bahwa BI akan melihat kepada data untuk inflasi, ekspor impor, neraca pembayaran. Tentu kita juga lihat bagaimana arus modal di dunia, kita juga lihat bagaimana arah kebijakan AS yang akan naik Juni," kata dia.

Selain itu, BI juga akan melihat bagaimana pergerakan suku bunga acuan di negara-negara lain. Diakui Mirza, saat ini sejumlah negara telah menaikkan suku bunganya sebagai respons atas kebijakan bank sentral AS.

"Juga suku bunga negara tetangga. Malaysia naik, Korea naik, Australia naik. Nanti kita akses. Kalau memang diperlukan kenaikan suku bunga ya kita harus melakukan adjusment," ungkap dia.

Dengan upaya yang dilakukan BI serta adanya langkah dari pemerintah, dia berharap nilai tukar rupiah bisa kembali menguat di bawah 14.000 per dolar AS.

"(Rupiah bisa di bawah 14.000?) Bisa," ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya