Stok Aman, Kebutuhan Cabai Jabodetabek Dipasok dari Garut

Kementan menegaskan kebutuhan cabai di Jabodetabek masih aman terpenuhi pasokan dari Garut.

oleh Septian Deny diperbarui 20 Mei 2018, 12:00 WIB
Diterbitkan 20 Mei 2018, 12:00 WIB
Cabai
Pasokan cabai selama Ramadan aman (Liputan6.com/B Santoso)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan, kebutuhan aneka cabai selama bulan Ramadan hingga Lebaran atau pada periode Mei hingga Juni 2018 di Jabodetabek mampu dipasok dari Garut, Jawa Barat.

Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Suwandi mengatakan, jika dilihat dua lokasi sentra cabai di Garut, yaitu Banyuresmi dan Sampireng, luas panen aneka cabai bisa mencapai 500 hektar (ha). Jika rata-rata produksi 10 ton per hektar, maka luasan tersebut mampu menyumbang 5 ribu ton cabai selama Mei dan Juni.

“Kita bisa melihat bahwa persediaan cabai sangat aman, baik cabai keriting maupun cabai rawit merah. Ini tentunya bisa menjamin ketersediaan dan pasokan untuk Jabodetabek," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (20/5/2018).

‎Kepala Dinas Pertanian Garut, Beni Yoga Gunasantika menambahkan, produksi cabai rawit bulan Mei dan Juni adalah sebesar 2.607 ton dan 2.502 ton. Sementara untuk cabai besar masing masing 8.319 ton untuk Mei, serta 9.095 ton untuk Juni.

“Dengan kondisi seperti ini, optimistis Garut bisa menjadi penyangga minimal 30 hingga 40 persen dari total kebutuhan cabai di Jabodetabek,” kata dia.

Cabai Inul

Pasokan berkurang, harga berbagai jenis cabai di Banyumas melambung tinggi. (Foto: Liputan6.com/ Muhamad Ridlo)
Pasokan berkurang, harga berbagai jenis cabai di Banyumas melambung tinggi. (Foto: Liputan6.com/ Muhamad Ridlo)

Sementara itu, seorang petani cabai di Garut Ujang mengatakan, ‎dirinya saat ini memiliki lahan tanam seluas 2 hektar dengan beberapa jenis cabai, termasuk cabai lokal yang dinamai penduduk setempat sebagai Cabai Inul.

Dia menjelaskan, Cabai Inul ini memiliki bentuk cenderung bulat pendek, meski lebih besar dan panjang dibandingkan cabai rawit biasa. Besarnya kira-kira seukuran jempol orang dewasa.

"Ini disebut Cabai Inul karena pedasnya menggigit. Selain itu, cabai ini tahan sampai seminggu di dalam suhu ruangan, meski tanpa disimpan di lemari es. Rasa dan teksturnya tetap sama seperti baru habis dipetik.

Seperti umumnya petani cabai di Garut, Ujang melakukan sistem tanam tumpangsari di lahannya. Dia kerap memadukan cabai dengan tanaman horti lainnya, seperi kacang tanah, kacang panjang, tomat, kubis dan terong.‎

"Di pasaran, harga Cabai Inul juga menggigit. Rata-rata lebih mahal Rp 2.000 per kilogram (kg) dibandingkan cabai lainnya,” tandas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya