Harga Emas Melemah Imbas Data Ekonomi AS Positif

Harga emas melemah seiring data manufaktur Amerika Serikat (AS) membantu mengangkat dolar AS dan the Fed kemungkinan naikkan suku bunga pada Juni.

oleh Agustina Melani diperbarui 24 Mei 2018, 06:40 WIB
Diterbitkan 24 Mei 2018, 06:40 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas melemah seiring data manufaktur Amerika Serikat (AS) membantu mengangkat dolar AS. Selain itu, investor mempertimbangkan kekhawatiran atas nasib negosiasi nuklir dengan Korea Utara.

Harga emas untuk pengiriman Juni turun USD 2,4 atau 0,2 persen ke posisi USD 1.289,60 per barel. Harga emas tersebut berada di atas posisi terendah sepanjang 2018 di kisaran USD 1.289,40. Sebelumnya secara intraday harga emas sempat sentuh level terendah USD 1.281,20 pada awal pekan ini.

Dalam perdagangan elektronik, harga emas berjangka diperdagangkan lebih tinggi harganya. Harga emas ditransaksikan di posisi USD 1.292,40. Kenaikan harga emas itu usai rilis hasil rapat bank sentral AS atau the Federal Reserve seperti yang diharapkan. Hasil rapat itu menunjukkan kemungkinan suku bunga naik pada Juni. Harapan pelaku pasar mencapai 90 persen untuk bank sentral AS akan menaikkan suku bunga.

Data ekonomi AS yang dirilis juga positif. Ini ditunjukkan dari aktivitas manufaktur AS yang naik pada Mei. Layanan IMI market flash naik menjadi 55,7 pada Mei dari posisi April di kisaran 54,6. Sementara itu, IHSG markit flash manufacturing PMI naik hingga 56,6 pada Mei.

Penjualan rumah baru di AS pada April mencapai 662 ribu. Penjualan rumah itu turun 1,5 persen pada Maret meski 11,6 persen lebih tinggi dari tahun lalu.

Dengan kondisi itu, indeks dolar AS pun menguat 0,6 persen. Penguatan dolar AS mempengaruhi harga emas. Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun turun 5,1 basis poin menjadi 3,012 persen.

“Untuk harga emas kembali ke posisi di atas USD 1.300 itu membutuhkan kenaikan dolar AS untuk berhenti. Idealnya pasar saham juga. Saya tidak yakin apakah harga emas mencapai level terendah pada 2018. Akan tetapi, saya belum tahu pasti indikasi secara teknikal,” ujar Analis Forex.com, Fawad Razaqzada, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Kamis (24/5/2018).

 

Selanjutnya

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Sementara itu pasar saham AS atau Wall Street bervariasi pada perdagangan Rabu waktu setempat. Sedangkan bursa saham Eropa dan Asia melemah. Sentimen telah berubah di pasar saham global karena berbagai alasan antara lain aksi jual jual berkelanjutan untuk aset Italia. Ini terjadi di tengah pergolakan politik di Italia.

“Donald Trump juga meragukan KTT Korea Utara-AS pada Juni,” kata Razaqzada.

Sebelumnya Trump mengatakan ada kesempatan besar pertemuan bersejarah antara dia dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un tidak akan terjadi pada Juni. Kecuali Pyongyang memenuhi persyaratan tertentu. Secara terpisah, Trump menuturkan, dirinya tidak puas dengan pembicaraan perdagangan terakhir dengan China.

Tanda-tanda ketegangan mereda antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu memacu pergerakan risiko di pasar keuangan pada awal pekan ini dengan saham menguat dan aksi jual di obligasi.

Adapun pergerakan harga logam lainnya dengan harga perak turun satu persen menjadi USD 16.405 per ounce. Harga tembaga susut dua persen menjadi USD 3.071 per pounde. Sedangkan harga platinum susut USD 0,9 persen menjadi USD 900,80 per ounce dan harga Paladium melemah 1,6 persen ke posisi USD 971,10 per ounce.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya