Liputan6.com, Jakarta PT Antam (Persero) Tbk mencatatkan kinerja yang positif memasuki bulan Ramadan tahun ini. Hal ini tercermin dari penjualan salah satu produknya, emas yang meningkat.
Direktur Utama Antam Arie Prabowo Ariotedjo mengatakan, faktor pemicu peningkatan penjualan emas ini salah satu terkait penguatan dolar AS yang terjadi dalam beberapa pekan belakangan.
Baca Juga
"Padahal biasanya kalau Ramadan itu penjualan mengalami penurunan. Namun karena belakangan ini rupiah ada pelemahan dan dolar menguat, banyak orang yang akhirnya beli emas," kata dia di Graha Niaga seperti ditulis, Selasa (5/6/2018).
Advertisement
Dari data yang dipaparkannya, penjualan emas Antam hingga Mei 2018 mencapai 2,8 ton. Sementara target penjualan emas Antam tahun ini sebesat 24 ton.
Kenaikan volume penjulan ini sayangnya tidak dibarengi dengan peningkatan harga emas. Tercatat harga emas terkoreksi. Selain dari dolar yang terus menguat, juga sebagai imbas dari isu penguatan suku bunga oleh Bank Sentral AS.
Dijelaskan Arie, emas dikenal sebagai komoditas safe heaven di dunia. Untuk itu, berbagai isu yang terjadi di berbagai negara, terutama AS, mampu mempengaruhi pergerakan harga emas.
Namun demikian, Arie menyakini bahwa perubahan harga emas tidak sefluktuatif harga komoditas lainnya. Sehingga tidak perlu dikhawatirkan.
"Harga emas sebenarnya stabil dalam 6 bulan terakhir. Paling tinggi itu US$ 1.340 per troy ounce, hari ini US$ 1.200 an. Jadi tidak sefluktuatif komoditas lain seperti batu bara," tutup dia.
Seperti diketahui, untuk komoditas emas, pada kuartal I ini, total volume produksi emas dari tambang Pongkor dan Cibaliung mencapai 539 kg dengan volume penjualan emas mencapai 6.945 kg atau naik sebesar 226 persen dibandingkan capaian kuartal I 2017 seiring dengan strategi pengembangan pasar emas baik domestik dan ekspor serta inovasi produk logam mulia Antam.
Pendapatan Antam dari penjualan emas di tiga bulan 2018 tercatat sebesar Rp 4,09 triliun, tumbuh 254 persen dibandingkan penjualan emas pada di kuartal I tahun lalu.
Harga Emas Mendatar di Tengah Pelemahan Dolar AS
Harga emas hampir tidak berubah dipicu pelemahan dolar seiring menyusutnya risiko politik di Italia, meskipun prospek kenaikan suku bunga AS turut membatasi gerak harga logam mulia ini.
Melansir laman Reuters, Selasa (5/6/2018), harga emas di pasar spot emas mendatar ke posisi US$ 1.292,90 per ounce. Sementara harga emas berjangka AS untuk pengiriman Agustus menetap US$ 2, atau 0,2 persen ke posisi US$ 1,297.30.
"Dolar adalah faktor nomor 1 untuk emas," kata Marisa Hernandez, Analis Ekuitas Senior logam global dan penambangan Neuberger Berman.
Dia menambahkan, selain itu dalam waktu dekat, masih ada kemungkinan kenaikan suku bunga AS yang membuat harga emas bisa kembali terbatas. "Namun jika dolar mulai melemah lagi itu adalah penarik kunci untuk harga emas," kata dia.
Pada Jumat pekan lalu, harga emas jatuh setelah AS mengeluarkan data ekonomi yang lebih kuat. Data laporan gaji pekerja menorehkan harapan bahwa Federal Reserve akan melanjutkan kenaikan suku bunga lainnya pada bulan Juni. Memang, harga emas sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga.
Ekuitas juga diperkuat kekhawatiran atas potensi perang perdagangan antara Amerika Serikat dan negara ekonomi besar lainnya, dibayangi retret dalam risiko politik di Eropa dan penguatan data pekerjaan AS.
Adapun mata uang Euro mengikis kerugian besar bulan lalu dengan bangkit 0,5 persen terhadap dolar seiring meredanya ketegangan politik Italia.
Di sisi lain, para pemimpin keuangan dari negara sekutu AS terdekat melampiaskan kemarahan terkait pengenaan tarif impor logam oleh Presiden Donald Trump.
Advertisement