Liputan6.com, Jakarta - Belanja masyarakat Indonesia masih positif hingga kuartal I 2018. Pola konsumsi belanja masyarakat kelas atas untuk gaya hidup, kesenangan seperti rekreasi dan sektor non FMCG pun masih berlanjut, bahkan catatkan pertumbuhan.
Hal tersebut ditunjukkan dari hasil survei makro ekonomi Indonesia dan perkembangan pertumbuhan fast moving consumer goods (FCMG) pada kuartal I 2018 oleh The Nielsen Company Indonesia, seperti dikutip Selasa 5 Juni 2018.
Hasil survei Nielsen menunjukkan kalau alokasi dana untuk gaya hidup meningkat. Masyarakat kelas atas dan menengah makin banyak menghabiskan uang untuk makan malam di luar atau kuliner dan meningkatkan produk ponsel pintar .
Advertisement
Baca Juga
Masyarakat kelas atas dan menengah lebih banyak menghabiskan uang untuk coffee shop dan fast food naik menjadi 43,3 pada kuartal I 2018 dari periode kuartal I 2017 sebesar 41,6.
Kepemilikan barang elektronik tahan lama naik menjadi 83,6 pada kuartal I 2018 dari posisi kuartal I 2017 sebesar 83,4. Kepemilikan ponsel pintar juga meningkat dari 41,6 pada kuartal I 2017 menjadi 45,1 pada kuartal I 2018.
Hasil survei Nielsen juga menunjukkan masyarakat untuk menabung juga terus tumbuh. Sekitar 39 persen pelanggan berusia di atas 17 tahun lebih menabung pada kuartal I 2018 dari posisi kuartal I 2017 sebesar 30 persen.
Jumlah simpanan dan deposito berdasarkan data Nielsen naik 6,2 persen menjadi Rp 4.003,02 triliun pada kuartal I 2018 dari posisi kuartal I 2017 sebesar Rp 3.770,64 triliun.
Tak hanya itu, kesadaran untuk berasuransi juga sedikit meningkat. Dari survei Nielsen menunjukkan lebih banyak konsumen terutama kelas menengah atas habiskan uang untuk asuransi. Tercatat alokasi dana untuk asuransi jiwa naik menjadi 2,6 pada kuartal I 2018 dari posisi 2 pada kuartal I 2017.
Selain itu, alokasi dana buat asuransi kesehatan naik menjadi 16,4 pada kuartal I 2018 dari posisi kuartal I 2017 sebesar 15,5. Hasil data juga menunjukkan masyarakat kelas atas mencatatkan tren kenaikan jalan-jalan dengan memakai pesawat. Tercatat kegiatan jalan-jalan dengan memakai pesawat naik menjadi 5 pada kuartal I 2018 dari posisi kuartal I 2017 sebesar 4,2.
Menanggapi data tersebut, Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede menuturkan, perubahan pola konsumsi masyarakat yang sudah terjadi selama dua tahun terakhir masih berlanjut. Masyarakat kini lebih menyukai makan di luar sebagai gaya hidup. Hal itu dipicu maraknya media sosial dan globalisasi.
"Globalisasi dan sosial media berpengaruh terhadap pola belanja. Kini juga masyarakat lebih suka belanja lewat e-commerce dengan kemudahannya sehingga ritel tradisional menjadi sepi," kata Josua saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (5/6/2018).
Ia menambahkan, pola konsumsi masyarakat kini juga mengurangi kebutuhan sekunder dan primer. Masyarakat lebih memilih kebutuhan berkaitan hiburan seperti jalan-jalan. Perubahan pola konsumsi itu menggenjot sektor pariwisata. Masyarakat lebih memilih mengurangi belanja sehingga berpengaruh terhadap FMCG.Â
Josua menuturkan, masyarakat juga sudah sadar dengan pola hidup sehat sehingga efisiensi belanja produk FMCG. "Konsumsi rumah tangga pun masih di bawah lima persen. Di sisi lain masyarakat menengah atas saving. Ini membuat pertumbuhan ekonomi kuartal I 2018 masih di kisaran lima persen," kata dia.
Â
Selanjutnya
Hal itu berlanjut hingga kuartal I 2018. Konsumsi belanja meningkat untuk sektor non FMCG. Sedangkan FMCG menjadi prioritas kedua yang dilakukan oleh masyarakat kelas atas.
Belanja masyarakat kelas atas mencapai Rp 7,4 juta rata-rata per bulan sebagian besar digunakan untuk menabung, pinjaman, asuransi, gaya hidup dan kesenangan, serta makanan.
Sedangkan masyarakat kelas menengah dengan belanja Rp 3,6 juta per bulan sebagian besar konsumsi untuk tabungan dan pinjaman, gaya hidup dan kesenangan, serta makanan, disusul FMCG.
Demikian masyarakat kelas bawah dengan belanja Rp 2,2 juta per bulan sebagian besar digunakan untuk makanan, FMCG, gaya hidup dan kesenangan serta tabungan dan pinjaman.
"Jadi masyarakat kelas atas cenderung menabung, dan masyarakat bawah menahan konsumsi," ujar Josua.
Oleh karena itu, menurut Josua perlu koordinasi antara pemerintah dan Bank Indonesia (BI). BI diharapkan dapat mengendalikan inflasi sehingga daya beli masyarakat terjaga. Sedangkan pemerintah diharapkan dapat memberikan stimulus fiskal untuk menggenjot aktivitas ekonomi.
Data Nielsen juga menunjukkan belanja iklan hingga kuartal I 2018. Tercatat belanja iklan naik menjadi rRp 34,7 triliun pada kuartal I 2018 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 32,1 triliun. Iklan layanan online pun mencatatkan posisi teratas untuk belanja iklan. Pendatang baru e-commerce juga masuk daftar untuk belanja iklan besar.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Advertisement