HEADLINE: Fakta-Fakta Mudik Lebaran 2018, Seberapa Siap?

Kepadatan arus mudik Lebaran diprediksi mulai terjadi pada awal libur Lebaran, yakni sejak Sabtu dan Minggu 9-10 Juni 2018.

oleh NurmayantiAgustina MelaniSeptian DenyIlyas Istianur Praditya diperbarui 07 Jun 2018, 00:00 WIB
Diterbitkan 07 Jun 2018, 00:00 WIB
Kepadatan arus mudik Lebaran diprediksi mulai terjadi pada awal libur Lebaran, yakni sejak Sabtu dan Minggu 9-10 Juni 2018.
Kepadatan arus mudik Lebaran diprediksi mulai terjadi pada awal libur Lebaran, yakni sejak Sabtu dan Minggu 9-10 Juni 2018. (Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Mudik Lebaran sudah menjadi tradisi bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Pemerintah pun sudah jauh-jauh hari mempersiapkan dan membangun berbagai sarana dan prasarana demi memberikan kenyamanan mudik Lebaran 2018.

Mulai dari jalan tol, bandara, pelabuhan, kereta api, pasokan bahan bakar minyak (BBM), keberadaan rest area hingga fasilitas kesehatan serta pengamanan.

Rapat koordinasi dalam rangka pengamanan arus mudik Lebaran bahkan sudah digelar sejak Selasa 30 Januari 2018.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menyatakan secara umum kesiapan jalur mudik tahun 2018 lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi jalan nasional pada tahun 2018, sudah 90 persen dalam kondisi mantap.

"Jadi kalau keseluruhan jalan nasional kondisi seluruhnya sudah lebih dari 90 persen, kondisi mantapnya. Mulai dari Jawa, Sumatera, Sulawesi," ungkap dia di Jakarta, Rabu (6/6/2018).

Di Pulau Jawa, lanjut dia, ada 3 rute jalur mudik jalan nasional yang bisa menjadi pilihan pemudik selain jalan tol. Pertama adalah Pantura sepanjang 1.341 kilometer (km), Lintas Tengah 1.197 km, dan Lintas Selatan 1.405 km.

Selain di Pulau Jawa, Menteri Basuki mengaku juga menugaskan seluruh jajarannya mengecek kesiapan jalan nasional yang akan digunakan sebagai jalur mudik di Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan dan Sulawesi.

"Salah satunya yakni jalan lintas timur Sumatera kondisinya cukup baik dan siap dilalui," ungkapnya.

Demikian pula pada infrastruktur jalan tol. Dari 760 km yang dibangun, sudah 525 km jalan tol dari Jakarta hingga Surabaya sudah bisa digunakan secara penuh pada arus mudik Lebaran 2018.

"Yang 235 Km jalan tol fungsional, tapi fungsionalnya bukan darurat. Jadi juga kita batasi kecepatannya tidak lebih dari 40-60 km," kata Basuki.

Bahkan, sebanyak enam ruas tol bakal dibuka secara fungsional pada mudik Lebaran 2018. Para pemudik bisa melewati keenam ruas tol tersebut secara gratis.

Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Herry Trisaputra Zuna mengatakan, jalan tol fungsional yang dapat dilalui pemudik tanpa dikenakan tarif, antara lain Tol Brebes Timur-Pemalang (37,3 Km), Pemalang-Batang (39,2 Km), Batang-Semarang (75 Km), Salatiga-Kartasura (32 Km), Solo-Sragen (36 Km), dan Wilangan-Kertosono (37 Km).

“Pada ruas Tol Brebes Timur-Sewaka (Pejagan) dan Solo-Sragen meski fungsional, namun kondisi jalannya seperti ruas tol operasional karena sudah siap diresmikan," ujar dia‎.

Jalur Mudik Sumatera

Tak cuma di Jawa, tol trans Sumatera milik PT Hutama karya (Persero) juga siap dibuka untuk melancarkan arus mudik Lebaran, yakni jalan tol Medan-Binjai, Palembang-Indralaya, dan tol Bakauheni-Terbanggi Besar.

Direktur Utama Hutama Karya Bintang Perbowo mengatakan, ada jalan tol sepanjang 89,6 km yang dapat dilintasi para pemudik. “Total panjang ruas tol ini terbagi atas 31,4 km tol operasional dan 58,2 km tol fungsional,” papar dia.

Khusus bagi pemudik yang akan melintasi jalan tol Bakauheni-Terbanggi Besar, selama musim mudik Lebaran 2018 masih belum dikenakan biaya tol alias gratis.

“Untuk ruas tol Bakauheni-Terbanggi Besar, terdiri dari jalur tol yang telah operasional, yaitu mulai dari akses Pelabuhan Bakauheni ke Simpang Susun (SS) Bakauheni sepanjang 8,9 km dan SS Lematang menuju SS Kotabaru sepanjang 5 km,” ungkap Bintang.

Adapun untuk jalur fungsional di tol Bakauheni-Terbanggi Besar, terdiri dari SS Bakauheni menuju SS Sidomulyo sepanjang 30,5 km dan akses Gunung Sugih ke Terbanggi Besar sepanjang 10 km.

Kepadatan arus mudik Lebaran diprediksi sudah mulai terjadi pada awal libur Lebaran, yakni sejak Sabtu dan Minggu 9-10 Juni 2018.

Selain jalan, Menteri Basuki juga menyampaikan Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) juga memberikan diskon tarif tol dengan besaran 10 persen. Diskon terbagi menjadi beberapa waktu berbeda dan ruas tol berbeda, dengan tujuan agar arus mudik terdistribusi.

Kementerian PUPR dan BUJT juga menyiapkan fasilitas dukungan lainnya di ruas tol berupa 26 mobil toilet unit, 30 mobil tinja, 4 toilet kabin dan 47 mobile reader serta fasilitas top up kartu tol di sejumlah rest area.

 

Jalur Mudik yang Diramal Macet

Kesiapan Jalan Tol Hadapi Mudik Lebaran 2018.
Kesiapan Jalan Tol Hadapi Mudik Lebaran 2018. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

BPJT Kementerian PUPR memperkirakan ada beberapa pintu tol yang mengalami lonjakan volume kendaraan pada arus mudik 2018, sehingga menimbulkan kemacetan panjang. Untuk mengatasinya, BPJT akan mengatakan pengaturan khusus di gerbang yang berpotensi macet panjang.

Dikutip dari bahan presentasi Kementerian PUPR, Rabu (6/6/2018), BPJT memperkirakan akan ada kenaikan lalu lintas di jalan tol pada Lebaran 2018 terhadap lalu lintas normal dengan kenaikan rata-rata 87 persen untuk arus mudik dan 90 persen untuk arus balik.

BPJT memperkirakan akan terjadi lonjakan tinggi pada beberapa gerbang tol Paliaman, Merak, dan Banyumanik.

Rinciannya, untuk Gerbang Tol Palimanan akan melonjak hingga 478 persen dari arus normal yang di angka 12.901 kendaraan per hari. Adapun gerbang tol Merak akan naik 163 persen dari arus normal yang biasanya di sekitar 7.345 kendaraan per hari.

Kemudian untuk gerbang tol Banyumanik diperkirakan akan mengalami lonjakan hingga 176 persen dari arus normal yang di angka 15.373 kendaraan per hari.

Di luar itu juga ada terbang tol yang justru diperkirakan akan mengalami penurunan arus, yaitu di Brebes Timur sebesar 47 persen dari arus normal di angka 11.673 kendaraan per hari.

Sementara Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko memprediksi akan ada tiga titik kemacetan yang perlu diwaspadai di jalur mudik.

Yang pertama, kemacetan mudik diprediksi terjadi di persimpangan jalur pantai utara (pantura) dan pantai selatan (pansela).

"Kalau tidak dikasih aba-aba akan bablas dan nanti akan macet, jadi satu poros. Untuk itu kita siapkan pengumuman tiga kali, tiga tempat, elektrik ada billboard, sehingga nanti mulai mikir, saya lewat pansela atau lewat utara," kata Moeldoko, Selasa (5/6/2018).

Titik macet kedua, adalah di Jembatan Kali Kuto, Semarang, Jawa Tengah. Menurut Moeldoko, hal ini disebabkan adanya pembangunan jembatan sungai.

"Bagi mereka yang lebih awal mesti dikeluarkan sedikit kurang lebih 500 meter, rekan-rekan kepolisian sudah mengantisipasi dengan baik, kemungkinan terjadi kemacetan," ucap Moeldoko.

Sedangkan titik krusial ketiga, menurut Moeldoko, yaitu ‎beberapa tol dari operasional ke fungsional. Di mana kendaraan dari kecepatan kurang lebih 100 kilometer per jam dan tiba-tiba menuju kecepatan 40 kilo meter per jam.

"Sehingga nanti sangat mungkin terjadi perlambatan kecepatan, ini nggak terlalu bahaya, itu tiga hal yang perlu kita waspadai dari pertemuan tadi,"‎ terang Moeldoko.

Namun, Moeldoko meminta kepada pemudik untuk tidak khawatir dengan situasi tersebut. Apabila pemudik terjebak kemacetan, pemerintah sudah menyiapkan antisipasi dengan ketersediaan BBM mobile.

"Dari Pertamina sudah siapkan BBM, Kementerian kesehatan sudah siap kesehatan, berikutnya dari Jasa Marga menyiapkan standar minimum untuk rest area, ada WC, air minum, dan lain-lain,"‎ tandas dia.

 

Infografis titik rawan macet mudik Lebaran 2018
Infografis titik rawan macet mudik Lebaran 2018 (Liputan6.com/Abdillah)

Fasilitas Penunjang dan Pengamanan

Rest area Km 207 ruas Tol Palikanci (Dok Foto: Ilyas Istianur Praditya/Liputan6.com)
Rest area Km 207 ruas Tol Palikanci (Dok Foto: Ilyas Istianur Praditya/Liputan6.com)

Tak hanya sarana infrastruktur, pemerintah turut menyiapkan sarana penunjang seperti rest area demi kenyamanan mudik masyarakat. BPJT Kementerian PUPR memastikan perjalan pemudik pada Lebaran 2018 bisa lebih nyaman.

Salah satu fasilitas untuk menunjang kenyamanan tersebut adalah disediakannya fasilitas tempat istirahat atau rest area.

Dikutip dari bahan presentasi BPJT,  akan ada fasilitas tempat istirahat, tempat istirahat dan pelayanan, parking bay dan rest area sementara sepanjang jalan tol di pulau Jawa yang mencapai 1.167 km.

BPJT mencatat akan ada 23 tempat istirahat, 37 tempat istirahat dan pelayanan, 13 parking bay dan 23 rest area sementara yang tersebar dari Banten hingga Banyuwangi. Jika dirata-rata, tempat istirahat, parking bay dan rest area sementara ini akan ada setiap jarak 26 km sekali.

Untuk masing-masing tempat istirahat dan rest area tersebut akan ada 7 hingga 23 toilet untuk pria, 8 sampai 23 toilet untuk wanita.

Selain itu juga akan ada fasilitas mushola, Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), ATM, tempat makan dan juga minimarket.

Untuk kapasitas dari masing-masing tempat istirahat tersebut kurang lebih mencapai 60 mobil sampai dengan 250 mobil.

Di luar itu, Direktorat Cipta Karya Kementerian PUPR juga akan menyediakan 26 mobile toilet di titik-titik tertentu yang rawan kemacetan.

Selain Direktorat Cipta Karya, beberapa operator jalan tol juga menyediakan bilik toilet yang bisa digunakan oleh pemudik sehingga bisa pulang kampung dengan nyaman.

Polda Metro Jaya siap memberikan rasa aman dan kenyamanan bagi warga yang mudik pada Lebaran 2018. Salah satunya adalah dengan menerjunkan anggota di semua rest area di wilayah hukum Polda Metro Jaya.

"Nantinya di setiap rest area untuk wilayah hukum Polda Metro Jaya akan ditempatkan anggota yang berseragam dan tak berseragam," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono pada 4 Juni 2018.

Dia mengatakan, pihaknya mengantipasi tindak kejahatan yang terjadi saat pemudik beristirahat.

"Misalnya ada pemudik yang capek, tidur, lalu pintu mobil dibuka karena biasa mesin mobil dimatikan. Nah barang berharga lupa. Kemungkinan kejahatan pencurian terbuka lebar. Pencuri gampang masuk. Di sanalah anggota yang akan memantau dan antisipasi," sambungnya.

Dalam hal ini, personel akan dikerahkan berdasarkan kebutuhan di rest area. "Anggotanya menyesuaikan lokasi. Tentatif yah. Jadi kan setiap rest area luasnya beda," ujarnya. 

Pasokan BBM

Pasokan BBM untuk mudik.
Pasokan BBM untuk mudik. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kesiapan lain juga terkait kondisi pasokan energi. PT Pertamina memastikan ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) dan Elpiji bagi masyarakat dan pemudik selama Ramadan dan Lebaran 2018.

Direktur Logistik, Supply Chain, dan Infrastruktur PT Pertamina (Persero), Gandhi Sriwidodo merinci pasokan BBM dan LPG yang disiapkan.

"Premium 27 hari, Pertamax, dan Pertamax Plus itu di atas 30 hari. Cukup untuk mengantisipasi lonjakan konsumsi sepanjang mudik dan balik," ujar dia, Jumat (1/6/2018).

Sementara itu, Kepala BPH Migas, Fansurullah Asa mengharapkan dengan ketersediaan stok yang saat ini dipunyai Pertamina, pemudik tidak sulit untuk mendapatkan BBM sesuai kebutuhannya.

Pertamina akan terus memantau ketersediaan pasokan BBM selama mudik dan balik Lebaran. Gandhi menuturkan, pihaknya akan mengoptimalkan Satuan Tugas (Satgas) BBM dan LPG Idul Fitri 2018 yang akan mulai aktif bekerja terutama pada H-15 hingga H+15 Lebaran. "Jadi jangan sampai ketersediaan pilihan BBM ini tidak ada," ujar dia.

Plt Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menambahkan, perseroan telah mengantongi titik rawan peningkatan konsumsi BBM dan LPG terutama di beberapa titik jalur mudik Pantura yang memiliki potensi kenaikannya mencapai 200 persen.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, Pertamina telah mengambil langkah khusus seperti menambah stok pasokan, mengadakan Kantong BBM di beberapa SPBU Strategis melakukan penambahan armada mobil tangki beserta awaknya yakni truk tangki berisi BBM penuh yang disiagakan di SPBU untuk memudahkan mobilisasi distribusi.

Di Banten, DKI dan Jawa Barat dari Merak hingga perbatasan Brebes, Pertamina menyiagakan 4 Serambi Pertamax, 23 KiosK Pertamax, 30 unit motoris, 50 Kantong BBM.

 

Mudik Kereta dan Udara

Bandara Kertajati di Majalengka, Jawa Barat. (Dok Kemenhub)
Bandara Kertajati di Majalengka, Jawa Barat. (Dok Kemenhub)

Selain transportasi darat, pemerintah juga menyiapkan sarana mudik pada sektor udara, laut dan kereta api. Menteri Perhubungan Budi Karya, pada mudik Lebaran 2018 ini, mengatakan KAI akan menambah jumlah atau akomodasi kereta api.

"Tahun ini disiapkan 393 KA, baik reguler maupun tambahan. Khusus angkutan Lebaran 2018 fluktuasi pergerakan penumpang tersebar dari H-1 sampai H+1 mengingat waktu liburan yang panjang sehingga perjalanan mudik masyarakat dapat terlaksana dengan baik," kata Budi Karya, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (5/6/2018).

Budi Karya mengungkapkan mudik pada 2018 ini ada kenaikan penumpang sebanyak 3 persen. 

"Penyelenggaraan moda kereta api tahun 2018 diperkirakan akan mengalami kenaikan 3 persen dengan jumlah yang amat luar biasa, yaitu 4,5 juta. Calon pemudik berharap agar mereka dapat tiba selamat di tempat tujuan, berkumpul bersama keluarga untuk merayakan Lebaran," ungkapnya.

Di sisi udara, pemerintah mengoperasikan dua bandara yakni Bandara Kertajati di Majalengka dan Ahmad Yani di Semarang untuk menghadapi momen mudik Lebaran 2018.

Sebelumnya, Budi Karya melakukan inspeksi ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Inspeksi ini dalam rangka memantau persiapan sarana dan prasarana transportasi jelang mudik Lebaran 2018.

Dalam inspeksinya, Budi mengatakan jika Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah memeriksa kelayakan dan keselamatan (ramp check) terhadap pesawat yang akan beroperasi pada mudik Lebaran ini. Dari 500 pesawat yang akan dioperasikan, 400 di antaranya telah melewati proses ramp check.

‎"Ramp check itu adalah satu upaya yang akan kita lakukan dengan konsisten. Oleh karenanya, kita sudah mengecek sebagian besar, lebih dari 400 sudah di-ramp check dari 500 pesawat. Jadi sebagian besar," ujar dia.

Dari ramp check yang telah dilakukan, dia menyebut tidak ada temuan terkait dengan kelayakan dan keselamatan pesawat. Bahkan, ada pesawat yang telah beroperasi selama tiga tahun, tapi masih dalam kondisi yang baik.

‎"Tidak ada, bahkan ini pesawatnya 737 NG, pesawat yang sudah tiga tahun, sangat baik sekali," lanjut dia.

Namun demikian, Budi Karya telah menginstruksikan jajarannya untuk segera menyelesaikan pemeriksaan terhadap pesawat yang belum dilakukan ramp check. Dia menargetkan ramp check seluruh pesawat untuk angkutan mudik selesai dalam dua hari ke depan.

Tonton Video Menarik Ini:

 

Kendala Mudik yang Harus Diwaspadai

Ilustrasi Arus Mudik
Ilustrasi Arus Mudik

Upaya pemerintah menyiapkan sejumlah infrastruktur dalam rangka pembangunan infrastruktur mulai dari jalan tol, bandara, kereta api, dan lainnya dinilai sudah lebih baik.

Pengamat Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno menilai, pemerintah sudah lebih baik dalam menyiapkan infrastruktur untuk mendukung arus mudik Lebaran 2018. Hal itu ditunjukkan dari penambahan pembangunan dan pengembangan bandara, dan pembangunan jalan tol.

"Ada peningkatan infrastruktur mulai dari penambahan jalan, ada jalan tol ditambah tol fungsional," ujar Djoko saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (7/6/2018).

Djoko menambahkan, penambahan jalan tol fungsional tersebut bahkan lebih baik dari tahun lalu. Jalan tol fungsional tersebut dapat membantu pemudik yang menggunakan jalan tol.

Jalan tol fungsional tersebut, menurut Djoko menghubungkan Pemalang-Batang- Semarang. Kemudian, Salatiga-Solo. Selanjutnya, Sragen ke Ngawi. "Lalu ada Lamongan-Kertosono. Brebes Timur-Pemalang. Solo-Sragen. Jalan tol ini lebih baik," kata dia.

Sedangkan untuk titik rawan macet pada mudik Lebaran 2018, Djoko memperkirakan daerah sekitar Jembatan Kali Kuto ke Semarang. Hal itu karena jembatan tersebut belum rampung sepenuhnya.

Akan tetapi, Djoko memberikan catatan kepada pemerintah untuk membantu masyarakat saat mudik. Hal itu terkait kesiapan transportasi umum bagi pemudik. Hal itu karena tak semua pemudik memiliki mobil.

"Terminal, bandara, pelabuhan secara fisik sudah banyak yang bagus. Akan tetapi, ketersediaan angkutan umum di daerah yang singgah di terminal, pelabuhan, dan bandara masih sangat minim," kata Djoko.

Ia menambahkan, hal itu terjadi karena pemerintah belum peduli keberadaan transportasi umum di daerah. Pembangunan transportasi umum di daerah, menurut Djoko masih sangat minim sekali.

"Andai ada, pasti mahal tarifnya. Tidak ada satu pun pelabuan di Indonesia yang dilayani rutin angkutan umum. Angkutan pelat hitam yang dikoordinir oknum otoritas pelabuhan bekerja sama dengan preman lokal masih merajelal dengan tarif tak wajar," kata dia.

Ia melanjutkan, hanya segelintir bandara yang menerapkan taksi regular berargometer. "Rata-rata tarif sesuai keinginan operator yang lebih tinggi dari berargometer," ujar Djoko.

Bahkan menurut Djoko, pemerintah mengandalkan transportasi online yang tarifnya murah. Namun saat mudik, tarif transportasi online tidak murah karena kebutuhan meningkat.

 Sepeda Motor buat Mudik

Djoko juga menyoroti masyarakat masih tinggi memakai sepeda motor buat mudik terutama masyarakat menengah ke bawah. Hal ini karena sepeda motor memiliki fleksibilitas mobilitas dan aksesibilitas yang murah dan biaya relatif murah. Akan tetapi, masyarakat harus tempuh perjalanan di atas 10 jam untuk balik ke kampung halaman.

Ada upaya mudik gratis sepeda motor. Namun Djoko menilai, hal tersebut belum mampu membantu mengangkut  sepeda motor bagi pemudik.

Berdasarkan catatan Djoko, mudik Lebaran 2018, pemerintah sediakan 39.446 unit mudik gratis sepeda motor melalui truk, kereta api, kapal laut dan kapal Ro Ro. Jumlah itu meningkat 106 persen dari tahun lalu sekitar 19.148 unit.

Namun, 6,39 juta pemudik akan menggunakan sepeda motor untuk mudik. Dari kuota mudik gratis sepeda motor hanya dapat akomodasi 0,0061 persen.

"Mudik gratis hanya mampu mengangkut tidak lebih dari satu persen dari total pemudik sepeda motor. Mudik gratis menggunakan kapal laut. Paling tinggi subsidinya sekitar Rp 1,2 juta per unit,” ujar dia.

Di sisi lain ada kesulitan untuk mengimbau pemudik motor menggunakan angkutan umum. Hal itu karena angkutan umum di daerah tujuan mudik juga sudah tidak memadai lagi.

"Jangan membayangkan kondisi transportasi umum di daerah seperti di Jakarta dengan KRL dan busway yang nyaman, murah dan berpendingin,” kata dia.

Djoko menilai, Indonesia harus sebagai negara maritim, transportasi laut harus jadi pertimbangan mengurangi beban jalur favorit pemudik di pantai utara Jawa.

"Kebiasaan mudik melalui jalur darat sudah saatnya dilengkapi jalur laut dengan memanfaatkan pelabuhan di utara Jawa seperti Cirebon, Tegal, Tanjung Emas,  dan Tanjung Perak," kata dia.

Ia menuturkan, harus ada upaya penanganan khusus terhadap pemudik menggunakan sepeda motor sebagai solusi angkutan Lebaran pada tahun mendatang.

"Penyediaan mudik gratis sepeda motor tidak hanya diberikan untuk pemudik di Jawa. Pemudik ke Lampung misalnya cukup besar menggunakan sepeda motor. Mestinya ada pemberian layanan mudik gratis motor hingga perbatasan Lampung dengan Bengkulu dan Sumatera Selatan,” kata dia.

Pengawasan terhadap sarana dan pengemudi bus umum benar-benar disiapkan. Terutama kesiapan fisik pengemudik bus jarak jauh wajib siapkan dua pengemudi.

“Yang perlu diwaspadai ada pemudik yang menyewa bus umum tetapi melalui terminal. Perusahaan bus yang armadanya dipesan untuk disewa harus dapat berikan jaminan jika kendaraannya aman,” kata dia.

Ditambah pengawasan terhadap pemudik menggunakan kapal laut. Hal itu karena masih terjadi kelebihan penumpang dan terkadang tidak terdaftar dalam manifest.

"Hal ini masih terjadi di pelabuhan yang terdapat di daerah kepulauan antara lain Riau, Maluku dan Maluku Utara serta pelabuhan di Jawa Timur,” ujar dia.

Djoko juga mengingatkan soal keberadaan perlintasan sebidang antara jalan raya dan rel masih cukup rawan terjadi kecelakaan terutama perlintasan yang tidak dijaga.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkeretapian Kementerian Perhubungan di Jawa terdapat 112 perlintasan sebidang yang rawan kecelakaan.

Di Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta terdapat 45 perlintasan. Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta 30 perlintasan dan Jawa Timur 37 perlintasan.

"Pemudik harus lebih berhati-hati dan cermat setiap melintas di perlintasan sebidang," ujar Djoko.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya