Liputan6.com, New York - Harga minyak dunia turun lebih dari USD 2 per barel usai dua produsen terbesar dunia mengindikasikan meningkatkan hasil produksi pada pertemuan OPEC pekan depan. Sedangkan ekspor Amerika Serikat (AS) terancam oleh potensi tarif China pada minyak mentah dan produk olahan.
Investor berhati-hati dan gugup menjelang KTT OPEC di Wina, Austria. Arab Saudi dan Rusia telah meningkatkan produksi secara moderat, dan mengindikasikan siap untuk meningkatkan produksi pada pertemuan itu.
Harga minyak Brent turun USD 2,5 atau 3,29 persen ke posisi USD 73,44 per barel. Harga minyak AS turun USD 1,83 ke posisi USD 65,06 per barel. Namun usai perdagangan, harga minyak AS susut USD 2,25 atau 3,4 persen ke posisi USD 64,64 per barel.
Advertisement
Baca Juga
Selama sepekan, harga minyak mentah Brent tergelincir empat persen. Sedangkan harga minyak AS turun 1,7 persen. China pun mengumumkan tarif pembalasan USD 50 miliar sebagai tanggapan atas serangkaian tarif yang diumumkan Presiden AS Donald Trump.
Kantor Berita Xinhua melaporkan, beberapa investor terkejut ketika minyak mentah dan produk energi lainnya dimasukkan untuk tarif pada kemudian hari.
Selama enam bulan terakhir, AS ekspor rata-rata 363 ribu barel per hari minyak mentah ke China bersama Kanada. China termasuk pembeli terbesar minyak mentah AS.
"Ini akan membutuhkan waktu bagi pembeli lain untuk serap minyak mentah itu,” ujar John Kilduff, Partner Again Capital seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (16/6/2018).
Harga minyak mentah AS dan Brent kini melebar usai China mengumumkan tarif yang direncanakan. Kedua harga minyak acuan itu turun dari level tertinggi dalam 3,5 tahun pada Mei. Adapun harga minyak ditekan oleh kenaikan produksi minyak mentah AS.
Selanjutnya
Sementara itu, the Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC), Rusia dan lainnya tampak siap untuk meningkatkan produksi yang akan diputuskan dalam pertemuan di Wina, Austria pada 22-23 Juni 2018.
"Pada pertemuan OPEC semua orang berbicara tentang meningkatkan produksi. Satu-satunya pertanyaan adalah seberapa banyak,” ujar Bob Yawger, Direktur Energi Mizuho.
Pada Kamis pekan ini, Menteri Energi Alexander Novak menuturkan, usai pembicaraan dengan Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih mendukung peningkatan bertahap produksi minyak usai membatasi produksi selama 18 bulan.
Novak menuturkan, satu opsi akan secara bertahap meningkatkan produksi sebesar 1,5 juta barel per hari kemungkinan dimulai pada 1 Juli. Falih mengatakan, kalau OPEC akan mencapai kesepakatan yang memuaskan.
Analis AxiTrader, Greg McKenna menuturkan Rusia tampaknya ingin kenaikan produksi lebih besar daripada beberapa produsen lainnya.
"Peningkatan produksi akan menjadi sesuatu yang kurang dari satu juta barel per hari yang seharusnya diminta oleh AS untuk Saudi,” kata McKenna.
Selain itu, investor juga khawatir tentang pasokan lantaran produksi AS terus meningkat. Berdasarkan data Baker Hughes GE, perusahaan energi AS menambahkan satu rig minyak pada pekan ini.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement