Usai Libur Panjang Lebaran, Industri Manufaktur Kejar Produksi

Beberapa sektor manufaktur yang berpeluang tumbuh gemilang selama Ramadan dan pilkada adalah makanan dan minuman, industri tekstil dan produk tekstil, serta industri alas kaki.

oleh Arthur Gideon diperbarui 20 Jun 2018, 09:45 WIB
Diterbitkan 20 Jun 2018, 09:45 WIB
Airlangga Hartarto
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat menjadi pembicara dalam acara Inspirato di SCTV Tower, Jakarta, Selasa (15/5). (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta - Industri manufaktur diyakini akan meningkatkan kembali produktivitas usai masa libur panjang Lebaran tahun ini. Peningkatan produktivitas tersebut akan mengerek pertumbuhan industri pada kuartal III 2018.

“Kemarin sempat transportasi barang dibatasi, ditambah pula dengan adanya liburan yang cukup lama dari biasanya. Tetapi ini bisa dikejar pada kuartal III nanti,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dikutip dari Antara, Rabu (20/6/2018).

Airlangga meyakini adanya momentum pemilihan kepala daerah (pilkada) yang berlangsung tahun ini di berbagai wilayah di Indonesia, berdampak positif terhadap produksi sejumlah industri manufaktur.

“Apalagi nanti juga ada Pemilu, tentu demand produknya lebih banyak lagi,” ujarnya.

Airlangga pun menyebutkan, beberapa sektor manufaktur yang berpeluang tumbuh gemilang karena mendulang permintaan domestik yang tinggi selama bulan Ramadan dan pilkada tersebut, antara lain industri makanan dan minuman, industri tekstil dan produk tekstil, serta industri alas kaki.

“Bahkan, industri printing juga akan meningkat,” ungkapnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada kuartal I tahun 2018, industri manufaktur nasional skala besar dan sedang di dalam negeri mengalami peningkatan produksi sebesar 0,88 persen, lebih tinggi dibanding kuartal IV 2017 quarter to quarter (q to q) dan tumbuh 5,01 persen dari kuartal I 2017 year on year (y on y).

Selanjutnya, industri pengolahan nonmigas tumbuh sebesar 5,03 persen di kuartal I 2018, meningkat dibanding periode yang sama tahun 2017 sekitar 4,80 persen. Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah industri mesin dan perlengkapan sebesar 14,98 persen.

Kinerja cemerlang juga diikuti industri makanan dan minuman yang menempati angka pertumbuhan hingga 12,70 persen, kemudian industri logam dasar 9,94 persen, industri tekstil dan pakaian jadi 7,53 persen, serta industri alat angkutan 6,33 persen.

Berdasarkan indeks manajer pembelian (purchasing manager index/PMI) Indonesia yang dirilis oleh Nikkei dan Markit, pergerakan industri manufaktur nasional semakin ekspansif lantaran didorong permintaan baru yang mengalami pertumbuhan paling cepat sejak Juli 2014.

Di samping itu, produksi manufaktur dalam negeri terus menunjukkan kenaikan selama empat bulan terakhir dan menjadi periode perluasan usaha yang terpanjang sejak lima tahun silam.

Capaian ini terlihat dari PMI Indonesia pada Mei 2018 yang menyentuh di level tertinggi dalam 23 bulan, yakni sebesar 51,7 atau naik dari bulan sebelumnya 51,6.

 

Hilirisasi Industri

Airlangga Hartarto
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat menjadi pembicara dalam acara Inspirato di SCTV Tower, Jakarta, Selasa (15/5). (Liputan6.com/JohanTallo)

Airlangga menegaskan, selama ini pihaknya fokus menjalakan program hilirisasi industri yang konsisten memberikan efek berantai terhadap perekonomian nasional.

Dampak positif itu antara lain peningkatan pada nilai tambah bahan baku dalam negeri, penyerapan tenaga kerja lokal, dan penerimaan devisa dari ekspor.

“Kami juga aktif mendorong peningkatan nilai investasi dan ekspor terutama di sektor manufaktur,” ujarnya.

Upaya ini diyakini mampu memacu pertumbuhan ekonomi nasional serta dapat menciptakan pemerataan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.

Sekjen Kemenperin Haris Munandar menyampaikan, pembatasan transportasi pada tanggal tertentu akan mempengaruhi aktivitas ekspor industri manufaktur.

“Memang kalau libur panjang, pasokan untuk ekspornya bisa terlambat,” tuturnya.

Kendati demikian, Haris optimistis, setiap industri memiliki strategi sendiri untuk mengatasi pemenuhan produk dalam negeri maupun ekspor. “Pasti mereka punya cara untuk mengantisipasi ini,” imbuhnya.

Pada kuartal I 2018, industri manufaktur mencatatkan nilai ekspor sebesar USD 32 miliar atau naik 4,5 persen dibanding capaian pada periode yang sama tahun lalu di angka USD 30,6 miliar.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya