Liputan6.com, Jakarta - Kelapa sawit Indonesia mendapat kampanye buruk di Uni Eropa (UE), bahkan akan ada pembatasan pada beberapa tahun ke depan. Namun, pemerintah terus memutar akal untuk menciptakan pasar baru bagi produk kelapa sawit Indonesia.
Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita, mengungkapkan Kementerian Perdagangan telah membidik beberapa negara untuk menjadi tujuan ekspor sawit Indonesia.
Advertisement
Baca Juga
"Kami buka pasar baru di Afrika, Timur Tengah," kata Enggartiasto seperti ditulis Jumat (6/7/2018).
Kendati demikian, diplomasi sawit dengan UE pun akan tetap berjalan. Sebab, jika UE terus menolak sawit Indonesia maka hal tersebut bisa menciptakan sebuah trade war (perang dagang).
"Dengan UE sendiri kita meyakinkan kepada mereka, sebab kalau sekarang UE tidak mau dengan perang dagang, Anda menyampaikan Anda tidak suka Amerika, tapi basically dengan apa yang you lakukan (mencekal sawit) you start the trade war, so what the difference?" ujarnya.
Adapun pasar baru kelapa sawit saat ini baru memasuki tahap promosi. Namun, Enggartiasto menegaskan ekspor sawit ke negara lain harus disertai perjanjian perdagangan sejak awal. "Kalau enggak, kita kena tarif tinggi," ucapnya.
Â
Merayu
Enggartiasto mengungkapkan telah merayu beberapa negara untuk bisa menerima sawit Indonesia.
"Saya kemarin ke Tunisia dan Maroko. Tunisia mudah-mudahan tahun ini kita bisa finalised PTA. Begitu selesai PTA, ada trust di antara kita, kita start lakukan FTA, sebab kalau mulai dengan FTA itu enggak akan selesai 1 tahun, bisa 2-3 tahun," kata dia.
"Kemudian yang dengan Australia saya harap selesai tahun ini, akhir tahun ini selesai. Indonesia-Australia CEPA. Kemudian Mozambik barangkali bisa tahun ini. Maroko kita harapkan di awal tahun depan tp kita akan kejar tahun ini," ucapnya.
Enggartiasto mengungkapkan negara-negara Afrika tersebut dipilih sebagai pasar baru sawit Indonesia, sebab ada perjanjian zero tarif.
"Selain Afrika itu growing, sekarang dari Tunisia ke Eropa, Maroko ke Eropa dilihat dari peta itu dekat sekali, dan mereka ada perjanjian zero tarif. Demikian juga ke dalam Afrika itu, demikian juga dengan Timur Tengah. Di Maroko sudah ada Indomi, saya senang sekali, karena 50 persen ekspor dari Indonesia,"Â kata dia.
Reporter:Â Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement