Liputan6.com, Jakarta - Tak banyak orang mengenal sosok Hasto Wardoyo sebelumnya. Nama ini mulai naik daun setelah berbagai kebijakan fenomenal yang ia terapkan di Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Ya, Hasto adalah Bupati Kulon Progo sejak 2011.
Meski berlatarbelakang sebagai Dokter, namun Hasto dianggap beebagai pihak sukses membangun ekonomi Kulon Progo. Prinsipnya, Kulon Progo harus berkembang dengan sistem kemandirian ekonomi. Apa yang dilakukan?
Pria kelahiran 1964 itu mengkritik kinerja Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Sebagai perusahaan air minum namun PDAM Kulon Progo justru tak bisa memproduksi air minum untuk warga Kulon Progo.
Advertisement
Baca Juga
"Saya katakan, PDAM itu kan Perusahaan Daerah Air Minum, tapi tidak bisa produksi air siap minum, kenapa tidak ganti nama saja menjadi Perusahaan Daerah Air Mandi, nyatanya airnya buat mandi. Karena saat ini masyarakat sudah tidak ada yang rebus air untuk diminum, mereka sudah eranya beli air kemasan," cerita Hasto dalam acara Indonesia Development Forum di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Selasa (10/7/2018).
Untuk itu dirinya memerintahkan PDAM untuk berinovasi dimana harus bisa menemukan cara untuk memproduksi air minum kemasan. Dia memberikan waktu kurang lebih 6 bulan untuk observasi. Hasilnya PDAM menyatakan mampu.
Akhirnya lahirlah air minum kemasan dengan merek 'Airku', singkatan dari Air Kulon Progo. Dari 9 juta kebutuhan air minum kemasan produk asing di Kulon Progo, Hasto berhasil menguranginya dengan mampu mengambil alih pasar sebanyak 2 juta air kemasan. Jumlah ini ditargetkan terus meningkat setiap tahunnya.
"Sebentar lagi kita akan punya Bandara Internasional, di sana semua maskapai harus gunakan Airku, kalau tidak ya jangan mendarat di Kulon Progo. Bandara ini harus berikan manfaat ekonomi ke masyarakat kita," tambahnya.
Â
Batik
Tak berhenti di situ, dia kembali membuat kebijakan untuk mewajibkan para pelajar untuk menggunakan batik buatan Kulon Progo di hari tertentu. Di Kulon Progo setidaknya ada pelajar sebanyak 80 ribu siswa dan ini otomatis menjadi konsumen tetap pengrajin batik Kulon Progo.
Akibat kebijakan ini, industri batik Kulon Progo bangkit dan terus berkembang. Sebagai dampaknya tingkat pengangguran berkurang dan kesejahteraan masyarakat meningkat. "Saya selalu katakan kita itu ideologinya Beli dan Bela Kulon Progo," tegasnya.
Lagi, Hasto membuat gebrakan dengan melarang minimarket waralaba seperti Alfamart dan Indomaret untuk membuka toko di wilayahnya. Jika ingin, mereka harus menggandeng Koperasi sekitar dan membuka toko dengan nama 'Tomira'. Tomira ini merupakan singkatan dari Toko Milik Rakyat. Sistem kerjasamanyapun dengan skema bagi hasil 3 tahun. Setelah itu Tomira menjadi sepenunya milik koperasi setempat.
Di Tomira ini, selain produk-produk konvensional yang dijual, juga menjadi tempat bagi UMKM Kulon Progo menjual produknya.
"Memang di Tomira ini ada 400an produk yang dijual, dan masyarakat Kulon Progo baru bisa isi 20 produk. Ini kita coba terus tingkatkan. Beras yang dijual sudah beras Kulon Progo, telur yang dijual juga telur hasil budidaya masyarakat kami," Hasto menceritakan.
Mengingat dirinya memiliki latar belakang sebagai Dokter, tak lupa dirinya membuat kebijakan untuk menjaga kesehatan masyarakatnya. Apa kebijakan itu? Menjadikan Kulon Progo sebagai kawasan bebas asap rokok.
"Setelah kawasan bebas rokok, kita juga melarang segala macam iklan rokok, bilboard atau dimedia apa saja," tegas dia.
"Masyarakat Kulon Progo itu setiap tahunnya Rp 93 miliar itu keluar dari mereka untuk beli rokok. Anggaran APBD saya untuk infrastruktur saja hanya Rp 80 miliar, jadi boros," pungkas Hasto.
Hasto sendiri saat ini sudah menjabat sebagai Bupati Kulon Progo untuk periode ke-2. Selama dirinya menjadi Bupati, dirinya saat malam hari tetap mengabdi kepada profesinya sebagai Dokter Kandungan, dimana dia tetap membuka praktek.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement