Sri Mulyani Atur Strategi Hadapi Potensi Pencabutan Fasilitas Impor dari AS

Menkeu Sri Mulyani mengungkapkan dirinya telah menerima laporan dari menteri-menteri teknis terutama yang berkaitan dengan proses ekspor-impor.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Jul 2018, 14:48 WIB
Diterbitkan 11 Jul 2018, 14:48 WIB
Kinerja Ekspor dan Impor RI
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (25/5). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Perang dagang antara Amerika dan China telah menjadi kenyataan. Kini, Amerika mulai membidik negara-negara berkembang untuk dikenakan bea masuk impor dengan cara mencabut fasilitas Generalized Sisytem of Preference (GSP) dari pemerintah AS. Salah satunya Indonesia.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengungkapkan dirinya telah menerima laporan dari menteri-menteri teknis terutama yang berkaitan dengan proses ekspor-impor.

"Kami merespon apa yang disampaikan menteri-menteri teknis, terutama Menteri Perindustrian (Airlangga Hartarto). Apa yang disampaikan adalah profil dan tantangan dari masing-masing industri," kata Menkeu di Kantor Pusat Pajak, Jakarta, Rabu (11/7/2018).

Mantan pejabat bank dunia tersebut mengungkapkan beberapa sektor industri yang bisa terdampak diantaranya industri makanan minuman, karet, tekstil, dan industri yang berhubungan dengan barang elektronik.

"Masing-masing kan memiliki persoalan yang berbeda-beda. Ada yang sifatnya masih raw material, mau membuat hilirisasi, maka membutuhkan respons policy yang berbeda dengan yang selama ini mengimpor bahan baku atau bahan antara atau barang modalnya untuk tujuan ekspornya mereka," ujar dia.

Dia menegaskan, pemerintah akan segera mencari solusi untuk melindungi industri dalam negeri. Salah satu caranya, bagaimana agar industri dalam negeri tidak lagi ketergantungan pada impor bahan baku.

Selain itu, pemerintah juga akan mencari cara agar bisa menggenjot ekspor yang saat ini masih rendah.

"Kami bersama pajak, bea cukai, serta BKF melakukan perumusan terhadap kebutuhan masing-masing industri itu. Tujuannya tentu saja dalam jangka menengah panjang, kami bisa mengurangi ketergantungan impor dan mendukung kenaikan ekspor, termasuk kami menggunakan LPEI untuk turut serta membantu pendanaan, dari sisi jaminan maupun berbagai hal teknis bagi para eksportir," dia menegaskan.

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

Wapres JK: Ekspor RI Tertekan Akibat Perang Dagang AS-China

Kinerja Ekspor dan Impor RI
Aktivitas bongkar muat barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7). Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kinerja ekspor dan impor Indonesia mengalami susut signifikan di Juni 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Wakil Presiden Jusuf Kalla menjelaskan bahwa perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China akan sangat berdampak kepada pada ekspor Indonesia. Ia melanjutkan, ekspor bahan baku industri ke China akan merosot.

JK memaparkan, perang dagang tersebut akan membuat industri Cina menurun. Otomatis, pasokan bahan baku dari Indonesia juga menurun karena permintaan yang berkurang.

"Otomatis kita banyak me-supply bahan baku itu bisa menurun ekspor bahan baku. Oleh karena itu upaya kita adalah bagaimana menstabilkan ekonomi dalam negeri sehingga bukan hanya ekspor tapi juga dalam negeri bisa tumbuh. Kedua juga mencari pasar baru," papar JK di Hotel JS Luwansa, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (10/7/2018).

Tidak hanya potensi penurunan ekspor. Indonesia juga terpengaruh langsung lantaran AS sedang mempertimbangkan untuk mengevaluasi generalized system of preferences (GSP).

Dia menjelaskan kebijakan tersebut merupakan pemotongan bea masuk impor terhadap produk ekspor dari negara yang memperoleh manfaat. "Memberikan keutamaan pada negara-negara berkembang termasuk Indonesia," papar JK.

Dia juga mengatakan pemerintah akan mengupayakan untuk tetap menstabilkan ekonomi dalam negeri. "Sehingga bukan hanya ekspor tapi juga dalam negeri bisa tumbuh," katanya.

Reporter: Intan Umbari Prihatin

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya