Pipa Gas Bawah Laut Banten Bocor karena Kapal Tak Patuh Instruksi

Kapal kargo tanpa muatan baru melakukan perawatan (docking) kemudian ditarik kapal pemandu.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 18 Jul 2018, 13:30 WIB
Diterbitkan 18 Jul 2018, 13:30 WIB
Gas Bumi
Ilustrasi Foto Gas Bumi (iStockphoto)

 

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menemukan penyebab putusnya pipa gas bawah laut milik China National Offshore Oil Corporation (CNOOC) yang terbentang dari terminal gas Pabelokan ke Cilegon.

Direktur Teknik dan Lingkungan Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Soer‎janingsih mengatakan, putusnya pipa gas bawah laut akibat jangkar kapal yang menyangkut pipa. Kapal tersebut terletak 60 meter dari lokasi putusnya pipa.

"Pipa itu putus, karena ada dugaan kapal ada di dekat situ jaraknya 60 meter," kata Soerjaningsih, di Jakarta, Rabu (18/7/2018).

Kapal kargo tanpa muatan ini baru melakukan perawatan (docking), kemudian ditarik kapal pemandu. Namun, sebelum mendapat instruksi kapal ini menurunkan jangkar kemudian mengenai pipa gas.

Adapun jalur pipa gas tersebut memang boleh dilintasi kapal, tapi tidak boleh melakukan Lego jangkar di lokasi tersebut.

"Kapal lagi docking di situ sudah lelesai mau keluar sama kapal docking master, belum waktunya buang jangkar buang jangkar di situ‎," jelasnya.

Menurut Soerjaningsih, Kementerian ESDM telah menyerahkan permasalahan kebocoran pipa gas ke pihak Kepolisian, kapal yang menjadi penyebab pipa bocor juga sedang ditahan untuk diselidiki.

"Itu urusan kepolisian, itu kapal ditahan sama Polda Banten, sebenarnya enggak apa-apa lewat situ asal jangan buang jangkar,"‎ tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pipa Gas Bocor di Perairan Banten, PLN Rugi Rp 7 Miliar per Hari

Gas Bumi
Ilustrasi Foto Gas Bumi (iStockphoto)

Sebelumnya, pipa gas di Perairan Bojonegara, Serang, mengalami kebocoran. Kondisi ini berimbas pada dihentikannya pasokan aliran gas ke salah satu unit turbin Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) untuk menghentikan kebocoran gas ke laut.

Atas kebocoran pipa gas ini, PLTGU Cilegon mengaku rugi sekitar Rp 7 miliar per hari. Ini lantaran tidak berproduksinya satu turbin pembangkit listrik mereka.

"Hitungan per hari. Kerugian kita 350 juta perangkat jam. Sekitar Rp 7 miliar lebih," kata General Manager (GM) PLTUG Cilegon, Irwan Edi Syahputra Lubis, saat ditemui dikantornya, Selasa (10/7/2018).

Turbin listrik yang mati itu menghasilkan total 350 Mega Watt (MW). Di mana, 240 MW dihasilkan dari turbin utama dan 110 MW dihasilkan dari stim turbin.

Meski begitu, Irwan menjamin pasokan listrik untuk wilayah Jawa-Bali-Madura, terutama kawasan Banten Utara, Banten Barat dan Banten Selatan, dapat tetap terlayani.

"Tentunya pasokan berkurang. Alhamdulillah tidak ada pemadaman. Karena di jalur kita ada tiga sumber, PLTGU Cilegon, PLTU labuan dan IBT (interbus transformator)," kata Irwan.

Pasokan listrik dari ketiganya, dapat terus mengaliri listrik ke konsumen tegangan tinggi dan rendah selagi kebocoran pipa gas belum teratasi, juga selama tidak dalam masa perawatan.

"Batas maksimalnya enggak ada. Jadi selama seluruh sumber ini tidak terjadi pemeliharaan atau gangguan stok, jadi tidak akan ada masalah," jelas Irwan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya