Pertamina Menanti Suntikan Pemerintah untuk Sehatkan Keuangan

PT Pertamina (Persero) menanti kebijakan pemerintah, untuk meringankan beban keuangan akibat kebijakan harga Premium.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 25 Jul 2018, 12:22 WIB
Diterbitkan 25 Jul 2018, 12:22 WIB
Ilustrasi Perusahaan Minyak dan Gas Pertamina
Ilustrasi Perusahaan Minyak dan Gas Pertamina

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) menanti kebijakan pemerintah, untuk meringankan beban keuangan akibat kebijakan harga Premium dan Solar bersubsidi yang ditetapkan pemerintah.

Direktur Keuangan PT Pertamina (Persero), Arief Budiman mengakui, kebijakan pemerintah dalam menetapkan harga Premium dan Solar subsidi yang tidak disesuaikan dengan kenaikan harga minyak dunia, membuat pendapatan perusahaan pada sisi hilir menurun.

"Ya, turun (pendapatan sisi hilir)," kata Arief, di Jakarta, Rabu (25/7/2018).

Arief menuturkan, Pertamina masih menunggu kebijakan pemerintah, untuk meringankan beban keuangan yang disebabkan pelaksanaan kebijakan tersebut. Dia pun berharap kebijakan yang dikeluarkan nantinya berdampak postif pada kinerja keuangan pe‎rusahaan.

"Ya kita masih lihat kebijakannya seperti apa. Mudah-mudahan secara total positif," ujar dia.

Terkait dengan rencana pemerintah untuk meringankan beban Pertamina, dengan menambah subsidi solar menjadi Rp 2 ribu per liter dan mengalihkan keuntungan atas penjualan minyak untuk menambal selisih harga Premium.

‎Arief menilai, dua rencana tersebut bisa menolong Pertamina jika diterapkan, sehingga bisa meringankan beban. Selain itu, kondisi keuangan Pertamina bisa jauh lebih sehat jika piutang atas subsidi yang telah disalurkan dibayar pemerintah.

"Membantu, pemerintah konsen masalah ini. Ini juga membantu kita banyak. Rp 15 triliun tagihan sudah dibayar yang piutang 2016. Kita sudah cukup banyak dibantu," ujar dia.

 

 

Harga Minyak Naik karena Meredanya Kekhawatiran Kelebihan Pasokan

Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Sebelumnya, harga minyak naik pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Pelaku pasar mengalihkan fokus ke kemungkinan peningkatan permintaan dari China dari fokus sebelumnya mengenai kekhawatiran akan kelebihan pasokan.

Mengutip Reuters, Rabu 25 Juli 2018, harga minyak mentah Brent naik 38 sen ke level USD 73.44 per barel, setelah mencapai level tinggi di aangka USD 74 pada sesi perdagangan sebelumnya.

Sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup naik 63 sen atau hampir 1 persen sehingga menetap di USD 68,52 per barel. Sepanjang perdagangan Selasa, harga minyak WTI mencapai tinggi USD 69,05 per barel.

Laporan yang menyatakan bahwa China meningkatkan belanja infrastruktur membantu mengurangi kekhawatiran bahwa ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dengan China akan mengurangi permintaan akan energi terutama minyak.

"Kenaikan belanja infrastruktur akan sangat membantu kenaikan harga minyak," jelas analis di Price Futures Group, Chicago, Phil Flynn. Ia melanjutkan, sejak masa lalu belanja infrastruktur di China selalu mendorong permintaan minyak.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya