Ekonomi RI Bakal Tumbuh 5,2 Persen pada 2018

Sejumlah sentimen eksternal membayangi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2018.

oleh Merdeka.com diperbarui 31 Jul 2018, 16:40 WIB
Diterbitkan 31 Jul 2018, 16:40 WIB
2018, Menko Perekonomian Patok Pertumbuhan Ekonomi Harus 5,4 Persen
Pemandangan gedung bertingkat di Jakarta, Sabtu (28/4). Pemerintah menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada di angka 5 persen belum memadai. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Center of Reform on Economy (Core) Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada semester I 2018 sebesar 5,1 persen. Sementara pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun 2018 hanya akan mencapai kisaran 5,2 persen.

"Dalam CORE Economic Outlook 2018 yang dirilis bulan November tahun lalu, CORE telah memprediksikan bahwa ekonomi Indonesia tahun ini hanya akan tumbuh 5,1 hingga 5,2 persen, lebih rendah dari target pemerintah sebesar 5,4 persen," ujar Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal, dalam "CORE Mid-year Review 2018", di Hong Kong Cafe, Jakarta, Selasa (31/7/2018).

Dia menjelaskan, hingga semester I 2018, upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang Iebih tinggi pada 2018 mendapat tantangan yang semakin berat akibat meningkatnya tekanan eksternal. 

"Selain kenaikan harga minyak dan pelemahan nilai tukar rupiah akibat penaikan suku bunga acuan the Fed, perang dagang yang mengalami eskalasi akhir-akhir ini menjadi tantangan baru di tahun ini," kata dia.

Di dalam negeri, konsumsi swasta yang mengalami perlambatan selama hampir dua tahun sebenarnya sudah mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan pada kuartal kedua tahun ini. 

"Selama dua tahun (pertumbuhan konsumsi) di bawah 5 persen. Pada kuartal kedua lebih cepat dari kuartal I 2018, juga lebih cepat kuartal yang sama di tahun lalu," ujar dia.

Sejalan dengan membaiknya permintaan domestik, industri manufaktur juga mulai melakukan ekspansi signifikan sepanjang paruh pertama tahun ini. Meski demikian, dorongan pertumbuhan ekonomi dari dalam negeri tertahan oleh gejolak global.

"Dampaknya sudah terlihat dari kinerja neraca perdagangan kembali jatuh defisit di paruh pertama tahun ini, serta pergerakan nilai tukar rupiah yang semakin liar akhir-akhir ini," ujar dia.

Sementara itu, investasi yang menjadi salah satu motor pertumbuhan utama juga berpotensi melambat akibat tekanan eksternal dan ketidakpastian menjelang tahun politik.

Di sisi lain, pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dan kenaikan harga minyak memberikan efek positif terhadap penerimaan pemerintah.

"Windfall ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui belanja yang lebih berkualitas dan pengelolaan risiko fiskal, termasuk di antaranya pengelolaan utang," ujar dia.

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

 

 

 

BI Prediksi Ekonomi RI Tumbuh 5,2 Persen pada 2018

2018, Menko Perekonomian Patok Pertumbuhan Ekonomi Harus 5,4 Persen
Pemandangan proyek pembangunan gedung di Jakarta, Sabtu (28/4). Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, pertumbuhan ekonomi wajib meningkat hingga 6 persen lebih mulai 2019. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengaku optimistis, pertumbuhan ekonomi hingga akhir 2018 akan berada di kisaran 5,2 persen. 

Dia menuturkan, angka ini lebih baik dari realisasi pertumbuhan ekonomi 2017 yang hanya mampu sekitar 5,07 persen.

"Prediksi pertumbuhan ekonomi sampai dengan akhir tahun ini sekitar 5,2 persen. Memang agak naik, tapi naiknya agak lambat," ujar dia di Gedung BI, Jakarta, seperti ditulis Kamis 26 Juli 2018.

Perry mengungkapkan, realisasi pertumbuhan ekonomi tersebut juga didorong beberapa faktor. Yakni melalui kebijakan fiskal, tingkat konsumsi rumah tangga, juga investasi di Indonesia yang terus meningkat. "Tidak hanya infrastruktur, sekarang juga investasi di bidang-bidang lain naik," kata dia. 

Meski demikian, yang menjadi persoalan adalah kinerja ekspor saat ini tidak diimbangi dengan kenaikan impor. "Ekspornya sudah cukup naik, bagus, tapi memang impornya juga naiknya kencang, sehingga dari sisi eksternalnya sumbangan secara netonya agak lebih rendah," ujar dia. 

Akan tetapi, kata Perry, apabila dilihat dari beberapa daerah antara lain di Sumatera, Kalimantan, dan kawasan timur Indonesia peningkatan dari sisi ekspor sudah menunjukkan cukup baik. Ini ditunjukkan dari ekspor komoditas daerah tersebut terus meningkat.

Sementara itu, dia juga meyakini realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat tercapai di angka tersebut. Mengingat Bank Indonesia (BI) juga menargetkan inflasi berada di level 3 persen.

"Dari sisi inflasi sangat rendah alhamdulillah 3,3 persen. Akhir tahun ini kemungkinan 3,5 persen. Masih cukup rendah, insyaallah bisa terjangkau," ujar dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya