Menko Luhut: Masalah Rupiah Bisa Beres dalam Beberapa Bulan ke Depan

Kondisi ekonomi Indonesia masih sehat meskipun tengah dilanda beberapa masalah eksternal.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 02 Agu 2018, 19:45 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2018, 19:45 WIB
Festival Prestasi Indonesia, UKP Pancasila Beri Penghargaan 72 Orang
Menko bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan memberikan sambutan pada Festival Prestasi Indonesia di Jakarta Convention Center, Senin (21/8). Luhut menggantikan Presiden Jokowi yang batal hadir untuk membuka gelaran tersebut. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan, menyatakan bahwa Pemerintah RI terus melakukan berbagai upaya agar perekonomian Indonesia kian membaik. Sejauh ini, pertumbuhan ekonomi RI telah berada pada jalur yang tepat.

Ia pun menjabarkan beberapa data yang menyatakan kondisi ekonomi negara masih sehat meskipun tengah dilanda beberapa masalah.

"Semua kita bicara data. Data-data ekonomi kita bagus. Ada masalah rupiah, tetapi bisa dibereskan dalam beberapa bulan ke depan, karena kita menggunakan biodiesel B20 yang bisa mengatasi masalah ini," klaim dia di Jakarta, Kamis (2/8/2018).

Terkait nilai tukar rupiah yang kini masih berdiri di kisaran 14.400 per dolar AS, Luhut menambahkan, hal tersebut masih lebih baik dibanding negara lain semisal Brazil dan Turki.

"Currency, Indonesia masih di kelas menengah. Jadi kalau dibanding Brazil, Turki, Indonesia masih lebih baik dari banyak hal," sambungnya.

Menurutnya, pemerintah saat ini tengah membangun industri yang banyak tertinggal selama bertahun-tahun.

"Sebut saja Garuda Wisnu Kencana sudah selesai, semalam saya dilaporin. Teluk Benoa, cruise terminal sudah dibereskan. Ini peluang mengangkut penumpang dengan kapal cruise. Kami lihat sekarang potensi Indonesia sangat besar dan kami dorong terus," paparnya.

"Kemarin, kami baru tanda tangan dengan Qatar Investment Authority, USR 500 juta untuk Mandalika. Dia mau investasi lagi dalam banyak hal," dia menambahkan.

Lewat berbagai pembenahan itu, ia menegaskan, negara bisa mengantongi hingga USD 20 miliar dari sektor turisme dan USD 2 miliar dari local content.

Dia pun meminta kepada berbagai kalangan, khususnya generasi muda, agar perkara ini tidak dipolitisasi dengan coba membohongi data.

"Saya titip sebagai senior kalian, jangan bicara bohong. Kalau pemerintah sekarang ada kurang, yes. Tapi saya ingin katakan, kami (Pemerintah) lakukan secara profesional dan dalam team work," tutur Luhut.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Jurus Pemerintah Jaga Ekonomi di Tengah Ketidakpastian Global

Pemerintah rapat bersama Banggar
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberi paparan dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR di Gedung Nusantara II DPR, Kamis (31/5). Rapat terkait penyampaian kerangka ekonomi makro dan pokok kebijakan dalam RAPBN 2019. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada di atas lima persen merupakan salah satu yang terbaik di antara negara-negara di kawasan ASEAN lain. Hal ini mengingat Indonesia merupakan negara terbesar di kawasan tersebut.

"Kita lihat dari South East Asia seperti Vietnam, Kamboja dia pertumbuhannya seperti apa. Kalau Indonesia negara paling besar di ASEAN," ujar dia pada Selasa 31 Juli 2018.

Dia mengungkapkan, agar pertumbuhan ekonomi bisa terus berada di atas 5 persen, pemerintah akan terus berupaya menjaga komponen-komponen pembentuk pertumbuhan ekonomi, seperti konsumsi masyarakat.

"Untuk bisa menjaga pertumbuhan di atas 5 persen di dalam situasi perekonomian global yang sangat dinamis, kita akan terus menjaga dari komponen pertumbuhan ekonominya, konsumsi, daya belinya kita jaga, investasi, pertumbuhan kreditnya sudah di atas 10 persen. Itu berarti positif," ujar dia.

Selain itu, Sri Mulyani juga berharap pasar dan pihak swasta terus bisa memberikan dukungan terhadap ekonomi nasional dengan menanamkan modalnya di Indonesia.

"Kita juga berharap bahwa dari capital market juga memberikan confindence sehingga korporasi juga bisa memberikan pembiayaan. Kemudian dari ekspor sudah cukup tinggi tapi impornya meningkat jadi kita jaga supaya external balance tidak terlalu negatif. Jadi kita akan tetap fokus apa yang menjadi pertumbuhan di Indonesia dan itu kita perbaiki," kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya