Menperin: Rata-Rata Pertumbuhan Sektor Industri di Atas 5 Persen

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto meyakini pertumbuhan produksi industri manufaktur nasional akan meningkat pada kuartal III atau semester II 2018.

oleh Merdeka.com diperbarui 02 Agu 2018, 19:15 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2018, 19:15 WIB
Pembukaan GIIAS 2018
Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto memberikan sambutan pada pembukaan GAIKINDO Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2018 di ICE BSD, Tangsel, Kamis (2/8). GIIAS 2018 mengambil tema Expand Ideas Beyond Mobility. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto meyakini pertumbuhan produksi industri manufaktur nasional akan meningkat pada kuartal III atau semester II 2018. Untuk itu, pemerintah terus berupaya menciptakan iklim usaha yang kondusif di dalam negeri agar perusahaan-perusahaan bisa lebih agresif dan ekspansif sehingga mampu memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.

“Sektor industri kita rata-rata masih tumbuh di atas lima persen, atau di atas perekonomian. Bahkan, pertumbuhannya ada yang lebih cepat seperti industri mesin dan perlengkapan serta industri makanan dan minuman," kata dia dalam keterangan tertulis, Kamis (2/8/2018).

Airlangga menilai, momentum Lebaran dan Pilkada pada tahun ini berdampak positif terhadap naiknya permintaan domestik sehingga terjadi pula peningkatan produksi di sejumlah sektor manufaktur, seperti industri makanan dan minuman, industri tekstil dan produk tekstil, industri alas kaki, serta industri percetakan.

"Apalagi tahun depan ada Pemilu, demand produknya akan lebih banyak lagi," ujarnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang menunjukkan peningkatan pada kuartal II 2018 sebesar 4,36 persen secara year on year (yoy) terhadap kuartal ll 2017. Kenaikan tersebut, terutama disebabkan naiknya produksi industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki mencapai 27,73 persen.

Sektor lain yang juga mengalami pertumbuhan produksi pada kuartal kedua tahun ini, di antaranya industri karet, barang dari karet dan plastik sebesar 17,28 persen, industri minuman mencapai 15,41 persen, industri pakaian jadi tembus 14,63 persen, serta industri alat angkutan di angka 12,34 persen.

Airlangga menyampaikan, pihaknya terus mendorong industri nasional agar memanfaatkan teknologi terkini untuk memaksimalkan produksi secara lebih efisien dengan hasil yang berkualitas. Hal ini sejalan dengan penerapan revolusi industri generasi keempat atau industri 4.0.

"Di era digital, aktivitas manufatur tidak lagi sekadar melibatkan mesin dalam proses produksinya. Saat ini, beberapa pabrikan sudah melompat lebih jauh, yakni memadukan dengan internet of things (IoT) atau kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang menjadi ciri dari industri 4.0," paparnya.

Sementara itu, hasil survei Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia dari Nikkei juga menunjukkan, indeks PMI pada Juli 2018 naik menjadi 50,5 dibanding Juni 2018 yang mencapai 50,3. Indeks PMI di atas 50 menunjukkan industri mampu ekspansi.

"Kenaikan PMI ini sangat positif, membuktikan bahwa industri manufaktur kita sedang bergeliat. Untuk itu, kami harus jaga dan terus dorong agar lebih produktif dan berdaya saing," tutur Airlangga.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Bisnis Baru di RI Terus Tumbuh

Pembukaan GIIAS 2018
Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto foto bersama di depan mobil konsep Daihatsu pada pembukaan GAIKINDO Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2018 di ICE BSD, Tangsel, Kamis (2/8). (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Selain itu, Nikkei juga menyatakan bahwa hingga Juli, jumlah bisnis baru di Indonesia naik selama enam bulan berturut-turut. Sementara, tingkat ketenagakerjaan di sektor manufaktur Indonesia juga naik selama dua bulan berturut-turut.

Masih merujuk data BPS, pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil pada periode kuartal II/2018 juga mengalami kenaikan sebesar 4,93 persen (y-on-y) terhadap kuartal II/2017. Kenaikan ini terutama dipicu naiknya produksi industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia yang mencapai 25,55 persen, serta industri percetakan dan reproduksi media rekaman sebesar 24,42 persen.

"Dalam hal ini, Kemenperin fokus dalam pelaksanaan program e-Smart IKM di Indonesia. Program strategis ini dinilai dapat meningkatkan akses pasar bagi pelaku IKM dalam negeri melalui internet marketing. e-Smart IKM merupakan sistem basis data IKM nasional yang tersaji dalam bentuk profil industri, sentra, dan produk yang diintegrasikan dengan market place yang telah ada,” jelas Airlangga.

Kemenperin menargetkan, sebanyak 4000 IKM lokal akan bergabung dalam program e-Smart IKM pada tahun 2018. Sasaran tersebut naik dibanding tahun lalu yang pesertanya sudah mencapai 2.730 IKM. Dalam pelaksanaannya, Kemenperin telah menggandeng sejumlah marketplace dalam negeri seperti Bukalapak, Tokopedia, Blibli, Shopee, dan Blanja.com.

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya