Penguatan Dolar AS Membebani Harga Emas

Tingkat suku bunga yang lebih tinggi cenderung meningkatkan dolar dan imbal hasil treasury, yang menambah tekanan pada harga emas.

oleh Nurmayanti diperbarui 10 Agu 2018, 06:31 WIB
Diterbitkan 10 Agu 2018, 06:31 WIB
Ilustrasi Harga Emas (4)
Ilustrasi Harga Emas

Liputan6.com, London - Harga emas bergerak mendatar seiring penguatan Dolar yang membebani momentum kenaikan logam mulia ini. Meskipun demikian, harga emas sempat mengambil peluang dari kestabilan mata uang China, yuan.

Melansir laman Reuters, Jumat (10/8/2018), harga emas di pasar spot mendatar ke posisi USD 1.213,05 per ounce. Adapun emas berjangka AS untuk pengiriman bulan Desember turun USD 1,10, atau 0,1 persen menjadi USD 1.219,90 per ounce.

 "Kami masih berpikir (emas) akan bergerak lebih tinggi di babak kedua karena dolar yang sedikit melemah. Pemerintah China mencoba untuk menghentikan yuan (dari) pelemahannya, dan kita akan memiliki lebih banyak kekhawatiran atas perdagangan," kata analis Bank of America-Merrill LynchMichael Widmer.   

Emas sangat berkorelasi dengan yuan dalam beberapa tahun terakhir. Selama berminggu-minggu, mata uang Cina ini bertindak sebagai proxy di tengah kekhawatiran tentang ketegangan perdagangan AS-Cina.   

Kini Dolar tercatat menguat terhadap sekeranjang mata uang utama dipicu memudarnya ketegangan geopolitik.

Dolar yang kuat membuat harga emas lebih mahal untuk investor non-AS. "Saat ini, emas dalam pola bertahan sampai Anda mendapatkan lebih banyak data," kata Josh Graves, Ahli Komoditas Senior RJO Futures.    

Saat ini, emas gagal mengambil manfaat dari meningkatnya ketegangan geopolitik di tahun ini. Investor lebih memilih pengamanan investasi seperti keamanan dolar ketimbang emas.

Ketegangan yang dimaksud terkait rencana China akan mengenakan tarif impor balasan sebesar 25 persen atas impor senilai USD 16 miliar terhadap AS.

Di sisi lain, Washington mengatakan akan memberlakukan sanksi baru terhadap Rusia terkait masalah agen.

Apalagi, Federal Reserve juga telah menaikkan suku bunga AS dua kali pada tahun ini dan menargetkan dua kenaikan lagi. Tingkat suku bunga yang lebih tinggi cenderung meningkatkan dolar dan imbal hasil treasury, yang menambah tekanan pada emas.

Adapun harga perak naik 0,4 persen menjadi USD 15,45 per ounce, sementara platinum tidak berubah dari posisi USD 826,50.  Harga Palladium meningkat 0,7 persen menjadi USD 906 per ounce.

Harga Emas Sebelumnya

Ilustrasi Harga Emas
Ilustrasi Harga Emas (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Harga emas berjangka menguat seiring dolar Amerika Serikat (AS) dan imbal hasil obligasi pemerintah melemah. Hal tersebut memberikan dukungan untuk harga emas.

"Harga emas lebih tinggi untuk hari kedua karena ketegangan perdagangan antara AS dan China meningkat dan reli dolar AS mulai mereda," ujar Kepala Riset Saxo Bank, Ole Hansen, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Kamis (9/8/2018).

Harga emas untuk pengiriman Desember naik USD 2,7 atau 0,2 persen ke posisi USD 1.221 per ounce. Kenaikan harga emas itu terjadi dalam dua hari berturut-turut. Namun, komoditas ini sebagian besar diperdagangkan dalam rentang yang sempit.

Sementara itu, harga perak untuk pengiriman September naik 5,9 sen atau 0,4 persen ke posisi USD 15.43 per ounce. Harga emas melemah didorong indeks dolar AS yang tertekan. Indeks dolar AS turun 0,1 persen ke posisi 95,16. Sementara itu, imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun berada di posisi 2,96 persen.

Dolar AS yang lebih kuat dapat membuat komoditas logam yang dipatok dolar AS kurang menarik bagi pembeli. "Dolar AS yang kuat akhirnya melemah terhadap yuan China. Kini fokus terhadap kenaikan suku bunga AS, dan bursa saham AS yang menguat. Serta kurangnya tekanan inflasi mengurangi daya tarik emas sebagai safe haven. Perubahan dalam jangka pendek terjadi terhadap dolar AS sehingga membawa risiko turun," tambah Hansen.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya