Pertamina Bakal Terapkan Sistem Digital Penyaluran BBM, Bagaimana Nasib RFID?

PT Pertamina (Persero) kembali merencanakan menggunakan sistem teknologi digital, pada proses penyaluran BBM.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 14 Agu 2018, 10:45 WIB
Diterbitkan 14 Agu 2018, 10:45 WIB
Harga Pertamax Naik
Petugas mengisi BBM ke kendaraan konsumen di SPBU Abdul Muis, Jakarta, Senin (2/7). PT Pertamina (Persero) menaikkan harga Pertamax, Pertamax Turbo dan Pertamina Dex mulai dari Rp500 hingga Rp900 per liter mulai 1 Juli 2018. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) kembali merencanakan menggunakan sistem teknologi digital, pada proses penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM) yang sebelumnya akan menerapkan Radio Frequency Identification (RFID) pada kendaraan pada 2013.

Lalu bagaimana nasib program RFID?

Vice President Retail Fuel Marketing PT Pertamina, Jumali ‎mengatakan, program RFID yang sempat digalakan Pertamina bertujuan membatasi konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi saat ini telah dihentikan.

"Sudah tidak berlaku lagi (program RFID)," kata Jumali, di Jakarta‎, Selasa (14/8/2018).

Jumali menuturkan, dalam penerapan teknologi digital dalam penyaluran BBM, Pertamina lebih fokus pada pencatatan jumlah BBM yang disalurkan.

Pertamina tidak lagi pada pembatasan konsumsi BBM bersubsidi seperti yang ditujukan pada pemasangan RFID.

"‎Lain cerita, yang utama. Yang di purpose sama Kementerian dan BPH Migas melalui sinergi BUMN," tutur dia.

Untuk diketahui, RFID merupakan alat pembatas konsumsi BBM subsidi berupa ring, yang ditempel pada mulut tangki kendaraan ‎dan kran penyaluran BBM di dispanser (nozzle).

Alat tersebut bekerja jika pengguna kendaraan membeli BBM subsidi lebih dari ketentuan, maka BBM bersubsidi dari dispanser di SPBU tidak mengalir.

Alat tersebut sudah sempat dipasang di kendaraan khususnya wilayah DKI Jakarta, pada periode 2013, karena konsumsi BBM bersubsidi pada waktu itu membengkak melebihi kuota yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).

Namun, ketika kepemimpinan pemerintahan berganti dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi Joko Widodo (Jokowi), program tersebut tidak jadi berjalan.

Lantaran, pemerintah menetapkan subsidi tetap pada solar dan melepas subsidi untuk premium, sehingga negara tidak dibebankan subsidi.

‎Sedangkan tujuan Pertamina menerapkan sistem teknologi digital kembali pada penyaluran BBM, bertujuan agar pencatatan BBM yang disalurkan lebih akurat.

 

 

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

Tujuan Penerapan Sistem Digital

Harga Pertamax Naik
Petugas mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke kendaraan konsumen di SPBU Abdul Muis, Jakarta, Senin (2/7). PT Pertamina (Persero) secara resmi menaikkan harga Pertamax Cs akibat terus meningkatnya harga minyak dunia. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Direktur BBM Badan Pengatur Kegiatan Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Patuan Alfon Simanjuntak mengungkapkan, tujuan penerapan sistem digital pada penyaluran BBM adalah,memudahkan BPH Migas dalam mengawasi, mendata semua volume BBM bersubsidi dan non subsidi yang didistribusikan melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).

"Untuk itu, PT Pertamina (Persero) akan memberlakukan dan memastikan agar sistem digitalisasi ini terbangun pada akhir 2018," ujar dia.

Anggota Komite BPH Migas Saryono Hadiwijojo menambahkan, dengan diterapkannya sistem digital, maka jumlah BBM bersubsidi yang disalurkan Pertamina ke masyarakat tercatat dengan baik, hal ini akan memudahkan pemerintah khususnya Kementerian Keuangan membayar susbsidi ke Pertamina.

Selain itu, data konsumsi BBM yang tercatat ‎dengan baik akan membuat penetapan alokasi BBM pada suatu wilayah lebih akurat, sehingga penyaluran BBM akan lebih lancar karena volumenya tepat.

‎"Kelancaran distribusi di NKRI supaya tepat volume dan sasaran, sehingga tidak terjadi keterlambatan," kata dia.

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya