Liputan6.com, Jakarta Ekonom Senior Centre of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah berdampak besar pada sektor riil. Pada sektor ini, depresiasi mempengaruhi tataran produksi dan investasi di Indonesia.
"Terutama di sektor-sektor manufaktur, yang banyak menggunakan bahan baku impor,"Â ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Senin (3/9/2018).
Tak hanya dari proses produksi, Piter juga menekankan pada jumlah permintaan (demand) masyarakat di pasar.
Advertisement
Baca Juga
"Harga jual otomatis dinaikkan karena harga bahan baku sendiri naik, kemudian juga dari sisi demand menggerus daya beli. Makanya supply, produksi, dan demand terganggu, yang ujung-ujungnya membuat produsen cenderung menahan produksi," jelas dia.
Lebih lanjut dia menjelaskan, besarnya defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) RI, membuat Indonesia cenderung rentan saat dihadapkan akan gejolak global. Ini yang kemudian membawa Argentina dan Turki menuju krisis.
"Kita itu current account-nya defisit, ini yang membuat Indonesia goyang. Negara dengan kecenderungan defisit akan fragile saat dihadapkan dengan shocked global," ungkap dia.
"Kita itu inflasinya bagus, pertumbuhan ekonominya bagus, dan penganggurannya bagus. Tapi selalu ada catatan merah yaitu current account defisit. Negara dengan kecenderungan defisit ini selalu rentan akan sentimen eksternal," tambah dia.
Oleh karena itu, lanjut dia, pasar merespon negatif atas iklim investasi Indonesia yang tak pasti.
"Karakter nilai tukar itu kan sangat bergantung pada confident market. Sekali pasar terganggu, nilai tukar melemah. Kalau melemah, banyak yang beli, dan jika telah banyak yang beli, makin melemah lagi nilai tukar ini," tegasnya.
Meski begitu, Piter mengungkapkan Bank Indonesia (BI) telah berupaya menjaga nilai tukar dengan melakukan intervensi pasar. "Ini yang kemudian dilakukan oleh BI, mengintervensi pasar supaya nilai tukar relatif terjaga," tutup dia.
Sebagai informasi, nilai tukar rupiah hari ini tercatat atau sudah menyentuh di posisi Rp 14.822.
Awali Pekan, Rupiah Masih Betah di Kisaran 14.750 per Dolar AS
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan di awal pekan ini. Selain rupiah, nilai tukar mata uang lain di Asia juga mengalami tekanan.Â
Mengutip Bloomberg, Senin (3/9/2018), rupiah dibuka di angka 14.745 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.710 per dolar AS.
Sejak lagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.745 per dolar AS hingga 14.785 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 9,03 persen.
Baca Juga
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.767b per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan pada Jumat lalu yang ada di angka 14.711 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah bergerak mendatar pada sesi awal perdagangan, karena pelaku pasar mengantisipasi sentimen yang akan muncul, seperti data inflasi domestik pada periode Agustus," kata Analis Senior CSA Research Institue Reza Priyambada dikutip dari Antara.
"Rupiah masih dibayangi sentimen negatif terutama dari eksternal sehingga terbuka potensi pelemahan," katanya.
Ekonom Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih mengatakan bahwa pagi ini sejumlah mata uang di kawasan Asia kompak dibuka melemah terhadap dolar AS, itu menjadi sentimen pelemahan rupiah.
"Tetapi kemungkinan Bank Indonesia akan menjaga kuat rupiah yang sudah melewati Rp14.700 per dolar AS sehingga tidak tembus level psikologis baru di atas Rp14.800 per dolar AS," katanya.
Advertisement