Rupiah Melemah, BUMN Diminta Kurangi Impor

Pelemahan rupiah dinilai tidak akan menggoyahkan bisnis BUMN.

oleh Septian Deny diperbarui 05 Sep 2018, 20:00 WIB
Diterbitkan 05 Sep 2018, 20:00 WIB
Kinerja Ekspor dan Impor RI
Aktivitas bongkar muat barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7). Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kinerja ekspor dan impor Indonesia mengalami susut signifikan di Juni 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pelemahan rupiah dinilai tidak akan menggoyahkan bisnis Badan Usaha Milik Negara (BUMN), khususnya yang terkait dengan keuangan perseroan. Sebab, BUMN dianggap mempunyai kesiapan menghadapi melemahnya nilai tukar rupiah.

Pengamat Ekonomi UGM Fahmy Radhi mencontohkan kondisi PT Pertamina (Persero) yang stabilitas keuangannya terjaga baik di tengah melemahnya rupiah. Hal tersebut dapat dilihat dari laba yang diperoleh hingga semester I tahun 2018.

"Kondisi perusahaan BUMN secara financially masih bagus. Contohnya Pertamina, masih profit hingga semester satu. Profit yang diperoleh memang menurun tapi karena potential loss," ujar dia di Jakarta, Rabu (5/9/2018).

Selain itu, adanya kebijakan perlindungan nilai (hedging) dari pemerintah juga dinilai membuat pelemahan rupiah ini tidak berpengaruh pada BUMN.

"Upaya itu merupakan salah satu jurus jitu guna menjaga bisnis perseroan BUMN yang menerima pembayaran devisa dalam kurs valuta asing," kata dia.

Meski demikian, lanjut Fahmy, guna mengantisipasi dampak dari gejolak ekonomi yang tidak terduga, BUMN harus menekan angka impor bahan baku dan melakukan optimalisasi ketersediaan domestik.

"BUMN yang import content-nya tinggi, pasti sedikit terpengaruh. Namun sebaliknya, BUMN yang lebih banyak ekspor content justru menguntungkan dengan melemahnya rupiah," tandas dia.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya