Durasi Penawaran Lebih Panjang, SBR04 Tembus di Atas Rp 3 Triliun

Savings Bond Ritel merupakan produk SUN untuk investor individu (ritel) yang penjualannya dilakukan melalui sistem online yang dikenal dengan e-SBN.

oleh Septian Deny diperbarui 07 Sep 2018, 17:45 WIB
Diterbitkan 07 Sep 2018, 17:45 WIB
IHSG Berakhir Bertahan di Zona Hijau
Petugas menata tumpukan uang kertas di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Kamis (6/7). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada sesi I perdagangan hari ini masih tumbang di kisaran level Rp13.380/USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Panjangnya masa penawaran instrumen surat utang negara (SUN) berbasis tabungan atau saving bonds retail (SBR) seri SBR004 menjadi salah satu kunci keberhasilan meraih jumlah pemesan hingga di atas Rp 3 triliun.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Luky Alfirman menilai, masa penawaran SBR004 yang panjang membuka kesempatan lebih besar bagi masyarakat yang semakin sadar berinvestasi dengan ada instrumen SUN berbasis tabungan.

"Selain kesadaran berinvestasi, kami melihat adanya kesadaran berbangsa para pemesan instrumen SBR004 untuk berkontribusi langsung dalam pembangunan negara melalui instrumen SUN berbasis tabungan," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (7/9/2018).

Savings Bond Ritel merupakan produk SUN untuk investor individu (ritel) yang penjualannya dilakukan melalui sistem online yang dikenal dengan e-SBN.

Sistem e-SBN merupakan salah satu milestone yang penting dalam upaya Pemerintah mengembangkan dan memperdalam pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik.

Inovasi teknologi e-SBN juga telah menjangkau investor di 34 provinsi dan memberikan kemudahan kepada investor untuk berinvestasi di instrumen SUN Ritel selama 24 jam selama masa penawaran sekaligus dapat menjangkau basis investor ritel yang lebih luas.

Hingga pekan ini, SBR004 dengan mengusung tagline Aku Pun Bisa Investasi yang diterbitkan secara elektronik (e-SBN) dengan masa penawaran mulai 20 Agustus hingga 13 September 2018 telah mencapai lebih dari Rp 3 triliun dari target di atas Rp 5 triliun.

Dana hasil penjualan SBR004 tersebut akan dialokasikan pemerintah untuk memenuhi sebagian kebutuhan pembiayaan APBN 2018, terutama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia.    

Target SBR004 jauh lebih besar dibandingkan tiga SBR sebelumnya. Dari hasil penjualan SBR001 tercapai Rp 2,39 triliun, sementara hasil penjualan SBR002 Rp 3,92 triliun.

Strategi berbeda terjadi pada SBR003 yang meraih Rp 1,93 triliun karena ditujukan pada pasar yang lebih retail dan milenial.

Sebagai produk yang merupakan penerus dari SBR003, penjualan SBR004 ditawarkan dengan tingkat kupon perdana yang tidak kalah menarik, yakni 8,05 persen pa (kupon mengambang) dengan masa tenor dua tahun, yang diperoleh dari penjumlahan antara suku bunga Bank Indonesia 7 Days Repo Rate yang sudah naik 125 bps tahun ini menjadi 5,50 persen dengan premium spread tetap sebesar 255 bps.

"Selain itu SBR004 serupa SBR003 dipasarkan secara daring dan melibatkan 11 mitra penjual, melampaui SBR003 yang hanya melibatkan 9 mitra distribusi. Kami optimistis, hingga masa penutupan target di atas Rp 5 triliun akan tercapai," tutur Luky.

Pemerintah Kembali Tawarkan Surat Utang Negara Lewat Online

Suku Bank Bank
Ilustrasi Foto Suku Bunga (iStockphoto)

Sebelumnya, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menetapkan besaran kupon untuk saving bond ritel seri SBR 004 atau surat utang negara (SUN) ritel sebesar 8,05 persen. Kupon tersebut lebih tinggi dari seri SBR 003 sebesar 6,8 persen pada 31 Mei-20 Agustus 2018.

Adapun SBR 004 ini akan dijual secara online kepada investor individu (e-SBN) dengan tingkat kupon bunga mengambang.Kupon mengambang tersebut dengan tingkat kupon minimal dengan suku bunga acuan BI adalah BI 7-day reverse repo rate kini berada di posisi 5,5 persen. Demikian mengutip dari laman Kemenkeu, Senin 20 Agustus 2018.

Tingkat kupon untuk periode tiga bulan pertama pada 19 September 2018-20Desember 2018 ada sebesar 8,05 persen. Hal tersebut berasal dari suku bunga acuan yang berlaku pada saat penetapan kupon yaitu 5,5 persen ditambah spread tetap 255 basis poin atau 2,55 persen.

Tingkat kupon berikutnya akan disesuaikan setiap tiga bulan pada tanggal penyesuaian kupon hingga jatuh tempo. Penyesuaian tingkat kupon didasarkan pada suku bunga acuan ditambah spread tetap 255 bps.

Tingkat kupon sebesar 8,05 persen adalah berlaku sebagai tingkat kupon minimal dan tingkat kupon minimal tidak berubah hingga jatuh tempo.

Pembayaran kupon akan dilakukan setiap tanggal 20 dan pertama kali dilakukan pada 20 Oktober 2018. Masa penawaran dilakukan pada 20 Agustus 2018 dan penutupan 13 September 2018.  Ini kedua kalinya pemerintah menjual SUN ritel secara online pada 2018.

Untuk minimum pemesanan surat utang negara ini sebesar Rp 1 juta dan maksimum pemesanan Rp 3 miliara. Obligasi yang ditawarkan ini obligasi negara tanpa warkat, tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder, dan tidak dapat dicairkan hingga jatuh tempo kecuali pada masa pelunasan sebelum jatuh tempo.

 

 Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya