Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dipastikan akan terus bergerak fluktuatif hingga akhir tahun. Itu mengingat normalisasi suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve (the Fed) masih akan berlangsung sampai Desember tahun ini.
Pengamat ekonomi Asian Development Bank Eric Sugandi mengatakan, kenaikan suku bunga acuan yang diprediksikan naik kembali oleh the Fed memicu volatilitas mata uang rupiah.
"Sampai Federal Open Market Committee (FOMC) meeting di 18-19 Dec 2018, rupiah dan mata uang emerging markets masih akan berada dalam tekanan," tuturnya saat berbincang dengan Liputan6.com, Senin (10/9/2018).
Advertisement
Baca Juga
Pasalnya, kata Eric, arah kebijakan the Fed itu masih sangat ditunggu kepastiannya oleh para pelaku pasar dan investor.
"Ini karena para pelaku pasar financial global menunggu realisasi kenaikan US Federal Funds Rate (FFR), setidaknya 2 kali lagi sampai akhir tahun. Namun tekanan ini sifatnya akan timbul tenggelam, tergantung persepsi dan sentimen pelaku pasar," ujarnya.
Meski demikian, Eric tetap meramalkan nilai tukar rupiah akan menguat dan terjaga pada posisi Rp 14.800 hingga akhir tahun 2018 ini. "Rupiah saya perkirakan akan ada di kisaran 14.600 - Rp14.800 per dolar AS di akhir tahun ini," tutupnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
BI Kembali Minta Tak Khawatirkan Pelemahan Rupiah
Nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini dibuka pada level 14.835 per Dolar Amerika Serikat (AS), melemah tipis dibandingkan penutupan sebelumnya di posisi 14.820.Â
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengatakan pelemahan nilai tukar saat ini berbeda dengan kondisi pada 1998. Pelemahan yang terjadi saat ini juga terjadi di negara lain.
BACA JUGA
"Enggak perlu dikhawatirkan karena negara lain juga melemah. Bahkan jauh lebih daripada kita. Negara seperti Australia juga melemah sama dengan kita, Selandia Baru juga melemah sama seperti kita," ujarnya di Gedung DPR, Jakarta, Senin (10/9/2018).
Untuk itu, Mirza memastikan ekonomi Indonesia saat ini cukup kuat dibandingkan kondisi 1998.
Bank Sentral akan terus ada di pasaran untuk memastikan stabilisasi nilai tukar mata uang Garuda.
"Jadi tidak menjadi sesuatu yang perlu dikhawatirkan karena fundamental ekonomi kita kuat. (Berarti masih aman?) aman," jelasnya.
Advertisement