BI Sebut Ekonomi Dunia Berat Sebelah

Guna menghadapi situasi ketidakpastian ekonomi dunia, Bank Indonesia telah menerapkan tiga bauran kebijakan.

oleh Merdeka.com diperbarui 10 Sep 2018, 20:34 WIB
Diterbitkan 10 Sep 2018, 20:34 WIB
Ilustrasi Bank Indonesia
Ilustrasi Bank Indonesia

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menjelaskan salah satu faktor menyebabkan ketidakpastian ekonomi dunia saat ini adalah pertumbuhan ekonomi dunia yang berat sebelah, yakni menguatnya Amerika Serikat (AS).

"Ekonomi dunia pertumbuhannya berat sebelah. Ibarat pesawat, hanya satu mesin yang menggerakan, karena ekonomi Amerika yang kuat, negara lain melemah," kata Kepala Departemen Internasional Bank Indonesia Doddy Zulverdi dalam diskusi 'Bersatu untuk Rupiah', di Jakarta, Senin (10/9/2018).

Tumbuhnya perekonomian AS yang diikuti dengan penurunan kinerja ekonomi negara lain inilah yang menimbulkan kekhawatiran di pasar global.

"Orang kemudian khawatir kalau mesin sebelah seperti ini, masih bisa bertahan maju atau tidak sehingga investor ragu dengan ketahanan ekonomi dunia," jelasnya.

Guna menghadapi situasi ketidakpastian ekonomi dunia ini, Bank Indonesia telah menerapkan tiga bauran kebijakan, antara lain kebijakan moneter, kebijakan mitigasi, dan kebijakan menaikkan suku bunga, di mana ketiganya dimaksudkan untuk menstabilitaskan situasi ekonomi dalam negeri.

"Situasi yang kita hadapi memang situasi yang belum pasti. Kita harus selalu waspada. Yang perlu dilihat bahwa otoritas terkait, baik pemerintah, BI, dan OJK tidak tidur, terus berkoordinasi sehingga langkah-langkah stabilisasi terus berjalan," ujarnya.

"Yang kita sarankan adalah masyarakat tetap tenang, menggunakan produk dalam negeri, lalu untuk liburan keluar negeri kurangi dahulu. Intinya, tolong berbagai pihak masyarakat membantu mencoba mengurangi dominasi dolar," tandas Doddy.

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Global Bergejolak, Menko Darmin Akui Sulit Ekonomi RI Tumbuh 5,4 Persen

Paparkan RAPBN 2019, Menteri Kabinet Kerja Kompak Duduk Bersama
Menko Perekonomian Darmin Nasution bersama sejumlah menteri memberi keterangan pers RAPBN 2019 di Media Center Asian Games, JCC Jakarta, Kamis (16/8). Pada konpers tersebut nilai Rupiah dipatok Rp 14.400/US dalam RAPBN 2019. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengakui, target pertumbuhan ekonomi 2018 akan sulit tercapai.

Darmin Nasution mengungkapkan, pesimisme tersebut muncul akibat kondisi ekonomi global yang tengah bergejolak.

"Kita sadar betul bahwa ekonomi dunia memang bergejolak, oleh karena itu kenaikannya pertumbuhan ekonomi itu pelan, mungkin di 2018 5,4 persen susah," kata Darmin pada Rabu 5 September 2018. 

Sebagai informasi, target pertumbuhan ekonomi yang dicanangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 sebesar 5,4 persen.

Darmin memaparkan capaian hingga kuartal II 2018 memang cukup baik namun laju pertumbuhannya masih pelan. Dia meramalkan pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun berada di angka 5,3 persen.

"Kuartal-II pertumbuhan kita baik 5,27 persen. Tapi sampai akhir tahun kalau sudah 5,3 persen, bagus, tapi 5,2 rasanya masih OK," ujar dia.

Darmin mengatakan, tahun depan ekonomi global masih belum stabil. Oleh sebab itu dia prediksi pertumbuhan ekonomi 2019 berada di kisaran 5,3 persen.

"Tahun depan pemerintah merencanakn pertumbuhan 5,3 karena ekonomi dunia tetap belum pulih, bahkan beberapa bulan terakhir sejak Amerika mulai melakukan tekanan ke sana kemari dan melakulan perang dagang maka terjadi tambahan gejolak perekonomian dunia," ujar dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya