Kadin Targetkan DHE yang Dikonversikan ke Rupiah Capai 40 Persen

Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) terus melakukan berbagai cara untuk menarik devisa hasil ekspor (DHE) ke dalam negeri.

oleh Merdeka.com diperbarui 18 Sep 2018, 15:32 WIB
Diterbitkan 18 Sep 2018, 15:32 WIB
Neraca Ekspor Perdagangan di April Melemah
Aktifitas kapal ekspor inpor di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (26/5). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus 1,24 miliar . (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) terus melakukan berbagai cara untuk menarik devisa hasil ekspor (DHE) ke dalam negeri.

Langkah ini dilakukan menyusul pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan Perkasa Roeslani mengaku siap membawa DHE  ke dalam negeri untuk dikonversikan ke dalam rupiah.

Bahkan jumlah DHE yang dikonversikan diperkirakan mencapai 40 persen dalam waktu setahun. Rosan menyampaikan, terkait dengan DHE sendiri sebetulnya para pelaku eksportirsudah bertemu dengan pemerintah untuk menjelaskan kemampuannya dalam mengkonversikan hasil DHE-nya ke rupiah.

"Sudah diminta komitmennya (eksportir) dan sudah diminta detailnya berapa yang bisa dikonversi, berapa yang berkebutuhan barang. Ini sudah berjalan," ujar Rosan saat ditemui di Kantor Kemenko Bidang Kemaritiman, Jakarta, Selasa (18/9/2018). 

Bank Indonesia (BI) mencatat pada kuartal II 2018, DHE yang terkonversi ke rupiah hanya sebesar USD 4,4 miliar. Realisasi ini sebesar 13,7 persen dari total DHE yang masuk ke bank domestik sebanyak USD 32,1 miliar.

"Kalau kemarin masih 13,7 persen , teman-teman (eksportir) bilang bisa sampai 40 persen dalam waktu setahun," kata Rosan. 

Rosan mengungkapkan, pelemahan nilai tukar rupiah juga bisa merugikan bagi pengusaha apabila terus berkelanjutan. Oleh karena itu, menurut dia, komitmen para eksportir tersebut bisa menguatkan rupiah. "Jadi kita sadar ini untuk kepentingan bersama," ujar dia.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

 

Pelemahan Rupiah Bisa Jadi Senjata Buat Atasi Defisit Neraca Perdagangan

20161018-Ekspor Impor RI Melemah di Bulan September-Jakarta
Aktivitas bongkar muat peti kemas di JICT Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (18/10). Penurunan impor yang lebih dalam dibandingkan ekspor menyebabkan surplus neraca dagang pada September 2016 mencapai US$ 1,22 miliar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia sepanjang Agustus 2018 mengalami defisit sebesar USD 1,02 miliar. Angka ini menurun dibandingkan defisit Juli 2018 sebesar USD 2,03 miliar.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengatakan, untuk mengatasi masalah defisist neraca perdagangan pemerintah perlu meningkatkan nilai ekspor. Apalagi dengan terdepresiasinya rupiah saat ini menjadi kesempatan baik untuk mendorong ekspor.

"Memang kita masih punya upaya agar ekspor lebih tumbuh, khususnya ekspor manufaktur. Harusnya degan dorongan rupiah yang sudah terdepresiasi bisa jadi faktor untuk kompetitif kita sisi ekspor," kata Dody saat ditemui di Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (17/9/2018).

Kebijakan pemerintah dalam menekan lanju impor pun sebetulnya sudah dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari adanya penurunan defisit yang hampir setengahnya dibandingkan pada Juli 2018 lalu.

"Ya gini aja artinya kan tetap melihat kebijakan kemarin ke impor sudah mulai terlihat dampaknya tentunya masih akan bertahap karena kita melihat kebijakan seperti itu punya periode menengah panjang," imbuh Dody.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya