Bank Dunia: Ekonomi Makro Kuat Tingkatkan Ketahanan Indonesia

Bank Dunia menilai proyeksi ekonomi Indonesia tetap positif meski hadapi ketidakpastian global.

oleh Merdeka.com diperbarui 20 Sep 2018, 19:42 WIB
Diterbitkan 20 Sep 2018, 19:42 WIB
(Foto: Merdeka.com/Yayu Agustini Rahayu)
Bank Dunia paparkan laporan lndonesia Economic Quarterly Bank Dunia edisi September 2018 (Foto:Merdeka.com/Yayu Agustini Rahayu)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Dunia menilai proyeksi ekonomi Indonesia tetap positif meski hadapi ketidakpastian global.

Dalam laporannya, Country Director World Bank Indonesia, Rodrigo Chavez menyebutkan konsumsi swasta dan pemerintah Indonesia yang lebih kuat mengangkat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) riil menjadi 5,3 persen pada kuartal II. Kondisi tersebut didukung oleh investasi yang kokoh, inflasi stabil, dan pasar tenaga kerja yang kuat.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan mencapai 5,2 persen tahun ini juga pada tahun 2019. Kemudian secara berangsur memperkuat hingga 5,3 persen pada tahun 2020," kata dia dalam acara laporan lndonesia Economic Quarterly Bank Dunia edisi September 2018 yang dirilis hari ini di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, Kamis (20/9/2018).

Risiko terhadap proyeksi ini termasuk normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat yang sedang berlangsung. Selain itu, meluasnya gejolak terkait pasar negara berkembang lainnya. 

"Komitmen pemerintah Indonesia untuk menjaga stabilitas, bersama dengan mengeluarkan kebijakan yang tegas dan terkoordinasi, serta fundamental ekonomi makro yang kuat telah meningkatkan ketahanan Indonesia di tengah naiknya ketidakpastian global, " ujar dia.

Berkat kinerja ekonomi yang kuat selama bertahun-tahun, lndonesia telah menurunkan tingkat kemiskinan dari 19,1 persen pada 2000 menjadi 9,8 persen pada 2018.

"Peluang ekonomi yang lebih baik, khususnya di daerah perkotaan, telah membantu banyak penduduk keluar dari kemiskinan dan menjadi bagian kelas menengah," ujar dia.

 

Bank Dunia Soroti Urbanisasi

Keberadaan Kampung di Jakarta
Anak-anak sekolah melintas di Kampung Kuningan Timur, Jakarta, Kamis (11/1). Permukiman warga miskin di kampung tersebut terlihat kontras dengan pembangunan hunian bertingkat mewah dan pusat-pusat perbelanjaan di sekitarnya. (Liputan6.com/Arya Manggala)

Dalam kesempatan serupa, Frederico Gil Sander selaku Ekonom Utama untuk Bank Dunia di Indonesia menyoroti urbanisasi.

Dia menyatakan lebih dari separuh penduduk Indonesia kini tinggal di perkotaan, sehingga laporan edisi kali ini membahas tantangan dan peluang bagi Indonesia dalam memanfaatkan urbanisasi untuk membawa kemakmuran yang lebih besar dan merata. 

"Urbanisasi bisa menjadi kekuatan besar bagi pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan, tapi jika tidak dikelola dengan baik kerugian akibat tekanan yang terjadi akan lebih besar dari manfaatnya," ujar dia.

"Untuk menuai potensi urbanisasi, pemerintah nasional dan daerah perlu bekerjasama melakukan reformasi kebijakan dan kelembagaan," sambungnya.

Beberapa rekomendasi kebijakan bank dunia dalam laporan tersebut adalah kebutuhan untuk mencapai tiga ‘C' yaitu Convergence, Connect dan Customize.

Convergence menyatukan dan memperluas layanan dasar agar seluruh penduduk Indonesia menikmati layanan pendidikan, kesehatan, air, dan sanitasi yang bermutu.

Kemudian Connect, menghubungkan dan mengintegrasikan di dalam dan antar berbagai lokasi sehingga semua bisa mengakses peluang ekonomi. Ketiga adalah Customize, menyesuaikan kebijakan untuk menyasar kelompok atau wilayah yang tertinggal. 

Peluncuran laporan lndonesia Economic Quarterly edisi September 2018 merupakan bagian dari Voyage to Indonesia. Ini serangkaian kegiatan menjelang 2018 Annual Meetings of the international Monetary Fund and the World Bank Group di Bali pada 12-14 Oktober 2018. 

 

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya