Tahun Politik Tak Bakal Ganggu Investasi dari AS

Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, menegaskan tahun politik tidak akan membawa pengaruh terlalu besar bagi iklim investasi.

oleh Merdeka.com diperbarui 27 Sep 2018, 20:41 WIB
Diterbitkan 27 Sep 2018, 20:41 WIB
Menperin Airlangga Hartarto
Menperin Airlangga Hartarto menyambangi sentra kerajinan perak Kotagede

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, menegaskan tahun politik tidak akan membawa pengaruh terlalu besar bagi iklim investasi, terutama dari Amerika Serikat (AS).

Menurut dia, pola pikir "long term" para investor AS serta karakteristik politik Indonesia dan Amerika Serikat yang hampir sama, membuat para investor AS bakal lebih paham kondisi politik Indonesia.

"Investor kebanyakan view long term kalau politik 5 tahunan. Apalagi di Amerika mereka sudah terbiasa," kata dia, pada acara US-Indonesia Investment Summit 2018 di Jakarta, Kamis (27/9/2018).

Dia mengatakan, yang justru menjadi tantangan bagi Indonesia adalah persiapan iklim investasi yang ramah bagi investor serta memperbanyak sektor yang dapat dimasuki investor.

"Challenge Amerika sekarang kebanyakan investasi di ekstrak industri. Kedua mereka akan dorong ke digital ekonomi. Makanya kita harus create supaya digital ekonomi ini bisa masuk," kata dia.

"Kalau dulu revolusi kedua mereka punya perusahaan champion Ford. Kalau champion ekonomi sekarang apakah itu Google, Apple, Silicon Valley base company. Kalau sektor banyak," tambah Airlangga.

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber:Merdeka

ADB Imbau RI Perkuat Ekspor dan Investasi

20151113-Ilustrasi Investasi
lustrasi Investasi Penanaman Uang atau Modal (iStockphoto)

Sebelumnya, Asia Development Bank (ADB) prediksi defisit transaksi berjalan (current account deficit) Indonesia masih akan melebar pada 2018. Hal tersebut terungkap dalam Asia Development Outlook (ADO) 2018.

Berdasarkan prospek yang telah direvisi tersebut, defisit transaksi berjalan diprediksi sebesar 2,6 persen. Angka ini melebar dari defisit transaksi berjalan pada 2017 sebesar 1,7 persen.

Senior Economic Officer ADB, Priasto Aji, mengatakan melebarnya defisit transaksi berjalan dipicu oleh melajunya investasi dalam negeri serta kinerja ekspor yang masih lemah.

"Current account defisit pada dasarnya cerminan ekonomi kita. Ada current account defisit, tapi kita lihat tujuannya untuk apa? selama ini yang cukup tinggi ini, karena kita mau investasi," kata dia saat ditemui di Kantor ADB, Jakarta, Rabu 26 September 2018.

"Sebetulnya untuk biayai investasi nggak masalah. Current account defisit itu biasa, ada ya di bawah 3 persen atau lebih," lanjut dia.

Dia menuturkan, untuk memperbaiki kinerja transaksi berjalan perlu dilakukan perbaikan. Perbaikan terutama dari sisi peningkatan kinerja ekspor serta penguatan investasi 

"Memang perlu ada perbaikan ekspor perlu ditingkatkan lagi. Caranya pertama kita structure reform, harus dilanjutkan bagaimana caranya kita push ekspor, push investasi," ujar dia.

Perbaikan terhadap kinerja ekspor dan investasi, kata Aj,  tidak hanya memperbaiki defisit transaksi berjalan, melainkan juga dapat memberikan sumber pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat dan sustainable.

"Dorong ekspor, mendorong investasi sebagai sumber pertumbuhan ekonomi yang lebih sustainable daripada hanya konsumsi. Beberapa tahun terakhir sudah ada mulai pergerakan dari konsumsi ke investasi. Bagaimana ke depan ditingkatkan lagi," kata dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya