Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak sedikit mengalami tekanan pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) setelah sebelumnya mampu reli dalam tiga sesi dan mencetak level tertinggi.
Pada perdagangan sehari sebelumnya memang harga minyak mencetak level tertinggi sejak 2014 karena adanya kekhawatiran berkurangnya pasokan minyak global karena adanya sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Iran.
Selain itu harga minyak menyentuh rekor tertinggi juga karena adanya permintaan global yang tetap kuat meskipun saat ini ada perang dagang.
Advertisement
Baca Juga
Mengutip Reuters, Rabu (3/10/2018), harga minyak Brent yang merupakan patokan harga global turun 18 sen menjadi USD 84,80 per barel, sehari setelah mencapai level tertinggi empat tahun di USD 85,45 per barel.
Sedangkan untuk harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 7 sen menjadi USD 75,23 per barel, setelah sebelumnya menyentuh tertinggi empat tahun di USD 75,91 per barel.
Analis yang disurvei oleh Reuters meramalkan bahwa stok minyak mentah AS naik sekitar 2 juta barel untuk periode lalu. Kelompok industri American Petroleum Institute (API) akan mengeluarkan data pada Selasa sore waktu setempat dan untuk pemerintah AS akan mengeluarkan data pada hari Rabu pagi.
Harga minyak mentah naik tiga kali lipat dari posisi terendah yang dicapai pada Januari 2016 setelah Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia memangkas produksi.
Sentimen pasar minyak terangkat oleh kesepakatan terakhir Minggu untuk menyelamatkan NAFTA sebagai pakta trilateral antara Amerika Serikat, Meksiko, dan Kanada.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Sanksi AS
Sanksi AS terhadap industri minyak Iran, yang pada puncaknya tahun ini memasok hampir 3 persen dari konsumsi harian dunia, akan mulai berlaku pada 4 November. Hal tersebut akan memangkas pasokan di dunia.
Survei Reuters menyatakan bahwa produksi OPEC dengan adanya sanksi terhadap iran tersebut akan mengalami penurunan 100 ribu barel per hari. Sementara produksi dari OPEC secara keseluruhan naik sebesar 90 ribu barel per hari dari Agustus.
"Para analis percaya sekarang ada risiko yang semakin besar (minyak mentah) bisa menyentuh USD 100 per barel," kata riset HSBC dalam prospek Ekonomi Global kuartal IV 2018.
Advertisement