Liputan6.com, Jakarta - Ada banyak perdebatan mengenai pengaruh robot dan kecerdasan buatan terhadap pekerjaan yang ada saat ini. Pada 10 tahun ke depan, diperkirakan ada 1 juta pekerjaan di Amerika Serikat (AS) yang mungkin akan tergantikan oleh teknologi automasi.
Namun, beberapa riset juga menyatakan bahwa kemajuan teknologi akan lebih banyak menciptakan pekerjaan-pekerjaan baru dibanding memusnahkan yang ada. Disrupsi akibat kemajuan teknologi automasi ini ternyata juga mempengaruhi proses perekrutan pekerja baru.
Banyak perusahaan yang mulai menggunakan teknologi robotik untuk mempercepat proses perekrutan, mempermudah pekerjaan hiring manager, serta mengurangi bias yang bisa merugikan pelamar.
Advertisement
Baca Juga
Bahkan, hampir seluruh perusahaan yang masuk dalam Fortune 500 menggunakan semacam automasi untuk meningkatkan proses perekrutan mereka. Facebook dan Apple misalnya, bekerjasama dengan platform Triplebyte yang menggunakan program kecerdasan buatan untuk melakukan wawancara online dengan software engineer. Teknologi ini kemudian mencocokkan pelamar dengan pekerjaan yang paling relevan dengan keahlian mereka.
CEO dan Co-Founder Triplebyte Harj Taggar mengklaim bahwa platform yang didirikannya membuka peluang bagi kandidat yang lebih beragam. “Rekrutmen yang dilakukan oleh perekrut kurang efektif karena perekrut cenderung mencari tipe-tipe orang yang serupa,” ujarnya, dilansir dari CNBC Make It.
Tingkat penerimaan Triplebyte pun merefleksikan yang dikatakan pendirinya. 40 persen kandidat yang menggunakan Triplebyte berhasil mendapat pekerjaan, 2 kali lebih besar dibanding rata-rata penerimaan industri yang hanya 20 persen.
* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.
Juga Menguntungkan Pelamar
Triplebyte bukan satu-satunya dalam hal ini. Sejumlah start-up teknologi telah menggunakan algoritma untuk membantu perekrut meningkatkan proses rekrutmen, termasuk melalui wawancara terautomasi.
“Ketika digunakan dengan benar, perekrutan pekerja berbasis AI bisa mengurangi bias, meningkatkan pengalaman kandidat, mengurangi waktu perekrutan, dan mengurangi turnover di masa depan,” tutur ahli ketenagakerjaan di situs TopResume Amanda Augustine.
Teknologi ini juga tidak hanya menguntungkan pihak perekrut saja tetapi juga pelamar kerja. Riset perusahaan rekrutmen global Randstad pada 2017 menunjukkan 91 persen pelamar kerja di AS percaya bahwa teknologi membuat proses melamar kerja lebih efisien. Selain itu, responden juga merasa lebih dihargai dan dilibatkan dalam proses rekrutmen.
Namun, industri perekrutan harus berhati-hati dalam menyeimbangkan penggunaan teknologi untuk membuka peluang bagi calon pekerja dan pada saat bersamaan tidak menutup pekerjaan yang lain. (Felicia Margaretha)
Advertisement