Liputan6.com, Jakarta - Pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan tidak akan mengalami pertumbuhan yang signifikan pada 2019 atau cenderung stagnan dari pertumbuhan yang telah terjadi sebelumnya.
International Monetery Fund (IMF) dalam rilis 'World Economic Outlook Oktober 2018', memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi global pada 2019 sebesar 3,7 persen atau lebih lambat 0,2 persen dari proyeksi yang dikeluarkan pada Juli 2018, yakni dari 3,9 persen. Adapun, hingga akhir 2018, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia masih berada di level 3,7 persen.
Menanggapi hal ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa situasi perekonomian global yang berada di tengah ketidakpastian memang memberikan dampak yang besar pada kinerja ekonomi dunia, termasuk Indonesia.
Advertisement
Baca Juga
"Tentu IMF akan sampaikan apa faktor-faktor dari sisi demand side maupun supply side, tapi lingkungan yang kita hadapi sekarang dengan adanya kenaikan suku bunga dan nilai tukar, dia sebabkan beberapa aspek dari agregat demand kita terpengaruh," kata dia, di Cuortyard, Nusa Dua, Bali, Selasa (9/10/2018).
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mengatakan kinerja perekonomian, terutama Indonesia mesti dihadapi dengan kombinasi kebijakan, baik dari pemerintah maupun Bank Indonesia.
"Kalau dengan interse rate BI merespons, pasti kita melihat ada pengaruhnya terhadap investasi dan exchange rate. Kami harap impor turun ekspor baik. Kalau responsnya lebih cepat harusnya bisa canceling. Tapi kita lihat bagaimana respons industri kuat terhadap lingkungan yang kita hadapi," tandas dia.
* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
IMF Pangkas Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 3,7 Persen
The International Monetary Fund (IMF) atau Dana Moneter Internasional memangkas prediksi pertumbuhan ekonomi global. Ini dipicu kenaikan suku bunga dan meningkatnya ketegangan perang dagang.
IMF menyatakan ekonomi global akan tumbuh 3,7 persen pada 2018. Prediksi sama ini pada 2018, tetapi turun dari perkiraan Juli 2018 di kisaran 3,9 persen.
IMF memangkas prospek untuk 19 negara yang menggunakan euro dan Eropa Tengah dan Timur, Amerika Latin, Timur Tengah, dan Afrika sub-Sahara. Laporan itu dirilis di tengah pertemuan IMF-World Bank di Bali pada 12-14 Oktober 2018.Â
BACA JUGA
IMF mengharapkan ekonomi AS tumbuh 2,9 persen pada 2018. Pertumbuhan ekonomi tersebut tercepat sejak 2005 dan tidak berubah pada prediksi Juli. Demikian mengutip laman VOA, Selasa (9/10/2018).
Akan tetapi, ekonomi Amerika Serikat (AS) diprediksi melambat menjadi 2,5 persen pada 2019. Ini meredanya efek pemangkasan pajak dan perang dagang antara AS dan China.
Bank sentral AS atau the Federal Reserve telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak tiga kali pada 2018. Ini karena ekonomi AS makin kuat usai berakhirnya resesi.
IMFÂ pun tetap pertahankan perkiraan pertumbuhan ekonomi di posisi 6,6 persen pada 2018. Ini seiring dampak tarif impor oleh AS terhadap China. Pada 2019, IMF memangkas prospek pertumbuhan ekonomi China jadi 6,2 persen. Angka itu menjadi pertumbuhan paling lambat sejak 1990.
AS dan China merupakan negara dengan dua ekonomi terbesar di dunia bertarung atas upaya agresif China untuk menantang dominasi teknologi China. AS menuduh China menggunakan taktik pemangsa dan memaksa perusahaan asing untuk menyerahkan rahasia perdagangan dengan imbalan akses ke pasar China.
Prospek untuk perdagangan global secara keseluruhan juga curam. IMF mengharapkan perdagangan global tumbuh 4,2 persen pada 2018. Angka ini susut dari posisi 5,2 persen pada 2018 dan 4,8 persen pada prediksi Juli.
Advertisement