Bos Bukalapak: 100 Tahun Lagi, Usia Perusahaan Hanya 32 Tahun

Banyak perusahaan baru muncul membuat persaingan semakin hebat sehingga usia perusahaan lama akan lebih pendek.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 09 Okt 2018, 20:32 WIB
Diterbitkan 09 Okt 2018, 20:32 WIB
CEO  Bukalapak Achmad Zaky
Founder dan CEO Bukalapak Achmad Zaky memberikan keterangan kepada awak media saat merayakan HUT ke-8 Bukalapak di Jakarta, Rabu (10/1). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Nusa Dua - Perkembangan teknologi kini sangat berdampak terhadap kegiatan ekonomi. Keberadaan pasar konvensional saat ini perlahan mulai tergantikan oleh market online yang banyak digandrungi kaum milenial.

CEO Bukalapak, Achmad Zaky, bahkan prediksi usia suatu perusahaan ke depannya tidak akan bertahan terlalu lama dan akan digantikan dengan kehadiran unit perusahaan baru.

"Kira-kira sekitar 100 tahun ke depan umur satu perusahaan mungkin hanya 32 tahun. Persaingan akan luar biasa hebat. Banyak perusahaan baru bermunculan, terus umur perusahaan lama akan lebih pendek," ucap dia saat berbincang dengan Liputan6.com di sela-sela kegiatan IMF-WBG 2018 di The Westin Resort Nusa Dua, Bali, Selasa (9/10/2018).

Akan tetapi, dia mencermati, kemunculan perusahaan baru di Indonesia saat ini masih belum banyak. "Jumlahnya sedikit, terlalu sedikit," sambung dia.

Namun, Zaky yakin, kehadiran perusahaan berbasis start up di Tanah Air secara tren akan meningkat. "Tren start up ini  bagusnya begini. Dulu yang namanya konglomerat investasi di bisnisnya sendiri. Jadi sekarang dengan adanya start up, mereka invest di perusahaan entrepreneur lain, anak muda yang kita enggak tahu siapa itu," ujar dia.

"Hal ini menciptakan demokratisasi wirausaha, yang tadinya jumlah entrepreneur cuma segelintir nantinya akan makin besar. Sehingga menciptakan banyak perusahaan," tambah dia.

Lebih lanjut, ia turut menyoroti banyak perusahaan masa kini yang lebih memanfaatkan peran teknologi dibanding tenaga manusia untuk menghemat pengeluaran. Dia menganggap, itu merupakan proses transformasi yang biasa terjadi dalam pergantian zaman.

"Kayak mungkin delman dulu, kuda dulu diprediksi akan memenuhi Kota London sehingga banyak tai kuda. Ternyata mobil datang. Tapi apakah tukang kuda itu hilang pekerjaan? Iya, sedikit hilang. Tapi kemudian mereka bertransformasi jadi driver mobil," urai dia.

Dia menambahkan, proses transformasi tersebut justru tidak mengurangi jumlah lapangan pekerjaan, tapi malah bertambah.

"Datanya ILO (International Labour Organization) mengatakan, jumlah pekerjaan bakal nambah. Jadi dengan revolusi teknologi itu feeling saya malah bakal nambah pekerjaan," ujar dia.

 

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

 

Fokus Inovasi Ciptakan Nilai Lebih Besar buat RI

(Foto:Liputan6.com/Maulandy R)
Youth Dialogue 2018 (Foto:Liputan6.com/Maulandy R)

Sebelumnya, CEO Bukalapak, Achmad Zaky, menyatakan kehadiran perusahaan yang berorientasi pada skema gig economy atau memanfaatkan keberadaan tenaga kerja lepas seperti GoJek dan Grab itu bagus untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia. Akan tetapi, dia mengingatkan negara untuk tidak lupa pada satu kata kunci, yakni inovasi.

"Menurut saya itu bagus. Bagusnya karena dia menciptakan lapangan pekerjaan di masyarakat. Saya cuma bilang, gig economy penting kalau pengen negara maju. Tapi jangan kesampingkan ekonomi yang high value," ujar dia di forum Youth at Work pada pertemuan tahunan IMF-WBG 2018, Nusa Dua, Bali, Selasa 9 Oktober 2018.

Dia mengatakan kehadiran perusahaan berbasis ekonomi bagus lantaran menciptakan lapangan pekerjaan yang fleksibel secara waktu dan bisa dipakai untuk meraih pendapatan sampingan.

Namun, Zaky menambahkan, keberadaan perusahaan yang berbasis inovasi akan lebih dibutuhkan negara agar perekonomiannya lebih bisa bertahan lama untuk ke depan.

"Yang gig ini sebenarnya service economy. Kalau pengen Indonesia jadi negara maju, itu ekonomi value added yang innovation based mesti digarap. Jadi jangan hanya melihat gig economy," sambungnya.

Zaky mencontohkan, keberadaan sebuah perusahaan besar yang berbasis inovasi seperti Apple di Amerika Serikat bisa bantu meningkatkan produk domestik bruto (Growth Domestic Product/GDP) Negeri Paman Sam hingga 0,8 persen.

"Kalau kita fokus ke inovasi, itu akan menciptakan value yang lebih banyak. Maksudnya kita ngimpi loh, Indonesia punya kayak Apple begitu, satu saja. Apple itu size-nya segede Indonesia. Jadi kalau Indonesia punya itu satu saja, GDP kita bakal double," urainya.

"Intinya harus bisa menciptakan value-value yang lebih besar. Gig economy penting. Tapi kalau ditanya apakah bisa menciptakan growth economy dua kali lipat dalam waktu 10-20 tahun, itu impossible," pungkas Zaky.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya