Perang Dagang Bikin Ekonomi Dunia Turun 1 Persen

IMF mencatat utang swasta saat ini mencapai USD 182 triliun atau 224 persen terhadap PDB global.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 12 Okt 2018, 13:30 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2018, 13:30 WIB
Sri Mulyani dan Bos IMF Bahas Pemberdayan Perempuan di Dunia Kerja
Managing Director IMF Christine Lagarde (kanan) saat menjadi pembicara dalam pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia di Bali, Selasa (9/10). Pertemuan membahas pemberdayan perempuan di dunia kerja. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Eskalasi perang dagang dunia yang terus berlanjut dapat menurunkan satu persen Produk Domestik Bruto (PDB) global dalam dua tahun ke depan. Oleh karena itu negara-negara di dunia sebaiknya menahan diri untuk tidak menjalankan strategi perang dagang.

Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde mengatakan, oleh karena itu, demi kepentingan ekonomi bersama, negara-negara di dunia perlu menurunkan tensi perang dagang dunia, sekaligus mereformasi sistem perdagangan global menuju ke tatanan atau rantai ekonomi yang lebih adil bagi masyarakat luas.

"Ini artinya kita memperbaiki sistem, bersama-sama, bukan merusaknya," tegas Lagarde dalam Rapat Pleno Pertemuan Tahunan IMF-World Bank 2018, dikutip dari Antara, Jumat (12/10/2018).

Pernyataan Lagarde itu mencuat ketika dunia tengah dihantui ketidakpastian akibat perang dagang antara dua negara adidaya dunia, Amerika Serikat dan China.

Dalam rapat yang dihadiri 189 Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral dari seluruh dunia itu, Lagarde menegaskan semua negara perlu bekerjasama menangani permasalahan perdagangan.

Reformasi struktural juga penting dilanjutkan, kata Lagarde, karena saat ini sejumlah negara masih memiliki tantangan terkait utang pemerintah dan swasta. Namun hal ini bisa diatasi dengan kerja sama dengan berbagai negara untuk melakukan sejumlah reformasi.

IMF mencatat utang swasta saat ini mencapai USD 182 triliun atau 224 persen terhadap PDB global. Angka ini mengalami kenaikan sebesar 60 persen dari sebelas tahun yang lalu atau pada 2007.

Tantangan kondisi utang ini bisa menimbulkan masalah bagi negara berkembang.

"Ketika kondisi keuangan mengetat, 'angin' bisa berputar haluan, terutama untuk pasar negara berkembang yang menyebabkan pembalikan aliran modal. Dan ini bisa dengan mudah mempercepat dan menyebar melintasi perbatasan," ujarnya.

Untuk mencegah hal ini, kata Lagarde, kebijakan-kebijakan domestik berbagai negara perlu dilengkapi dengan jaring pengaman keuangan regional dan global.

Sebagian sumber daya untuk hal ini dapat datang dari pengaturan pembiayaan regional (regional financing arrangement) seperti Inisiatif Chiang Mai.

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pidato Jokowi

Jokowi Buka Rapat Pleno Pertemuan Tahunan IMF World Bank Group 2018
Presiden Joko Widodo menyampaikan sambutan pada Pertemuan Tahunan IMF-WB Group 2018, Bali, Jumat (12/10). Dalam pidatonya, Jokowi mengumpamakan kondisi ekonomi global sekarang seperti cerita serial televisi Game of Thrones. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

 

Pernyataan Lagarde itu disampaikan beberapa saat setelah Presiden Indonesia Joko Widodo menyampaikan pidato mengenai ancaman dari kompetisi negara maju. Cara Jokowi menyampaikan pesan mengenai kepentingan bersama soal stabilitas ekonomi global itu menuai pujian dari peserta rapat pleno.

Jokowi mengumpamakan kondisi dunia saat ini seperti halnya film seri Game of Thrones. Presiden mengatakan hubungan negara-negara ekonomi maju sepertinya tengah mengalami keretakan.

"Rendahnya kerja sama dan koordinasi telah sampaikan banyak masalah seperti peningkatan harga minyak mentah dan dinamika mata uang," ujar dia.

Dalam serial Game of Thrones, kata Jokowi, terdapat sejumlah "great houses" atau kelompok yang menguasai beberapa wilayah, "great families", yang bertarung hebat satu sama lain untuk ambil alih kendali Iron Throne.

Serial itu menggambarkan perebutan kekuasan di antara "great houses", di mana sesama "great houses" berjaya dengan menjatuhkan yang lainnya.

"Namun, mereka lupa tatkala para 'great houses' sibuk bertarung, mereka tidak sadar ada ancaman besar dari Utara, yaitu orang Evil Winter yang ingin rusak dan menyelimuti dunia dengan es dan kehancuran," kata Jokowi.

Kemudian, ujar Presiden, dengan ancaman itu akhirnya mereka sadar tidak penting siapa yang menang dalam kompetisi, tetapi lebih baik menggalang kekuatan bersama untuk kalahkan "Evil Winter" agar bencana global tidak terjadi, dan dunia tidak menjadi porak-poranda.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya