Kopi hingga Batik, Cara RI Kenalkan Indonesia pada Pertemuan IMF-Bank Dunia

Meski berstatus internasional, namun nuansa kearifan lokal sangat kental dalam Pertemuan IMF-Bank Dunia di Bali.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 14 Okt 2018, 12:30 WIB
Diterbitkan 14 Okt 2018, 12:30 WIB
Jokowi Bicara Perkembangan Fintech di IMF-Bank Dunia 2018
Presiden Jokowi (tengah) bersama Menkeu Sri Mulyani, Gubernur BI Perry Warjiyo, Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde, dan Presiden Grup Bank Dunia Jim Yong Kim dalam Bali Fintech Agenda IMF-WB 2018 di Bali, Kamis (11/10). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Nusa Dua - Sekitar 38 ribu peserta mengikuti Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia di Nusa Dua, Bali yang berlangsung pada 8-14 Oktober 2018. Bahkan, event ini diklaim Pemerintah Indonesia sebagai event pertemuan tahunan terbesar yang pernah diadakan di luar Amerika Serikat (AS).

Hal lebih hebat lagi, meski menjadi pertemuan tahunan terbesar namun penggunaan anggaran cukup hemat. Dari alokasi anggaran Rp 855 miliar, hingga hari ke-6 penyelenggaraan, anggaran yang terserap hanya sekitar Rp 500 miliar.

Menengok event serupa seperti di Jepang, Singapura dan Turki rata-rata menghabiskan anggaran Rp 1 triliun hingga Rp 1,2 triliun. Bahkan pertemuan tahunan terakhir di Peru pada 2015, menelan anggaran Rp 2 triliun.

"Kami hampir tidak ada beli barang baru. Kami sewa semua. Jadi kalau ada yang bilang kami mewah-mewah, aneh. Presiden Bank Dunia kami suruh naik taksi hanya tidak ada namanya (label) taksi di situ," kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman sekaligus penanggung jawab pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia Luhut Binsar Panjaitan seperti ditulis, Minggu (14/10/2018)

Melihat konsep dan keberlangsungan event, meski berstatus internasional, namun nuansa kearifan lokal sangat kental dalam Pertemuan IMF-Bank Dunia ini. Ini menjadi bukti bahwa pemerintah ingin menonjolkan Indonesia sebagai negara yang keragaman budaya kepada dunia.

Bisa dilihat dari diangkatnya kopi asal Indonesia sebagai menu wajib disajikan kepada seluruh peserta dan delegasi. Bahkan, terdapat banyak pojok kopi di beberapa veneu acara.

Managing Director IMF Christine Lagarde dan Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim dan semua peserta pada akhirnya merasakan kopi asal Indonesia.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, alasan kopi diangkat dalam acara ini dikarenakan kopi asal Indonesia sangat terkenal di dunia. Bahkan, Perry menyebut pertemuan ini berkonsep 'Diplomasi Kopi'.

"Kita selalu kalau hadir di luar negeri selalu ada pojok kopi Indonesia. Karena kopi Indonesia itu sangat terkenal di dunia. Dan sekarang kita pakai model Diplomasi Kopi di sini," ujar Perry.

Bahkan, kopi juga dijadikan media donasi korban bencana di Lombok, Palu dan Donggala di pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia ini. Ini sekaligus menjadi bukti komitmen penyelenggara untuk tetap peduli terhadap korban bencana ditengah terselenggaranya acara.

Tak hanya itu, kearifan lokal juga ditonjolkan ketika panitia menyarankan para peserta untuk menggunakan batik selama acara. Bagi peserta yang tak memiliki batik, terdapat beberapa lokasi yang khusus menjual batik.

 

Hal Lain

Karnaval Budaya Bali Meriahkan Pertemuan tahunan IMF-World Bank Group 2018
Peserta mengenakan pakaian adat pada karnaval Budaya Bali di kawasan Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10). Karnaval tersebut untuk memeriahkan perhelatan Pertemuan Tahunan IMF - World Bank Group 2018 di Bali. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Di puncak acara yang dihadiri Presiden RI Joko Widodo, para peserta dan delegasi juga disuguhkan karnaval budaya di Nusa Dua.

"Karnaval ini mengusung tema budaya adat Bali, mulai dari ritual kelahiran hingga ritual kematian yang semua itu disuguhkan dalam karnaval. Karnaval ini melibatkan 2.000 peserta dan seniman dari Bali," tambah Kepala Task Force IMF-WB Annual Meeting 2018 Peter Jacobs kepada Liputan6.com.

Kejayaan budaya lokal dalam event internasional ini kembali dibuktikan dalam acara gala dinner yang diselenggarakan di kompleks Garuda Wisnu Kencana (GWK).

Lokasi ini dipilih karena GWK menjadi patung tertinggi ke dua di dunia setelah Sprig Tample Buddha di China. GWK memiliki tinggi 121 meter dan Spring Tample Budha memiliki tinggi 121 meter.

Dalam gala dinner ini pun, menu-menu yang disajikan adalah masakan asli Indonesia mulai dari sate lilit, ayam pelalah hingga urap. Dan tentu kopi menjadi minumannya. "Bahkan event yang dimana pemerintah Indonesia memjadi host, kita tidak sajikan minuman beralkohol," tegas Peter.

Apa yang telah dilakan Indonesia dalam menjadi tuan rumah ini pada kenyataannya menuai banyak pujian, salah satunya dari Christine Lagarde.

"Saya ingin sampaikan penghargaan khusus ke tuan rumah, Pak Jokowi, Pak Luhut, Ibu Sri Mulyani dan Gubernur Perry. Terima kasih untuk Indonesia yang telah menjadi tuan rumah untuk kami. Ini jadi salah satu pertemuan yang luar biasa," puji dia.

Tentu penyelenggaraan event yang dilakukan RI ini menjadi satu standar baru bagi negara berikutnya untuk menjadi tuan rumah. Adapun Maroko akan menjadi tuan rumah Pertemuan tahunan IMF-World Bank selanjutnya pada 2021.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya