Saham Teknologi Seret Wall Street ke Zona Merah

Wall Street berakhir di zona merah tertekan saham teknologi.

oleh Nurseffi Dwi Wahyuni diperbarui 16 Okt 2018, 05:02 WIB
Diterbitkan 16 Okt 2018, 05:02 WIB
Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street berakhir di zona merah tertekan saham teknologi pada perdagangan Senin (Selasa pagi WIB). Investor mengkhawatirkan efek perang dagang AS-China dan kenaikan suku bunga acuan The Fed ke laporan kinerja kuartal III 2018 emiten.

Dilansir dari Reuters,  Selasa (16/10//2018), indeks Dow Jones Industrial Average turun 89,44 poin atau 0,35 persen menjadi 25.250,55, indeks S&P 500 terkikis 16,34 poin atau 0,59 persen menjadi 2,750.79, dan indeks Nasdaq Composite turun 66,15 poin atau 0,88 persen menjadi 7.430,74.

Indeks acuan S&P 500 bergerak di antara wilayah positif dan negatif sepanjang hari dan berada di zona merah pada setengah jam terakhir perdagangan. Indeks Dow Jones, yang positif untuk sebagian besar sesi, berbalik arah. Indeks teknologi .SPLRCT turun 1,6 persen, membebani S&P 500.

Indeks saham utama melonjak tajam pekan lalu, yang menyebabkan penurunan persentase mingguan tertajam dalam tujuh bulan terakhir. Kekhawatiran investor telah meningkat tentang dampak perang tarif AS-China terhadap laba perusahaan dan meningkatnya biaya pinjaman karena musim laporan laba kuartal III merupakan penentu gerak Wall Street pekan ini.

Perusahaan  S&P 500 rata-rata diperkirakan akan melaporkan pertumbuhan laba 21,6 persen dari tahun ke tahun (year on year), turun dari dua kuartal sebelumnya, menurut data I / B / E / S dari Refinitiv.

Departemen Keuangan AS merilis data pada hari Senin yang menunjukkan bahwa pemerintah federal AS menutup tahun fiskal 2018 dengan defisit terbesar sejak tahun 2012. Ini mengakhiri 12 bulan yang berakhir September, dengan defisit USD 779 miliar karena pemotongan pajak lebih besar dari pendapatan negara dan pemerintah membayar lebih untuk utang negara yang terus bertambah.

Imbal hasil obligasi 10 tahunan berada di 3,1557 persen, bertahan di atas level bulan September mendorong aksi jual minggu lalu.

"Pasar sedang dalam posisi wait and see," kata Keith Lerner, Kepala Strategi Pasar di SunTrust Advisory Services, Atlanta. "Menunggu laporan kinerja keuangan, menunggu the Fed, dan menunggu data ekonomi dari China untuk melihat apakah ada hal-hal yang stabil."

Saham Bank of America Corp (BAC.N) anjlok 1,9 persen setelah pertumbuhan kredit di bank terbesar kedua di AS itu tertinggal dari saingannya.

Saham Apple Inc (AAPL.O) turun 2,1 persen dan membebani paling banyak pada ketiga indeks utama Wall Street setelah Goldman Sachs mengatakan ada beberapa tanda permintaan konsumen yang melambat dengan cepat di China, yang dapat mempengaruhi permintaan untuk iPhone pada musim gugur ini.

 

 

 

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya