Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah tipis pada perdagangan Kamis ini. Sentimen dari Bank Sentral AS masih menjadi pendorong penguatan dolar AS.Â
Mengutip Bloomberg, Kamis (18/10/2018), rupiah dibuka di angka 15.187 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 15.150 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 15.187 per dolar AS hingga 15.195 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 12,08 persen.
Advertisement
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 15.187 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 15.178 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan, pergerakan nilai tukar rupiah masih dibayangi indikasi kenaikan suku bunga Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed).
Baca Juga
Dolar AS menguat terhadap sejumlah mata uang utama dunia pasca rilis notulensi rapat The Fed pada bulan September lalu yang mengindikasikan kenaikan suku bunga The Fed.
"The Fed kemungkinan akan tetap melanjutkan kenaikan tingkat suku bunganya untuk menjaga ekonomi Amerika Serikat tetap stabil," katanya dikutip dari Antara.
Dolar AS, lanjut dia, kembali menjadi mata uang safe haven di tengah ekspektasi investor bahwa suku bunga The Fed akan kembali naik.
"Sentimen dari AS mendorong pelemahan mata uang negara berkembang seperti yuan China. Pelemahan yuan itu berdampak pada pergerakan rupiah," katanya.
Sementara itu, Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan ekspektasi membaiknya penerimaan negara sehingga dapat mengurangi defisit anggaran di bawah 2,2 persen dari PDB akan menjadi sentimen yang dapat menjaga fluktuasi rupiah.
"Diharapkan tekanan global dapat lebih berkurang sehingga sentimen domestik itu dapat menopang rupiah," katanya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Banggar Setuju Asumsi Rupiah Jadi 15.000 per Dolar AS
Badan Anggaran (Banggar) DPR bersama Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) menyetujui perubahan asumsi makro Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019. Salah satunya mengenai perubahan nilai tukar Rupiah menjadi Rp 15.000 per Dolar Amerika Serikat (AS).
Kesepakatan ini diambil usai digelar rapat kerja yang berlangsung selama tiga jam. Rapat kerja antara Banggar bersama dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, dan Menteri PPN/Bappenas Bambang Brodjonegoro, di Ruang Rapat Banggar DPR RI, Jakarta, Selasa (16/10).
Pimpinan Banggar DPR RI, Said Abdullah secara tegas mengambil alih jalannya rapat kerja yang berlangsung alot ini.
Dia mengingatkan, pembahasan APBN ini harus tuntas sebelum akhir Oktober 2018. Sehingga tidak adalagi pembahasan yang berbelit terkait perubahan nilai tukar Rupiah.
"Batas pembahasan APBN harus tuntas 29 Oktober nanti. Pekan depan kita harus kembali ke komisi untuk membahas detail," tegas dia.
"Kita sudah setujui asumsi dasar ekonomi makro 2019 sudah selesai. Rapat saya skors sampai besok jam 10 khusus postur sementara," tambah Said.
Dengan persetujuan tersebut, maka perubahan asumsi ekonomi makro 2019 yang telah disepakati Banggar DPR bersama pemerintah yakni:
- Pertumbuhan Ekonomi : 5,3 persen
- Inflasi : 3,5 persen
- Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan : 5,3 persen
- Nilai Tukar Rupiah (Rp/USD) : 15.000
- Harga Minyak Mentah (USD/Barel) : 70
- Lifting Minyak (Ribu Barel per Hari) : 775
- Lifting Gas (Ribu Barel Per Hari) : 1.250
- Cost Recovery (miliar dolar) : 10,22.
Advertisement