Harga Emas Berpotensi Menguat pada Pekan Ini

Analis memperkirakan harga emas berpotensi menguat pada pekan ini. Hal itu didukung penguatan secara teknikal.

oleh Agustina Melani diperbarui 22 Okt 2018, 09:47 WIB
Diterbitkan 22 Okt 2018, 09:47 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, New York - Analis memperkirakan harga emas berpotensi menguat pada pekan ini. Hal itu didukung penguatan secara teknikal.

Pada pekan lalu, harga emas mampu bertahan seiring dolar Amerika Serikat (AS) yang menguat dan pernyataan pejabat bank sentral Amerika Serikat dalam notulensi rapat pada September.

Harga emas untuk pengiriman Desember naik 0,12 persen ke posisi USD 1.231,60 pada pekan lalu usai sentuh level tertinggi di kisaran USD 1.237.

"Harga emas secara tenikal berada pada titik kritis. Dalam jangka pendek menunjukkan pada rata-rata pergerakan 100 hari,” ujar Analis Mitsubishi Jonathan Butler, seperti dikutip dari laman Kitco, Senin (22/10/2018).

Ia menuturkan, harga emas butuh basis yang kuat di atas rata-rata pergerakan 100 hari. Harga emas berpotensi melampaui kisaran USD 1.250. Ia mengharapkan reli lanjutan harga emas meski dolar Amerika Serikat dan imbal hasil surat utang AS bertenor 10 tahun menguat.

"Kecil kemungkinan dolar AS laku keras ketika ekonomi AS terlihat kuat. Bagi banyak investor, AS adalah taruhan yang aman jika dibandingkan dengan China," kata dia.

Butler menuturkan,  sentimen yang dukung harga emas dalam jangka pendek yaitu risiko lindung nilai dan  inflasi.

Presiden Direktur, Blue Line Futures, Bill Baruch menuturkan, harga emas menguat jika bertahan di atas USD 1.230. Ia menuturkan, rata-rata pergerakan 100 hari menjadi penghalang gerak harga emas sebelumnya.

"Emas menyentuh penutupan di atas USD 1.230 kemarin. Kami mengatakan ini akan letakkan dasar konstruktif untuk terus menguat. Harga emas berpotensi ke USD 1.244-USD 1.250," kata Baruch.

 

Sentimen Pengaruhi Harga Emas

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Sementara itu, Analis Senior Kitco, Jim Wyckoff, menuturkan, jika level USD 1.250 tercapai, harga emas berpotensi menguat. Hal ini dapat terjadi jika ketegangan geopolitik meningkat.

"Keretakan hubungan AS dan Arab Saudi, atau pasar saham alami tekanan jual yang kuat. Jika rintangan USD 1.250 dilewati pintu terbuka untuk USD 1.300," kata dia.

Sedangkan Analis RBC Capital Markets, Christopher Louney menuturkan, ketangguhan harga emas didorong minat investor. Ini lantaran pasar saham alami aksi jual sehingga mendorong investor mempertimbangkan posisi dan buat alokasi baru ke emas. "Tersandung di aset lainnya berdampak positif untuk harga emas," kata dia.

Pada pekan lalu, rilis notulensi pertemuan bank sentral AS yang menunjukkan kenaikan suku bunga secara bertahap dan diperlukan di masa depan pengaruhi harga emas. Pada September, bank sentral AS menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 2-2,5 persen. Usai rilis hasil rapat itu, harga emas stabil.

"Mereka yang mungkin mengharapkan harga emas turun usai rilis notulensi FOMC telah terkejut karena harga emas mampu bertahan. Ketidakpastian eksternal dan sentimen investor yang terus berlanjut terhadap pasar saham mungkin dorong pelaku pasar mempertahankan posisi emas untuk saat ini," kata Kepala Riset FXTM, Lukman Otunuga.

Adapun sentimen yang akan pengaruhi harga emas antara lain pengumuman suku bunga oleh bank sentral Kanada dan Eropa. Dari AS, rilis data ekonomi yang diumumkan yaitu laporan barang tahan lama dan data produk domestik bruto (PDB) kuartal III.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya