Industri Keramik Indonesia Hadapi Tantangan Berat

Industri keramik lantai atau ubin keramik dalam negeri kini tengah menghadapi tantangan berat yang disebabkan berbagai faktor.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 31 Okt 2018, 12:16 WIB
Diterbitkan 31 Okt 2018, 12:16 WIB
Pasar Keramik Nasional Mulai Meningkat
Tahun ini, penjualan keramik diperkirakan merosot 10% menjadi 340 juta m2 dari tahun lalu 380 juta m2, Jakarta, Selasa (29/11). Pada 2017, penjualan keramik diperkirakan naik 5% menjadi 357 juta m2. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Industri keramik lantai atau ubin keramik dalam negeri kini tengah menghadapi tantangan berat. Itu disebabkan lantaran berbagai faktor, semisal pertumbuhan ekonomi negara yang hanya mengalami sedikit kenaikan.

Direktur Utama PT Cahayaputra Asa Keramik Tbk, Johan Silitonga, menyatakan ekonomi Indonesia yang digerakkan oleh pemerintah turut berimbas pada geliat industri keramik.

"Sangat-sangat challenging ya, karena kita lihat dari pemerintah pertumbuhan ekonomi sedikit lebih rendah dan juga (sektor industri) properti belum bergerak," keluh dia di Jakarta, Rabu (31/10/2018).

Dia menambahkan, hal itu turut menyebabkan persaingan para pelaku industri keramik dalam negeri menjadi semakin berat. "(Kompetisi?) Juga sangat-sangat tough," sambungnya.

Sebelumnya, Ketua Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI) Mardjoko mengatakan, perang dagang China dan Amerika Serikat memberikan pengaruh terhadap tren barang dari Negeri Tiongkok seperti ubin keramik yang masuk ke Tanah Air. 

Mardjoko menyebutkan, berlakunya Kawasan Perdagangan Bebas Cjina-Asean (China-Asean Free Trade Area/CAFTA) turut meningkatkan impor ubin keramik asal Negeri Tirai Bambu rata-rata sebesar 20 persen per tahun.

"Dengan kondisi ini tentu industri dalam negeri menjerit," tegas dia.

Di sisi lain, kebutuhan industri dalam negeri dikatakannya sudah bisa terpenuhi, lantaran kapasitas produksi jauh lebih besar daripada kebutuhannya.

"Triwulan pertama 2018 setelah berlakunya CAFTA dimana bea masuk 0 persen meningkat 52 persen. Sementara ini BMTP (Bea Masuk Tindakan Pengamanan) sudah berlaku per Oktober kita harapkan sudah membendung itu," urainya.

Lebih lanjut, Johan Silitonga berharap, kondisi industri keramik ini mampu beralih membaik pasca berlangsungnya proses Pemilihan Umum (Pemilu) Presiden RI pada 2019.

"Semoga sehabis Pemilu, tahun 2020 kami harapkan baik untuk properti, dan efek dominonya juga dirasakan industri keramik," ujar dia. 

 

Cahayaputra Asa Keramik Catatkan Saham Perdana

IHSG 30 Mei 2017 Ditutup Melemah 0,33 Persen
Seorang pria melintas di depan papan monitor di Mandiri Sekuritas, Jakarta, Selasa (30/5). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Cahayaputra Asa Keramik Tbk akan mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan saham Rabu 31 Oktober 2018. Perseroan akan catatkan saham perdana dengan kode saham CAKK.

Mengutip laman PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), perseroan menawarkan saham sebanyak 300 juta unit saham dengan nilai nominal Rp 100 dalam rangka penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO). Harga saham perdana yang ditawarkan Rp 168 per saham. Total dana yang diraup dari IPO sebesar 50,4 miliar. 

Direktur Utama PT Cahayaputra Asa Keramik Tbk, Johan Silitonga, menyatakan perseroan akan menggunakan sebagian besar dana IPO untuk membayar pinjaman.

Adapun secara detail, sebesar 38 persen dana IPO akan digunakan untuk pelunasan kredit bank, 20 persen pelunasan dan instalasi mesin, serta 6 persen untuk penyelesaian gedung produksi baru dan sisanya untuk modal kerja.

Johan menyampaikan, perseroan akan segera melunasi utang tersebut untuk menurunkan beban biaya keuangan perseroan. Pinjaman CAKK tersebut terdiri dari kredit investasi senilai Rp 10,5 miliar, dan pinjaman perbankan Rp 8,5 miliar

Sebagai informasi, PT Buana Capital Sekuritas ditunjuk sebagai pelaksana penjamin efek perseroan. Adapun berdasarkan laporan keuangan Mei 2018, perusahaan meningkatkan penjualan sebesar 17,83 persen year on year (YoY) menjadi Rp 99,97 miliar. Hal ini karena ada lonjakan volume penjualan sebesar 10,12 persen.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya