Baruna Jaya, Kapal Penemu Black Box Pesawat Lion JT 610 PK-LQP Buatan Anak Bangsa

Evakuasi pesawat Lion Air JT-610 PK-LQP melibatkan banyak ķapal canggih yang dimiliki Indonesia.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 03 Nov 2018, 14:01 WIB
Diterbitkan 03 Nov 2018, 14:01 WIB
(Foto: Dok PT PAL)
Kapal Riset Baruna Jaya VII (Foto: Dok PT Pal)

Liputan6.com, Jakarta - Evakuasi pesawat Lion Air JT-610 PK-LQP melibatkan banyak ķapal canggih yang dimiliki Indonesia. Penggunaan kapal canggih ini membuahkan hasil.

Kapal Riset Baruna Jaya milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) berhasil menemukan bagian dari black box. Yang lebih membanggakan lagi, KR Baruna Jaya I ini ternyata buatan anak bangsa, tepatnya buatan PT PAL (Persero).

Dikutip Liputan6.com dari laman resmi PT PAL (Persero), Sabtu (3/11/2018), kapal ini memiliki panjang 49,9 meter (m) dengan panjang garis air 45,6 m. Sementara untuk lebar 10 m dan tinggi 4,3 m.

Kapal ini mampu melaju di perairan dengan kecepatan 12 Knot. Kapal ini menjadi andalan dalam pencarian Pesawat Lion Air JT 610 PK-LQP karena memiliki beberapa teknologi yang tak dimiliki kapal lainnya. Apa saja itu?

Multi Beam Echo Sounder. Teknologi ini berfungsi melakukan pemetaan biometri dalam laut. Dengan alat ini akan diperoleh gambaran atau model bentuk permukaan (topografi) dasar perairan. Selain itu, kapal ini juga memiliki teknologi Remote Operated Vehicle (ROV).

Alat ini berupa robot bawah laut yang dikendalikan dari jarak jauh, untuk menampilkan gambar video secara langsung dari dasar laut.

Kemudian USBL Transponder. Alat inilah yang melacak pertama kali sinyal black box. Prinsip kerja alat ini adalah dengan diletakkan ke ujung tiang besi dan dimasukkan ke dalam laut. (Yas)

 

119 Penyelam Diterjunkan Cari CVR dan Badan Pesawat Lion Air

Korban Lion Air JT-610
Tim Basarnas menyiapkan operasi penyelaman untuk mencari korban pesawat Lion Air JT- 610 di perairan Karawang, Jawa Barat, Rabu (31/10). Hingga hari ketiga, pencari korban jatuhnya Lion Air JT-610 terus dilakukan. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Sebelumnya, sebanyak 119 penyelam diturunkan untuk membantu proses evakuasi di hari kelima kecelakaan pesawat Lion Air. Di posko bencana Lion Air di Dermaga JICT 2 Tanjung Priok, Jakarta, Jumat 2 November 2018, para penyelam berasal dari tujuh organisasi di antaranya Basarnas, Kopaska, Denjaka, Indonesia Diver dan Taifib.

Pencarian hari ini difokuskan untuk mencari VCR (Voice Data Recorder) dan badan pesawat. Diperkirakan lokasinya tidak jauh dari lokasi ditemukannya FDR (Flight Data Recorder) Lion Air.

Dikutip dari Antara, Kepala Basarnas Muhammad Syaugi juga turut serta dalam proses evakuasi hari ini dengan menumpang KM SAR Jakarta yang berangkat sekitar pukul 08.30 WIB. Sebelumnya, Syaugi melakukan briefing dengan anggota Basarnas di tenda posko.

Menurut informasi yang dipublikasikan Basarnas melalui akun twitter resmi @SAR_NASIONAL, total personel yang akan dikerahkan dalam proses evakuasi hari ini ada sebanyak 858 orang yang terdiri dari 201 anggota Basarnas, 40 anggota TNI AD, 456 anggota TNI AL, 15 anggota TNI AU, 58 anggota Polri, 30 anggota KPLP, 18 anggota bea cukai, 30 anggota PMI, dan 10 anggota Bakamla.

Daerah yang menjadi prioritas untuk pencarian bawah air ada di kapal baruna jaya dengan menggunakan alat MBES, ping locator, dan ROV, dan di kapal dunamos dengan menggunakan alat side scan sonar, MBES, ping locator, dan DGPS. Pencarian permukaan air akan dilakukan menggunakan 40 kapal yang terdiri dari kapal Basarnas, Kementerian Perhubungan, POLAIR, KPLP, bea cukai, dan pertamina.

Pencarian di udara akan menggunakan 5 unit helikopter, dan di darat ada 24 unit ambulans yang berasal dari Polri, PMI, dan instansi lainnya.

Hingga Kamis 1 November 2018, total terdapat 65 kantong jenazah telah dikirimkan dan diterima tim Disaster Victim Investigation (DVI).

 

 Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya