Penguatan Rupiah Diprediksi Hanya Berlaku Jangka Pendek

Salah satu sentimen yang akan membawa rupiah kembali tersungkur ialah kondisi global.

oleh Bawono Yadika diperbarui 05 Nov 2018, 21:10 WIB
Diterbitkan 05 Nov 2018, 21:10 WIB
Nilai tukar Rupiah
Petugas menunjukkan pecahan uang dolar Amerika di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Rabu (5/9). Nilai tukar Rupiah di pasar spot menguat tipis 0,06 persen ke Rp 14.926 per dollar Amerika. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) tercatat menguat pada hari ini. Penguatan mata uang Garuda berada pada nominal Rp 14.975 per Dolar AS.

Meski demikian, ekonom menilai jika penguatan mata uang rupiah tersebut hanya bersifat jangka pendek. Salah satu sentimen yang akan membawa rupiah kembali tersungkur ialah kondisi global.

"Penguatan rupiah saat ini, saya yakini tidak akan jangka panjang. Penguatan sekarang lebih karena adanya beberapa data ekonomi domestik yang positif di saat tidak adanya tekanan baru dari global," tutur Direktur Riset Centre of Economic Reform (CORE) Piter Abdullah kepada Liputan6.com, Senin (5/11/2018).

Piter menambahkan, rupiah berpotensi melemah kembali pada akhir bulan November ini. "Jadi penguatan terjadi ketika tidak ada tekanan global baru. Saya perkirakan akhir bulan November ini rupiah akan kembali mengalami tekanan pelemahan," kata dia.

Momentum penguatan ini harus dimanfaatkan secara optimal oleh Bank Indonesia (BI). Itu guna menjaga nilai tukar rupiah tetap berada pada posisi 15.000 per Dolar AS hingga akhir tahun ini.

Sementara itu, ekonom Insitute For Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira mengungkapkan, perang dagang dan potensi kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral AS The Fed pada akhir tahun berpeluang besar menggiring rupiah untuk kembali terdepresiasi.

"Sentimen perang dagang bisa berbalik memanas di mana Trump saat ini tengah menyiapkan draft trade deal dengan China. Sementara dari dalam negeri pelaku pasar mencermati rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal III 2018 sebesar 5,17 persen lebih rendah dari pertumbuhan kuartal II sebesar 5,27 persen," terang Bhima.

Adapun penurunan pertumbuhan ekonomi ini, kata Bhima, disebabkan rendahnya konsumsi rumah tangga paska Lebaran, industri manufaktur yang tertekan kenaikan biaya bahan baku dan pelemahan kurs rupiah.

"Dengan ini, menanggapi rilis data pertumbuhan ekonomi, investor rentan melakukan penjualan bersih atau net sales. Rupiah pekan ini diproyeksi bergerak dikisaran Rp 14.920-15.150," pungkasnya.

 

 

Awal Pekan, Rupiah Lanjutkan Penguatan

Rupiah Menguat Tipis atas Dolar
Petugas bank menghitung uang dollar AS di Jakarta, Jumat (20/10). Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) masih belum beranjak dari level Rp 13.500-an per USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan di awal pekan ini. mata uang rupiah akan bergerak di kisaran 14.935 per dolar AS hingga 14.965 per dolar AS.

Berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.972 per dolar AS pada Senin (5/11/2018) ini. Angka Patokan ini menguat jika dibandingkan dengan patokan pada Jumat lalu yang ada di angka 15.089 per dolar AS.

Sedangkan berdasarkan Bloomberg, rupiah dibuka di angka 14.976 per dolar AS, melemah sedikit jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.955 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.967 per dolar AS hingga 14.985 per dolar AS. Sedangkan jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 10,49 persen.

"Kurs rupiah bergerak menguat menjelang rilis data pertumbuhan ekonomi triwulan ketiga 2018 yang diperkirakan tumbuh 5,20 persen (year on year)," kata Ekonom Samuel Sekuritas, Ahmad Mikail, dikutip dari Antara.

Menurut dia, meski pertumbuhan ekonomi diperkirakan melambat dibandingkan periode sebelumnya, namun masih cukup kuat menjaga kepercayaan pelaku pasar terhadap ekonomi nasional.

"Ekspektasi positif investor terhadap ekonomi Indonesia masih kuat," katanya.

Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, mata uang rupiah melanjutkan apresiasi terhadap dolar AS. Sentimen mengenai inflasi yang dianggap stabil masih memberikan sentimen positif pada rupiah.

"Kali ini rupiah juga mendapat sentimen positif dari Bank Indonesia yang menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih solid dan telah menyiapkan sejumlah antisipasi untuk menghadapi gejolak ekonomi global," katanya.

Ia memprediksi mata uang rupiah akan bergerak di kisaran 14.935 per dolar AS hingga 14.965 per dolar AS pada awal pekan ini.

Masih adanya sentimen positif dari dalam negeri diharapkan dapat mempertahankan posisi rupiah di area positif.

 

Tonton video ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya