Harga Minyak RI Naik USD 2,68 per Barel pada Oktober 2018

Kementerian ESDM menetapkan harga minyak pada Oktober 2018 mencapai USD 77,56 per barel, naik sebesar USD 2,68 per barel.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 06 Nov 2018, 12:15 WIB
Diterbitkan 06 Nov 2018, 12:15 WIB
20151007-Ilustrasi Tambang Minyak
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM) menetapkan, harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) pada Oktober 2018 meningkat USD 2,68 per barel dibandingkan bulan sebelumnya.

Dikutip dari situs resmi Ditjen Migas Kementerian ESDM, di Jakarta, Selasa (6/11/2018), ICP Oktober 2018 mencapai USD 77,56 per barel, naik sebesar USD 2,68 per barel  dari USD  74,88 pada  September 2018.

Kenaikan juga dialami ICP SLC di mana pada Oktober 2018, ICP SLC mencapai USD 78,09 per barel,  naik sebesar USD 2,71 per barel dari USD 75,38 per barel pada September 2018.

Perkembangan harga rata-rata minyak mentah utama di pasar internasional pada Oktober 2018, dibandingkan September 2018 meningkat menjadi sebagai berikut dated Brent naik sebesar USD 2,30 per barel dari USD 78,85 per barel menjadi USD 81,15 per barel.

WTI (Nymex) naik sebesar USD 0,67 per barel dari USD 70,08 per barel menjadi USD 70,76 per barel. Basket OPEC naik sebesar USD 2,40 per barel dari USD 77,18 per barel menjadi USD 79,58 per barel.  Brent (ICE) naik sebesar USD 1,52 per barel dari USD 79,11 per barel menjadi USD 80,63 per barel.

Peningkatan harga  minyak mentah diakibatkan  beberapa faktor, yakni berdasarkan publikasiInternational Energy Agency (IEA) Oktober 2018, terdapat penurunan produksi minyak dunia sebesar 40 ribu barel per hari menjadi 100,30 juta barel per hari dibandingkan bulan sebelumnya yang dipengaruhi oleh penurunan produksi dari negara-negara Non-OPEC.  

Selain itu, EIA melaporkan stok distillate, stok gasolinedan produksi minyak mentah Amerika Serikat (AS) pada Oktober 2018 lebih rendah dibandingkan stok distillate, stok gasoline dan produksi minyak mentah AS pada akhir  September 2018

Penyebab lainnya adalah, berdasarkan publikasi MOMR OPEC pada Oktober 2018, terdapat penurunan penggunaan  oil rig dunia (tidak termasuk China dan FSU) dibandingkan bulan sebelumnya sejumlah 24 rig menjadi 1.800 rig. Selain itu‎, kekhawatiran pasar atas suplai minyak dunia akibat rencana implementasi sanksi  AS kepada Iran pada 4 November 2018. 

Analisa Platts memperkirakan, ekspor minyak mentah dan kondensat Iran pada Oktober 2018 turun sebesar 1,81 juta barel per hari, juga menjadi penyebab kenaikan harga minyak internasional.

Sentimen positif pasar atas kesepakatan antara AS, Kanada dan Meksiko pada North American Free Trade Agreement (NAFTA) yang diperkirakan akan meningkatkan kondisi perekonomian negara tersebut, sehingga berpotensi meningkatkan permintaan minyak serta badai Michael yang mempengaruhi penurunan produksi minyak AS di bulan Oktober 2018, menaikkan harga minyak mentah Oktober 2018.

Untuk kawasan Asia Pasifik, peningkatan harga minyak mentah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tingkat permintaan China meningkat, dipengaruhi oleh potensi penimbunan stok menjelang musim dingin dan tingginya pengeluaran atas projek pembangunan infrastruktur untuk menstimulasi perekonomian.

Berdasarkan publikasi MOMR OPEC bulan Oktober 2018, Manufacturing Purchasing Manager Index (PMI) India (Nikkei) meningkat hingga 52,2 pada September 2018 dibandingkan Agustus 2018 sebesar 51,7. 

 

Harga Minyak Dunia Bervariasi

20151007-Ilustrasi Tambang Minyak
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Sebelumnya, harga minyak bervariasi pada hari Senin usai turun dalam lima hari berturut-turut, karena Amerika Serikat (AS) secara formal telah mengenakan sanksi terhadap Iran tetapi memberikan pembebasan sementara kepada delapan negara yang memungkinkan mereka untuk tetap membeli minyak dari Iran.

Dilansir dari Reuters, sanksi tersebut adalah bagian dari upaya Presiden AS Donald Trump untuk mengekang program rudal dan nuklir Iran dan mengurangi pengaruhnya di Timur Tengah.

Pasar minyak telah mengantisipasi sanksi selama berbulan-bulan. Harga telah berada di bawah tekanan karena produsen utama, termasuk Arab Saudi dan Rusia, telah meningkatkan produksi mendekati rekor tertinggi, sementara angka ekonomi yang lemah di China telah meragukan prospek permintaan.

Berita tentang keringanan sanksi dikenakan pada harga, kata analis. "Ada banyak pertanyaan tentang sanksi, tentang keringanan," kata Phil Flynn, analis di Price Futures Group di Chicago. "Ada beberapa keraguan bahwa sanksi akan memiliki gigitan yang awalnya dipikirkan oleh pasar."

Harga minyak mentah jenis Brent LCOc1 berjangka naik USD 34 sen menjadi USD 73,17 per barel. Kontrak berjangka minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) West Texas Intermediate (WTI) turun USD 4 sen menjadi USD 63,1 per barel.

Kedua patokan minyak telah merosot lebih dari 15 persen sejak mencapai tertinggi empat tahun pada awal Oktober. Hedge fund telah memangkas taruhan bullish pada minyak mentah ke level terendah satu tahun.

Amerika Serikat telah memberikan pengecualian ke China, India, Yunani, Italia, Taiwan, Jepang, Turki dan Korea Selatan, yang memungkinkan mereka untuk terus membeli minyak Iran sementara, kata Menteri Luar Negeri, Mike Pompeo, Senin. Beberapa negara adalah pelanggan teratas anggota OPEC Iran.

Trump pada hari Senin mengatakan dia ingin memberlakukan sanksi terhadap minyak Iran secara bertahap, mengutip kekhawatiran tentang pasar energi yang mengejutkan dan menyebabkan lonjakan harga global.

Pejabat AS telah mengatakan tujuan sanksi akhirnya untuk menghentikan semua ekspor minyak Iran.

Pompeo mengatakan lebih dari 20 negara telah memotong impor minyak dari Iran, mengurangi pembelian lebih dari 1 juta barel per hari.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya