Mentan Amran: Impor Jagung untuk Lindungi Peternak Kecil

Kebijakan impor jagung yang dilakukan pemerintah saat ini sebesar 50 ribu ton atau maksimal 100 ribu ton bertujuan untuk melindungi peternak kecil.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 06 Nov 2018, 19:26 WIB
Diterbitkan 06 Nov 2018, 19:26 WIB
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman melakukan panen perdana bawang putih di Banyuwangi, Kamis (22/3/2018).
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman melakukan panen perdana bawang putih di Banyuwangi, Kamis (22/3/2018).

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, impor jagung untuk pakan ternak yang kini dilakukan pemerintah bertujuan untuk melindungi para peternak kecil. Sebab, menurutnya, stok jagung lokal mayoritas sudah dikuasai oleh perusahaan besar.

Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian sangat berharap agar Perum Bulog mampu menyerap stok jagung dalam negeri. Namun demikian, stok jagung dalam negeri terlampau sudah dikuasai perusahaan besar sejak awal, yakni melalui sistem ijon atau dibayar duluan.

"Saya sih berharap seperti itu, terserah, Bulog boleh juga. Tapi intinya jangan biarkan peternak kecil berteriak. Jadi sederhana jawabnya," ungkap dia di Jakarta, Selasa (6/11/2018).

Meski demikian, ia menambahkan, langkah impor tersebut pun tidak menandakan stok cadangan jagung dalam negeri terhitung defisit, malah tetap berlebih.

"Anda boleh mengatakan ini rencana tapi sudah ekspor. Ekspor dikurangi impor yaitu 380 ribu ton dikurangi 50 ribu ton kan 330 ribu ton, artinya surplus," tegasnya.

Amran menjelaskan, kebijakan impor jagung yang dilakukan pemerintah saat ini sebesar 50 ribu ton atau maksimal 100 ribu ton bertujuan untuk melindungi peternak kecil. Pasalnya, perusahaan-perusahaan besar tidak mengimpor gandum untuk pakan yang biasa dicampurkan.

Dengan demikian, lanjutnya, pemerintah mengeluarkan jatah pasokan jagung untuk perusahan besar sebanyak 200 ribu ton. Dengan kata lain, stok jagung dalam negeri lebih banyak diserap oleh perusahaan besar.

"Akhirnya peternak kecil berteriak, tapi perusahaan besar kan diam. Ini diserap masuk tapi tidak beli feedmilk. Peternak kecilnya berteriak karena tidak pakai gandum. Itu yang tidak dipahami, kenapa perlu impor, ya untuk melindungi peternak kecil," tutur dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pemerintah Putuskan Impor Jagung hingga 100 Ribu Ton

Kementan
Bambang Sugiharto menyatakan bahwa berdasarkan Data Badan Pusat Statistik (BPS) disimpulkan produksi dan pasokan jagung tahun 2018 surplus sebesar 12 juta ton pipilan kering (PK).

Pemerintah akhirnya memutuskan mengimpor jagung pakan ternak sebanyak 50.000 ton hingga 100.000 ton pada akhir tahun 2018. Hasil impor jagung ini dilakukan untuk menjaga kebutuhan para peternak mandiri.

Hal tersebut diputuskan usai pemerintah melangsungkan rapat koordinasi (rakor) terbatas yang dilakukan di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (2/11/2018).

Adapun sejumlah menteri yang hadir dalam rakor ini adalah Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Menteri Pertanian Amran Sulaiman dan Menteri BUMN Rini Soemarno. Selain itu hadir juga Direktur Utama Perusahaan Umum Bulog Budi Waseso, dan Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian, I Ketut Diarmita mengatakan, keputusan impor jagung tersebut sudah disepakati oleh beberapa kementerian terkait. Mengenai skemanya nanti akan diserahkan melalui Perum Bulog.

"Artinya bulog ditugaskan menteri BUMN sudah seperti itu aturannya," kata Ketut saat ditemui di Kementerian Perekonomian, Jakarta.

Ketut menyebut, keputusan impor jagung ini juga sebagai pertimbangan atas harga jagung yang saat ini kian melambung. Akibatnya sejumlah peternak pun banyak yang merasakan keberatan.

"Jagung kan mahal nih. Supaya biar terjangkau misalnya harganya sampai Rp 4.000 per kilogram kan sesuai HPP (Harga Pokok Penjualan) maka diintervensi," jelasnya.

Diketahui, peternak mengeluhkan harga jagung yang terus naik dan stok yang minim di pasar. Melihat tren iklim, dan kondisi perjagungan nasional, dikhawatirkan akan terjadi krisis pasokan jagung untuk pakan.

Padahal, tinggi harga pakan berakibat ke tingginya harga ayam dan telur.  Peternak pun meminta pemerintah memperhatikan soal harga dan stok ini, dengan membuat data yang akurat.

"Keberadaan stok jagung berapa, dibandingkan kebutuhan kita berapa, serta produksi kita per bulan berapa. Cadangan kan tidak ada, Bulog kan tidak ngumpulin jagung," ungkap Presiden Peternak Layer (ayam petelur) Nasional, Ki Musbar Mesdi dalam keterangannya, Kamis (1/11/32018).

Harga jagung yang mencapai harga Rp 5.300 per kilogram (kg) menjadi indikasi minimnya ketersediaan. Sementara, kebutuhan jagung untuk bahan pakan ternak sangatlah tinggi, mencapai 780 ribu ton per bulan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya