Permintaan Melemah, Harga Minyak Jatuh 7 Persen

Minyak mentah AS telah kehilangan 28 persen sejak mencetak rekor tertinggi di awal Oktober kemarin.

oleh Arthur Gideon diperbarui 14 Nov 2018, 05:49 WIB
Diterbitkan 14 Nov 2018, 05:49 WIB
Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mengalami tekanan yang sangat dalam pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Harga minyak AS mengalami penurunan harian paling curam dalam tiga tahun ini karena kekhawatiran pelemahan permintaan global dan kelebihan pasokan.

Mengutip Reuters, Rabu (14/11/2018), harga minyak berjangka AS turun 7,1 persen dan memecahkan rekor penurunan terendah sejak November 2017. Pelemahan hari ini merupakan penurunan harian yang ke-12.

Harga minyak mentah berjangka AS ditutup turun USD 4,24 per barel atau 7,1 persen menjadi USD 55,69 per barel. Itu adalah persentase penurunan persentase satu hari terbesar untuk kontrak sejak September 2015. Minyak mentah AS telah kehilangan 28 persen sejak puncaknya di awal Oktober.

Sedangkan harga minyak Brent berakhir turun USD 4,65 atau 6,6 persen menjadi USD 65,47 per barel. Kerugian satu hari terbesar sejak Juli. Brent telah kehilangan 25 persen sejak mencetak level tertinggi empat tahun pada awal Oktober.

"Ini sudah tidak mencerminkan fundamental tetapi harga terus mengalami tekanan sehingga jatuh sangat dalam," jelas Phil Flynn, analis Price Futures Group, Chicago, AS.

Sebagian besar analis memperkirakan bahwa penurunan harga minyak yang terjadi pada hari Selasa merupakan kelanjutan pelemahan yang terjadi pada hari sebelumnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Penyebab Pelemahan

lustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Penyebab pelemahan tersebut adalah unggahan dari Presiden AS Donald Trump di twitter yang meminta kepada organisasi eksportir minyak (OPEC) untuk tidak mengurangi pasokan sehingga bisa menopang harga.

Unggahan Trump tersebut menyusul laporan yang dikeluarkan oleh Arab Saudi yang telah mempertimbangkan jusulan pemotongan produksi pada pertemuan yang akan diadakan pada Desember mendatang.

Rencana Arab Saudi tersebut muncul setelah adanya dugaan bahwa akan terjadi kelebihan pasokan karena berkurangnya konsumsi.

Para spekulan telah menarik kembali perhitungan mereka bahwa harga minyak akan reli. Pada pekan lalu, sebagian besar pedagang atau pelaku pasar telah mengurangi portofolio mereka di minyak sedikit demi sedikit.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya