RI Perlu Ubah Cara Penyajian Data Lelang Blok Migas

Cara penawaran lelang blok migas yang selama ini diterapkan perlu diubah sebab cara lama terbukti kurang efektif menarik minat kontraktor Kontrak Kerjasama.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 15 Nov 2018, 19:30 WIB
Diterbitkan 15 Nov 2018, 19:30 WIB
20151007-Ilustrasi Tambang Minyak
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Arcandra Tahar menyatakan, Indonesia perlu mengubah cara dalam penawaran lelang Wilayah Kerja (WK) atau blok minyak dan gas bumi (migas).

Arcandra Tahar mengatakan, cara penawaran lelang blok migas yang selama ini diterapkan perlu diubah. Sebab cara-cara lama terbukti kurang efektif menarik minat kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS).

"Harapan saya tata cara pola kerja yang selama ini sudah kita lakukan harus diubah," kata Arcandra, dalam seminar berburu lapangan migas baru di Indonesia, di Jakarta, Kamis (15/11/2018).

Arcandra menuturkan, ‎perlu dilakukan perubahan dalam penyajian data blok migas yang dilelang, yaitu lebih detail dari segala sisi. Jadi calon investor tertarik untuk mengikuti lelang blok migas dan kemungkinan lapangan migas baru akan bertambah.

‎"Kita harus menemukan cara baru sehingga yang kita jual. Kalau blok terjual ada  harapan bagi kita penemuan discovery lapangan-lapangan baru bisa kita dapatkan," tutur Arcandra.

Arcandra pun pesimistis Indonesia bisa memiliki lapangan migas baru, jika cara penyajian data blok migas yang akan dilelang tidak diubah dengan cara yang lebih lengkap dan menarik.

"Kalau penyajian data kita pakai cara lama, saya pesimis ke depannya kita mendapatkan lapangan yang baru," ujar dia.

 

Lewat Skema Gross Split, Blok Migas RI Jadi Lebih Seksi

20151007-Ilustrasi Tambang Minyak
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Sebelumnya, Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menargetkan 10 wilayah kerja atau blok minyak dan gas bumi (migas) eksplorasi‎ dimenangkan Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) pada tahun ini.

Arcandra mengatakan, semenjak skema bagi hasil migas gros‎s split diterapkan blok migas yang dilelang mulai minati kontraktor. Hal ini menandakan gross split jauh lebih baik dari skema bagi hasil cost recovery.

"Terbukti di 2015 atau sebelum gross split diterapkan tidak ada blok migas dilelang yang laku," ‎kata Arcandra, dalam Seminar Berburu Lapangan Migas Baru di Indonesia, di Jakarta, Kamis 15 November 2018.

Setelah gross split diterapkan atau sepanjang 2017, terdapat lima blok migas yang dimenangkan oleh kontraktor. Sedangkan dari lelang blok migas tahap I dan II di 2018, sudah ada enam blok migas eksplorasi yang laku.

Arcandra pun menargetkan 10 blok migas eksplorasi dimenangkan kontrator sepanjang tahun ini. "Saya targetkan tahun ini dapat 10 blok eksplorasi. Tahun lalu laku lima,  untuk tahun ini sudah laku enam," tuturnya.

Oleh karena itu, Arcandra pun menekankan jika penerapan skema bagi hasil gross split  membuat iklim investasi lesu, maka anggapan tersebut salah.

Alasannya, perusahaan luar negeri skala besar diantaranya ENI, Mubadalah dan Repsol justru meminati blok migas Indonesia dengan skema bagi hasil yang baru tersebut. 

"Apalah gross split tidak bagus untuk perusahaan? Lihat saja hasilnya sekarang, perusahaan seperti ENI, Repsol, Mubadallah mau masuk,"‎ tandasnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya