Liputan6.com, Jakarta Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan ekonomi Indonesia mampu tumbuh pada kisaran 6,1 persen di 2024. Percepatan pembangunan infrastruktur dan serangkaian kebijakan deregulasi yang ditempuh selama ini akan meningkatkan produktivitas perekonomian ke depan.
"Dalam jangka menengah, kami memproyeksikan pertumbuhan ekonomi akan lebih tinggi lagi, yaitu mencapai kisaran 5,5 sampai 6,1 persen pada tahun 2024," ujar Perry di JCC Senayan, Jakarta, Selasa (27/11/2018).
Pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi juga didorong serangkaian kebijakan reformasi struktural yang difokuskan pada peningkatan tiga hal penting. Pertama, daya saing perekonomian, terutama aspek modal manusia dan produktivitas.
Advertisement
"Kedua, kapasitas dan kapabilitas industri untuk meningkatkan ekspor dan mengurangi defisit transaksi berjalan. Ketiga, pemanfaatan ekonomi digital untuk mendorong pemberdayaan ekonomi secara luas dan merata," ujar Perry.
Dengan akselerasi reformasi struktural di berbagai bidang tersebut, pertumbuhan ekonomi dapat mencapai 6,1 persen pada 2024 dengan defisit transaksi berjalan akan menurun di bawah 2 persen dari PDB.
"Pendapatan per kapita meningkat dari sekitar USD 3.500. Dewasa ini menjadi lebih dari USD 4.800 pada tahun 2024 sehingga meningkatkan Indonesia menjadi negara berpendapatan menengah atas atau upper middle income," kata dia.
Â
Reporter: Anggun P Situmorang
Sumber: Merdeka.com
Bos BI Beberkan 3 Strategi Jaga Pertumbuhan Ekonomi
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, perjalanan ekonomi Indonesia pada 2018 memberikan beberapa pelajaran yang dapat dijadikan landasan untuk memperkuat sinergi dalam menjaga ketahanan dan mendorong pertumbuhan ekonomi di 2019. Setidaknya ada tiga strategi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi ke depan.
Pertama, stabilitas dan ketahanan perekonomian perlu terus diperkuat. Sejarah perekonomian sejak kemerdekaan menunjukkan periode berguncang, berkaitan erat dengan tidak prudennya kebijakan moneter, perbankan dan fiskal, naik turunnya ekspor yang beriringan dengan siklus harga komoditas dunia, ataupun tidak terkendalinya perkembangan sektor properti dan utang luar negeri.
Baca Juga
"Karena itu, kita harus memastikan inflasi tetap rendah, nilai tukar rupiah stabil, defisit fiskal rendah, dan stabilitas sistem keuangan terjaga. lebih dari itu, defisit transaksi berjalan perlu kita turunkan dan kendalikan ke dalam batas yang aman, yaitu tidak lebih dari 3 persen PDB," ujarnya di JCC Senayan, Jakarta, Selasa (27/11/2018).
Kedua, daya saing dan produktivitas harus terus di tingkatkan untuk mendorong momentum pertumbuhan ke tingkat yang lebih tinggi. Indonesia harus mampu beralih dari ketergantungan pada ekspor komoditas primer ke manufaktur dan pariwisata, meningkatkan kemampuan produksi dalam negeri untuk menekan impor.
"Kita juga harus mendorong lebih banyak investasi langsung baik dari dalam maupun luar negeri. Penguatan struktur ekonomi Indonesia perlu terus dilakukan melalui hilirisasi industri untuk peningkatan nilai tambah dari pengolahan sumber daya alam, baik sektor pertambangan, perkebunan, pertanian maupun perikanan," jelas Perry.
Â
Advertisement