Liputan6.com, Jakarta - PT Kereta Api Indonesia (Persero) tengah mengupayakan untuk bisa mengoperasikan KRL Commuter Line kelas premium. Upaya ini dilakukan demi meningkatkan pelayanan perusahaan.
Direktur Keuangan KAI Didiek Hartantyo menjelaskan, dengan jumlah penumpang yang terus melonjak tiap tahun, peningkatan pelayanan ini harus dilakukan perusahaan.
Lalu, bagaimana gambaran KRL Commuter Line kelas premium ini nanti? Dijelaskan Didiek, nantinya KRL ini memiliki tarif sedikit lebih mahal dibandingkan dengan KRL saat ini yang semuanya bersubsidi.
Advertisement
Baca Juga
"Tidak semua orang butuh subsidi, seperti dari BSD atau Bekasi. Tarifnya misal Rp 15 ribu sekali jalan, tapi kepadatannya tidak seperti sekarang. Memang ciri Commuter itu padat seperti sekarang. Tapi kalau kita bisa beri kenyamanan lebih, kenapa tidak?" kata Didiek saat berbincang dengan Liputan6.com, Selasa (4/12/2018).
Saat ini KRL Commuter Line yang beroperasi memiliki kepadatan lebih dari 200 persen. Nantinya, KRL kelas premium ini kepadatan akan dibatasi, misalnya maksimal 150 persen. "Jadi, bisa duduk nyaman, kalau ada yang berdiri juga nyaman, tidak berdesak-desakan," ucapnya.
Hanya saja, Didiek belum bisa memastikan apakah KRL kelas premium ini nanti dioperasikan dengan kereta baru dan desain baru, atau kereta lama.
Selain peningkatan pelayanan, pengoperasian KRL Commuter Line kelas premium ini juga sebagai kompensasi bisnis bagi KAI setelah mendapat berbagai penugasan proyek infrastruktur transportasi pemerintah.
Saat ini, KAI tengah menunggu izin dari Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan untuk pengoperasikan kelas baru KRL tersebut. "Kalau ke Pak Menteri (Perhubungan) sudah kita sampaikan, dan Beliau setuju," ucapnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
1,2 Juta Orang Bakal Naik KRL di 2019
Akhir tahun 2018 ini, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan berencana untuk mengoperasikan enam stasiun yang telah dimodernisasi serta satu dipo baru, yaitu Dipo Cipinang.
Adapun enam stasiun modernisasi tersebut terdiri atas lima stasiun modernisasi, yaitu Stasiun Klender, Stasiun Buaran, Stasiun Klender Baru, Stasiun Cakung dan Stasiun Kranji pada lintas Manggarai – Bekasi dan satu stasiun di lintas Tanahabang – Rangkasbitung, yaitu Stasiun Citeras.
BACA JUGA
Selain pengoperasian stasiun dan dipo, pada lintas Tanah Abang – Rangkasbitung juga akan dioperasikan double track dan elektrifikasi di segmen Maja–Rangkasbitung. Sedangkan pada lintas Manggarai-Bekasi direncanakan juga beroperasi double-double track segmen Jatinegara – Kranji.
"Pengoperasian berbagai prasarana kereta api di area Jabotabek dan Banten ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas lintas perjalanan KA pada lintas tersebut di atas," kata Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Zulfikri dalam keterangannya, Selasa (23/10/2018).
Khusus pada pembangunan double-double track lintas Manggarai-Bekasi yang rencananya akan diperpanjang hingga Cikarang, bertujuan untuk antara lain: memisahkan jalur ganda kereta jarak jauh dan kereta api commuter, menghindari susulan perjalanan kereta api jarak jauh dan KRL, dan peningkatan pelayanan melalui penambahan kapasitas jalur.
Dengan begitu, frekuensi kereta api jarak jauh dan KA Komuter bertambah, terutama dalam rangka peningkatan jumlah penumpang untuk target 1,2 juta penumpang per hari pada tahun 2019; meningkatkan kapasitas lintas kereta api Jabodetabek; memperlancar angkutan kereta api melalui pemisahan jalur operasi jalur utama jawa (main line) dan jalur commuter (KRL) dan peningkatan keselamatan.
"Selain itu, pemerintah juga berencana untuk mengembangkan Stasiun Manggarai. Pembangunan Stasiun Manggarai akan dibangun menjadi dua tingkat untuk memisahkan jalur kereta api, yaitu antara kereta api jarak jauh, kereta api commuter jabodetabek dan kereta api commuter bandara," ucap Zulfikri.
Stasiun Manggarai juga akan dibangun sebanyak 3 lantai. Di mana lantai 1 terdiri dari jalur KA Bekasi line 4 jalur, KA Bandara 4 jalur, peron 12 stamformasi, lantai 2 terdiri dari layanan penumpang luas lantai kurang lebih 9.108 m2, kapasitas kurang lebih 17.800 orang dilengkapi lift dan escalator serta lantai 3 terdiri dari jalur KA main line 6 jalur dan Bogor line 4 jalur, peron 12 stamformasi.
Stasiun ini akan menjadi perhentian terakhir untuk perjalanan kerata api jarak jauh. Dibangun dengan konsep ecogreen, bangunan stasiun tersebut lebih hemat dalam penggunaan listrik karena dibatasinya penggunaaan fasilitas pendingin udara pada stasiun-stasiun tersebut.
Stasiun yang ada dibangun dua lantai serta dilengkapi dengan fasilitas lift dan eskalator untuk mengakomodasi masyarakat yang berkebutuhan khusus, seperti lansia, difabel, ibu dalam kondisi hamil maupun anak-anak.
Selain itu, stasiun juga diperlengkapi dengan ruang menyusui, musala, ruang kesehatan dan toilet yang modern."Pemerintah juga telah memperpanjang peron-peron yang ada di masing-masing stasiun modern tersebut guna mengakomodasi rangkaian panjang KRL (12 kereta). Perpanjangan peron ini juga dilakukan untuk mengakomodasi lonjakan penumpang KA karena pertumbuhan perumahan baru yang berada di sepanjang jalur KA," Zulfikri menjelaskan.
Dengan berbagai keuntungan yang ditawarkan dari modernisasi stasiun tersebut, pemerintah berharap animo masyarakat untuk memilih kereta api ketika melakukan perjalanan akan terus meningkat, sehingga target penumpang yang terlayani KRL pada tahun 2019 sebesar 1,2 juta penumpang dapat terealisasikan.
Advertisement