Harga Emas Naik karena Data Tenaga Kerja AS di Bawah Perkiraan

Harga emas di pasar spot naik 0,86 persen ke level USD 1.248,28 per ounce.

oleh Arthur Gideon diperbarui 08 Des 2018, 08:33 WIB
Diterbitkan 08 Des 2018, 08:33 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas naik dan menyentuh nilai tertinggi dalam lima bulan pada perdagangan Jumat. Pendorong kenaikan harga emas karena pelemahan nilai tukar dolar AS karena data tenaga kerja AS yang di bawah perkiraan.

Mengutip CNBC, Sabtu (8/12/2018), harga emas di pasar spot naik 0,86 persen ke level USD 1.248,28 per ounce, setelah mencapai USD 1.245,60 per ounce pada sesi sebelumnya, tertinggi sejak 13 Juli.

Dengan kenaikan hampir 1,7 persen minggu ini, harga emas diperkirakan bisa mencatat kenaikan terbaiknya sejak setidaknya minggu 24 Agustus.

Sedangkan untuk harga emas berjangka AS ditutup pada USD 1.252,60 per ounce.

Data tenaga kerja AS yang berada di bawah perkiraan akan meningkatkan kemungkinan Bank Sentral AS atau the Federelal Reserve (the Fed) untuk memperlambat kenaikan suku bunga tahun depan.

"Data gaji non-pertanian keluar lebih rendah dari yang diharapkan. Ini pilihan negatif yang membuat investor melakukan hedging lebih banyak ke emas dan kemudian mendorong kenaikan harga emas," jelas Miguel Perez-Santalla, vice president Heraeus Metal Management, New York, AS.

Dolar AS melemah terhadap sekeranjang mata uang pada Jumat setelah data menunjukkan pertumbuhan pekerjaan AS melambat pada bulan November dan upah bulanan meningkat kurang dari yang diharapkan, menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi AS di level moderat.

Emas, yang dianggap sebagai investasi yang aman selama masa ketidakpastian finansial, ekonomi dan geopolitik, telah pulih sekitar 7 persen dari posisi terendah pada pertengahan Agustus lalu.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya