Bos BI: Nilai Tukar Rupiah 14.500 Masih di Bawah Fundamental

Ke depan, Gubernur BI optimis tekanan terhadap nilai tukar rupiah tidak akan terlalu besar seiring dengan menurunnya risiko yang disebabkan perekonomian global.

oleh Merdeka.com diperbarui 28 Des 2018, 17:29 WIB
Diterbitkan 28 Des 2018, 17:29 WIB
BI Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6 Persen
Gubernur BI Perry Warjiyo. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terus mengalami penguatan, volatailitas rupiah pun tercatat rendah. Meski demikian, nilai tukar rupiah masih undervalued alias masih di bawah nilai fundamentalnya.

"Volatailitas rupiah itu sangat rendah, depresiasi sampai hari kemarin itu dibawah 7 persen, tingkat pelemahannya itu 6,8 persen. Volatilitasnya itu juga sekitar 7 atau 8 persen, sangat rendah. Jadi kalau kita lihat rupiah kita bergerak stabil dan menguat," kata Perry di Kompleks Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (28/12/2018).

"Sejak Juli, Agustus rupiah membaik bahkan terus menguat dan pada hari-hari ini diperdagangkan sekitar Rp 14.500 meskipun kami melihat level itu masih undervalued kalau dilihat dari sisi fundamentalnya," ungkap dia.

Ke depan, dia mengaku optimis tekanan terhadap nilai tukar rupiah tidak akan terlalu besar seiring dengan menurunnya risiko yang disebabkan oleh perekonomian global.

"Kami sampaikan Fed Fund Rate yang tahun ini naik empat kali tahun depan diperkirakan hanya dua kali. Ketegangan perdagangan juga telah ada tanda-tanda untuk mengarah ke lebih baik. Premi resiko membaik sehingga itu dari sisi globalnya juga akan memberikan faktor positif bagi aliran modal asing ke Indonesia dan karenanya mendukung stabilitas dan pergerakan rupiah yang lebih baik," jelasnya.

Dia menjelaskan, fundamental ekonomi diprediksi akan lebih baik. Proyeksi pertumbuhan ekonomi Tahun 2019 yang akan lebih tinggi di kisaran 5 sampai 5,4 persen 2019, inflasi yang terkendali, dan defisit transaksi berjalan yang diupayakan akan berada di kisaran 2,5 persen pada 2019, diyakini akan membantu penguatan rupiah.

Selain itu, tumbuhnya pasar DNDF (Domestic Non-Deliverable Forward) juga akan turut menopang stabilitas dan pengutan nilai tukar rupiah.

"Kalau dulu pasarnya hanya spot atau tunai, sekarang ada pasar swap dan bahkan DNDF yang terus berkembang. DNDF di dalam negeri juga terus tumbuh bahkan juga membawa Offshore NDF apakah di Singapura, London, dan New York juga mengikuti pergerakan-pergerakan dalam negeri," tandasnya.

Reporter: Wilfridus Setu Umbu

Sumber: Merdeka.com

Rupiah Lanjutkan Penguatan Jelang Libur Panjang

Pelemahan Rupiah terhadap Dolar AS
Petugas menghitung uang pecahan dolar Amerika di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Jumat (18/5). Pagi ini, nilai tukar rupiah melemah hingga sempat menyentuh ke Rp 14.130 per dolar Amerika Serikat (AS). (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjelang libur panjang. Hal itu didorong dari dolar Amerika Serikat yang tertekan lantaran kekhawatiran melambatnya pertumbuhan ekonomi AS imbas shutdown atau penutupan pemerintahan AS.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), Jumat (28/12/2018), rupiah menguat 21 poin atau 0,1 persen ke posisi 14.542 terhadap dolar AS dari posisi perdagangan Kamis 27 Desember 2018 di posisi 14.563 per dolar AS.

Data Bloomberg pun menunjukkan rupiah menguat pada awal sesi perdagangan. Rupiah menguat 8 poin menjadi 14.553 per dolar AS dari penutupan perdagangan kemarin 14.561 per dolar AS. Kini rupiah bergerak di kisaran 14.551 per dolar AS.

Sepanjang Jumat siang ini, rupiah bergerak di kisaran 14.538-14.553 per dolar AS. Dengan penguatan tersebut membuat, koreksi rupiah terhadap dolar AS sebesar 7,29 persen.

Analis Monex Investindo Futures, Putu Agus Pransu menuturkan, rupiah menguat lebih didorong sentimen eksternal. Hal itu dipicu dari dolar AS yang tertekan karena pemerintahan AS shutdown. Hal itu dapat membuat pertumbuhan ekonomi AS akan terpangkas.

"Selain itu wall street bergejolak, hal itu menunjukkan kecenderungan investor khawatir terhadap perlambatan ekonomi AS. Ini membuat dolar AS tertekan,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.

Selain itu, dari sentimen internal juga sepi. Ini karena momen menyambut libur panjang sehingga perdagangan sepi. Putu prediksi, nilai tukar rupiah bergerak di kisaran 14.490-14.560 per dolar AS menjelang akhir pekan ini. "Dari dalam negeri minim sentimen. Perdagangan sepi," kata Putu.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya