Investasi China di AS Anjlok Sepanjang 2018

Berdasarkan laporan Baker McKenzie, investasi langsung asing dari China turun 83 persen pada 2018.

oleh Ayu Lestari Wahyu Puranidhi diperbarui 15 Jan 2019, 17:28 WIB
Diterbitkan 15 Jan 2019, 17:28 WIB
Perang Dagang China AS
Perang Dagang China AS

Liputan6.com, New York - Lonjakan investasi China ke Amerika Serikat (AS) hampir hilang. Ini lantaran aliran dana investasi asing ke AS menurun tajam pada 2018.

Seperti dilansir pada laman CNN, berdasarkan laporan dari law firm Baker Mckenzie yang dirilis pada Senin 14 Januari 2019 menyatakan investasi langsung asing dari China ke Amerika Serikat anjlok 83 persen pada 2018.

Tidak hanya perusahaan China yang mengurangi investasi secara drastis, tetapi investor juga telah mengurangi penjualan di beberapa sektor seperti real estat, perhotelan dan sektor hiburan.

Baker Mckenzie juga menambahkan, semua itu berdampak pada menurunnya investasi langsung asing China ke Amerika Utara pada 2018 menjadi USD 5,5 miliar atau setara Rp 77,44 triliun (Kurs USD 1 = Rp 14.080).

Tidak hanya itu saja, diperkirakan aset China lainnya yang ada di seluruh dunia senilai USD 12 miliar atau setara Rp 168,96 triliun akan dijual pada 2019.

Turunnya investasi China di Amerika Serikat mencerminkan pembatasan yang diberlakukan oleh pemerintahan China untuk berinvestasi ke luar negeri. Situasi ini diperburuk karena AS telah memperketat ulasan investasi asing, dan imbas dari perang dagang yang terjadi.

"China memborgol diri mereka sendiri untuk berinvestasi di luar negeri," ujar Scott Kennedy, director of the Project on Chinese Business and Political Economy pada pusat studi strategis dan internasional.

Ia juga menambahkan,  dengan kedatangan pemerintahan Trump, ini menandakan Amerika Serikat untuk tidak menantangnya.

 

3 Sektor Investasi China di AS

Perang Dagang AS - China
Perang Dagang AS - China

China telah banyak berinvestasi pada berbagai sektor di Amerika Serikat seperti real estat, transportasi dan infrastruktur. Semua ini sebagian besar telah hilang, berdasarkan laporan Baker Mckenzie.

China juga dikabarkan telah mundur dari pasar utama lainnya, dan investasi langsung asing ke Eropa keseluruhan telah anjlok 70 persen pada 2018. Namun ternyata, Amerika Serikat juga berada di kondisi yang serupa.

Baker menambahkan, hal ini berbeda dengan beberapa negara lain seperti Prancis, Jerman, Spanyol dan Swedia. Negara tersebut mengalami peningkatan investasi dari China.

Sama halnya dengan Kanada, investasi yang berasal dari China melonjak 80 persen menjadi USD 2,7 miliar atau setara Rp 38,02 triliun pada tahun lalu. Hal ini termasuk divestasi, Kanada sebenarnya lebih banyak menerima investasi dari China daripada Amerika Serikat pada 2018, ujar Baker.

Investasi Tiongkok ke Amerika Serikat pada 2016 mencapai USD 45,6 miliar setara Rp 642,27 triliun, Saat itu asuransi raksasa HNA membelanjakan 25 persen saham di Hilton, Anbang Insurances dan mengakuisisi serangkaian hotel kelas atas.

Namun, pada 2017 investasi asing langsung melambat menjadi USD 29 miliar atau setara Rp 408,46 triliun. Hal ini terjadi imbas dari China memberlakukan pembatasan investasi keluar sebagai upaya untuk membendung arus keluar modal.

 

Selanjutnya

Perang Dagang AS vs China
Perang Dagang AS vs China

"Hal ini menyebabkan investasi di Amerika Serikat kemudian menyusut menjadi USD 4,8 miliar atau Rp 67, 6 triliun di tengah tindakan keras AS terhadap China. Situasi ini menjadi "penurunan terbesar" yang telah terjadi, ungkap Kennedy.

Sementara itu, para pejabat AS mengamati investasi China dengan investasi yang lebih besar.

Komite Investasi Asing di Amerika Serikat telah menolak beberapa transaksi penting, salah satunya adalah tawaran Broadcom (AVGO) senilai USD 117 miliar atau setara Rp 1.647 triliun untuk Qualcomm (QCOM).

Tahun lalu, Presiden AS Donald Trump telah menandatangani undang-undang yang memperluas kekuatan CFIUS untuk memblokir transaksi luar negeri untuk keamanan nasional.

Pada saat yang bersamaan, beberapa pembeli aset AS di China juga mendapatkan tekanan dari Beijing. Sebagai contoh, pada awal tahun lalu Beijing menguasai Anbang, raksasa asuransi yang pada 2014 telah menyelesaikan pembelian sebanyak USD 1,95 miliar atau setara Rp 27,46 triliun untuk ikon Waldorf Astoria.

Kemudian, pemerintah China berinvestasi untuk Anbang sebanyak USD 10 miliar atau setara Rp 140,85 triliun.

HNA yang merupakan konglomerat yang tumbuh dari sebuah maskapai penerbangan, mereka telah melakukan pembelian besar-besaran dalam beberapa tahun terakhir. Sama halnya dengan HNA, pemerintah China juga melakukan pembelian seperti membeli Deutsche Bank (DB) hingga Hilton.

Namun, yang membedakan HNA dengan pemerintah China yaitu, mereka telah membongkar bisnis  sebagai tanggapan terhadap tindakan keras Beijing atas pembelian asing dan kekhawatiran akan adanya hutang besar bagi perusahaan asing.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya