Pemerintah Petakan Masalah yang Hambat Ekspor Perikanan

Ekspor hasil perikanan Januari-Oktober 2018 sebanyak 915 ribu ton, atau naik 6,22 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2017.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Jan 2019, 19:36 WIB
Diterbitkan 16 Jan 2019, 19:36 WIB
Semester I 2018, Ekspor Perikanan Alami Peningkatan
Nelayan memindahkan ikan laut hasil tangkapan di Pelabuhan Muara Angke, Jakarta, Kamis (26/10). Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), ekspor produk perikanan tercatat sebanyak 510.050 ton pada semester I-2018. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

 

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution melakukan rapat koordinasi (rakor) bersama dengan Kementerian Keuangan, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perhubungan, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Adapun rapat kali ini membahas upaya peningkatan ekspor di sektor perikanan.

Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan KKP Rifky Effendi Hardijanto mengungkapkan, dalam rapat tersebut KKP diminta untuk mendorong peningkatan ekspor dalam jangka pendek. Nantinya, beberapa persoalan yang menghambat ekspor akan dipetakan.

"Kami ingin mengakselerasi ekspor ikan, salah satu yang diharapkan bisa menyumbang upaya untuk mendorong nilai ekspor nasional. Ini produk perikanan dan tadi kita bahas apa aja yang batal naik dan apa yang perlu didukung sehingga tujuannya dalam jangka pendek ekspor perikanan bisa meningkat," kata Rifky saat ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu (16/1/2019).

Rifky mengatakan, yang menjadi permasalahan ekspor selama ini adalah logistik sistem atau peralatan-peralatan yang mendukung keberlangsungan untuk ekspor. Oleh karenanya, KKP akan berupaya menyelesaikan permasalahan ini agar kinerja perikanan dapat terus terdorong.

"Artinya kita siapkan sistem logistik yang memadai sehingga ikan-ikan itu bisa kita bawa dan kita jual ke pasar internasional, itu yang jangka pendek," imbuhnya.

Sementara itu, dalam upaya peningkatan ekspor jangka pendek ini KKP tidak mematok target. Sebab, dalam waktu dekat KKP akan memfokuskan kepada titik-titik yang kemungkinan bisa didorong untuk ekspor.

"Kalau bicara angka sih kita tidak ada target ya, kita nggak ada target yang spesifik harus kita capai berapa kenaikan dalam 3 bulan ke depan karena bagaimana proses ekspor dalam jangka yang terlalu pendek kan juga tidak is it too good to be true," jelasnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Kinerja Ekspor Perikanan 2018

Semester I 2018, Ekspor Perikanan Alami Peningkatan
Nelayan memindahkan ikan laut hasil tangkapan di Pelabuhan Muara Angke, Jakarta, Kamis (26/10). Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan hasil ekspor perikanan Indonesia menunjukkan peningkatan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ekspor hasil perikanan Januari-Oktober 2018 sebanyak 915 ribu ton, atau naik 6,22 persen dibandingkan periode yang sama sebesar 862 ribu ton pada 2017. Sementara dari sisi nilai naik 10,33 persen yaitu dari USD 3,61 miliar pada Januari-Oktober 2017 menjadi Rp 3,99 miliar di periode yang sama 2018.

Untuk komoditas utama, pada periode Januari-Oktober 2018 ekspor rumput laut sebesar 175 ribu ton dengan nilai USD 241 juta; udang sebesar 165 ribu ton dengan nilai USD 1,46 miliar; cumi-sotong-gurita 118 ribu ton dengan nilai USD 429 juta; tuna sebanyak 95 ribu ton dengan nilai USD 498 juta; cakalang-tongkol sebanyak 42 ribu ton dengan nilai USD 498 juta ton dan kepiting-rajungan sebanyak 23 ribu ton dengan nilai USD 80 juta.

Secara volume, kenaikan kelompok cumi-sotong-gurita paling tinggi yaitu 34,91 persen, rumput laut 14,81 persen, udang 12,58 persen, tuna 6,35 persen, rajungan-kepiting 5,24 persen.

Sementara untuk negara tujuan ekspor, komoditas udang paling banyak diekspor ke Amerikat Serikat (AS) sekitar 69,86 persen dan jepang 20,76 persen. Untuk tuna ke AS sebesar 34,74 persen dan Jepang 19,9 persen. Untuk rajungan-kepiting ke AS 78,45 persen dan Jepang 7,79 persen.

Sementara untuk cumi-sotong-gurita ekspor terbesar yaitu ke China sekitar 42,72 persen dan ke negara-negara ASEAN 21,94 persen. Begitu juga dengan rumput laut terbesar ke China yaitu 73,46 persen dan Uni Eropa 10,59 persen.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya